Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERPISAH
"Brakk ... !"
Suara hempasan pintu terdengar kasar seiring dengan masuknya Reynald kedalam ruangan dimana Mommy-nya berada. Wajah pria itu memerah karena disulut amarah. Setelah melihat video rekaman yang dikirim oleh Hana.
"Mom....apa yang mommy lakukan disini?" Rey berdiri didepan Zee, untuk melindungi wanita itu dari serangan Mommy Jenny.
"Rey, mommy tidak suka kau berhubungan dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya itu."
"Maaf, Mom...sebaiknya mommy pergi dari sini, kita bicara dirumah nanti, okey! " Rey menarik tangan Mommynya keluar dari ruangan itu.
"Kau mengusir mommy, Rey? Mommy tidak terima,"
"Mom, kalau Mommy mau bicara baik-baik, aku akan sangat menghormati.Mommy?"
"Mommy tidak akan membiarkanmu, bersama wanita itu, Rey ...dia tidak pantas untukmu!" Wanita separuh baya itu masih bertahan ditempatnya.
"Aku tidak mau bertengkar dengan Mommy disini, jadi tolong, pergilah! Aku akan menyusul mommy ke Mansion, please!" Reynald mengatupkan kedua tangannya didada.
Setelah perdebatan panjang dengan putranya,
Akhirnya, mommy Jenny keluar dari apartemen Zee dan Hana. Rey mengantarnya sampai ke tempat parkiran.
Tak lama kemudian, Reynald kembali melihat keadaan Zee yang mengurung diri di kamar nya.
Rey duduk disamping wanita itu. Zevanya menelungkup kan tubuhnya di kasur dan menutupi wajahnya dengan bantal.
Perlahan Rey membaringkan tubuhnya ditempat tidur Zee yang sempit, dia bisa merasakan sakit yang sedang dialami kekasihnya. Wanita itu sedang terisak dalam diam. Rey memeluknya erat, memberikan kekuatan pada Zee.
"Honey, maafkan mommy ku, ya !" Kata Rey sambil mengusap rambut panjang milik Zee dan menyisir rambut itu dengan jari-jari tangannya.
"Kembali lah pada orangtuamu, Rey...tinggalkan aku! Mommy kamu benar, aku tidak pantas untukmu." Pinta Zee, membuat Rey kaget dengan ucapan Zee.
"Honey, aku sudah bilang, aku tidak akan meninggalkanmu, walaupun harus menentang orang tuaku " Rey mencoba meyakinkan kekasihnya.
"Ini tidak akan mudah bagiku, Rey, pergilah, cepat atau lambat, kita pasti akan berpisah.
Jika hubungan kita diteruskan, kita akan semakin terluka, jadi jangan kecewakan orangtuamu," pinta Zee.
Zee melepaskan dirinya dari pelukan Reynald, dia menjauh, berjalan keluar kamar menuju balkon.
Rey mengikutinya dari belakang, dia belum bisa menerima keputusan Zee, untuk tidak melanjutkan hubungan mereka yang baru berjalan dalam hitungan hari.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Honey !"
Rey memeluk pundak kekasihnya dari belakang, dan menyandarkan kepalanya dipundak Zee.
"Kau pasti bisa Rey...aku akan belajar melupakanmu, ....lagi pula akan sulit bagi kita berhubungan jarak jauh.,"
Rey membalikkan tubuh Zee, Rey menyentuh wajah sendu itu dengan perlahan.
"Kamu tidak ingin berjuang bersamaku, mempertahankan cinta kita,"
Zee menggeleng lemah.
Rey mencoba menyelami bola mata berwarna hijau itu dalam. Dia tak percaya Zee begitu cepat menyerah.
"Maafkan aku, Rey. Aku tidak bisa," Zee tidak ingin melanjutkan hubungan asmaranya dengan pria itu, karena jika diteruskan, Zee akan semakin terluka.
"Beri aku satu alasan, Honey! alasan yang masuk akal, agar aku juga bisa menerima keputusanmu, kalau memang kau menginginkan hubungan kita berakhir." Tanya Rey.
Zee menarik nafas berat. Dadanya begitu sesak, namun dia sudah bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Rey. Dan mencari sebuah alasan yang akan membuat Reynald kecewa dan meninggalkannya.
"Karena kamu sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi Rey, kamu hanya pengangguran," Jawab Zee menegaskan ucapannya. Menyakitkan memang, tapi ini adalah keputusan yang tepat untuk kebaikan mereka berdua.
Rey melepaskan tangannya dari pundak wanita itu. Rey mengusap wajahnya dengan kasar.
"Oke... Baiklah! Ternyata Daniel benar, kau tidak ada bedanya dengan jalang, kupikir kau berbeda, tapi ternyata aku salah."
Rey berbalik meninggalkan Zee sendirian di balkon, dengan cepat dia mengambil koper miliknya keluar kamar Zee, dan menghilang di balik pintu apartemen.
Hana yang dari tadi diam di kamarnya, menghampiri Zee yang tengah berusaha menahan air matanya, untuk tidak menangis.
Namun pertahanan dirinya lemah, hingga tangisan itu pecah, dalam pelukan sahabatnya.
"Apa aku salah, Hana?" Isaknya.
"Tidak Zee, kau tidak salah! Rey pasti bisa menerima keputusanmu, aku akan tetap mendukungmu." Kata Hana tulus.
*
*
Satu Minggu setelah kejadian itu, Zee tidak lagi bertemu dengan Reynald. Dia berusaha untuk tetap tegar, Zee senang ketika mendengar Rey telah kembali ke Mansion orangtuanya.
Hari ini adalah hari yang ditunggu Zevanya, saat pengumuman hasil kelulusan di acara wisuda nya. Zevanya hanya ditemani oleh Hana, karena Zee tidak punya keluarga di kota itu.
Acara berlangsung meriah, saat pembawa acara mengumumkan hasil akhir, yang telah diterima oleh mahasiswa di universitas itu.
" ... Dan Mahasiswa dengan predikat cum laude, adalah ZEVANYA MEGHAN dari Fakultas Manajemen Bisnis, silahkan untuk menaiki panggung," sahut pembawa acara saat acara kelulusan.
Zee segera naik keatas panggung, bersebelahan dengan Reynald Wilson, yang namanya sudah dipanggil sebelumnya oleh pembawa acara. Zee merasakan debaran yang kencang di dadanya. Namun pria itu mengacuhkannya, saat Zee mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Hana tampak geram, melihat ulah Reynald, ...teman-temanya yang tidak menyukai Zevanya, berbisik-bisik sambil menertawakan Zevanya. Wajah wanita cantik itu tampak memerah, menahan rasa malu.
Begitu acara penobatan mahasiswa terbaik selesai. Zee segera menghilang dari gedung tempat berlangsungnya acara.
Meninggalkan Hana sendirian yang tampak bingung mencarinya.
Hana berjalan keluar gedung itu menuju gerbang kampus, dia melihat Reynald sedang berjalan menuju mobilnya, bersama ketiga temannya, Axel, Abraham dan Daniel.
Hana menghampiri mereka dengan wajah marah.
"Plak...!"
Sebuah tamparan keras melekat di wajah tampan Reynald Wilson." Pria itu kaget.
Kemudian menarik tangan Hana dengan kasar.
"Heh, ..ada apa denganmu, nona?"Rey tampak marah.
"Aku yang harus bertanya padamu, Tuan Wilson yang terhormat? Kenapa kau tega mempermalukan temanku diatas panggung tadi." Teriak Hana.
"Lalu apa urusanmu? ...urus saja dirimu sendiri," jawab Rey kesal.
"Kau akan menyesali nya, Tuan Wilson!" Hana menunjuk wajah Reynald dengan tangan kirinya. "Asal anda tahu, sahabatku mengorbankan dirinya sendiri untuk kebaikanmu, ...bukannya Zee tidak mau mempertahankan hubungan kalian, tapi tekanan dari kedua orang tuamu, yang membuatnya harus mundur. Semua demi kebaikan dirinya juga." Bentak Hana.
Rey terdiam, dia melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Hana. Wajahnya tampak memerah.
Hana segera pulang ke apartemennya, dia menemukan Zee, sedang menangis di kamar nya.
"Hei... Jangan menangis, sayang? Biarkan saja, bukankah itu yang kau inginkan, membuatnya membenci dirimu." Hana berusaha menghibur sahabatnya itu.
Zee menyeka air matanya. Hana benar, dia tidak boleh cengeng.
"Kau benar Hana, aku hanya terbawa emosi." Jawab Zee, tersenyum terpaksa.
"Tadi, sebelum pulang, aku bertemu Rey, aku menampar nya, aku kesal. Aku membalaskan sakit hati mu." Kata Hana jujur.
"Hana...!" Zee menatap Hana sejenak. "Kamu tidak harus melakukan itu."
Zee menarik nafasnya perlahan.
"Kapan kau akan kembali ke Australia, Zee?"
Tanya Hana.
"Mungkin minggu depan, setelah Ijazah ku ditandatangi, tapi aku belum memesan tiketnya. " Jawab Zee.
"Kalau kamu sendiri, apa rencanamu, Hana?".Zee balik bertanya.
"Aku sedang mengirimkan lamaran kerja di sebuah perusahaan ritel di Los Angeles-, mungkin 2 atau 3 hari lagi, aku menerima email balasan. Jika diterima, kemungkinan kita akan pergi dihari yang sama." Kata Hana.
"Kuharap kau akan sukses dalam pekerjaanmu, Hana," doa Zee tulus.
"Kau juga Zee, ...aku akan merindukanmu."
"Aku juga, ... kita bisa video call, nantinya. Begitu kamu tiba di Canberra,"
Zee dan Hana berpelukan dengan erat, persahabatan yang tulus di antara keduanya. Membuat Zee lebih mudah menghadapi tantangan hidup. Pada saat awal kuliah, Zee seorang diri, berangkat dari Australia , untuk menempuh pendidikannya di kota itu.
Bagi Zee , Hana adalah seorang sahabat sejati dan dia tidak membutuhkan orang lain lagi. Apalagi kekasih.
Cukup lama Zee merenung, terlintas dipikirannya saat pertama kali mengenal Reynald hingga menjadi kekasihnya.
Namun, semuanya harus berakhir dalam hitungan hari. Dan Zee yakin, ini adalah keputusan yang tepat baginya. Biarlah kesengsaraan dirinya saat ini, akan menjadi kenangan manis dimasa depannya nanti.
Bersambung.
Pingin nangis/Sob//Sob/