Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Bryan menepikan mobil di jalan raya, tepatnya ketika baru keluar dari komplek perumahan elit miliknya. Pilar-pilar besar yang menjulang tinggi di depan komplek itu saja masih terlihat jelas dari tempat Bryan menepikan mobilnya.
"Turun.! Saya tidak pernah berduaan dalam satu mobil dengan orang lain. Lagipula saya bukan supir taksi." Titahnya pada Annelise seraya memberikan tatapan acuh.
"Kebetulan sekali, tadi memang saya ingin minta diturunkan di jalan." Annelise bergegas melepas seatbeltnya tanpa harus di suruh lagi. Suasana di dalam mobil membuat Annelise tidak betah sejak dia masuk ke dalam. Sikap acuh dan dingin yang di tunjukkan oleh Bryan, memberikan efek mencekam. Wajar kalau Annelise tidak betah.
"Bagus kalau begitu." Sahut Bryan santai. Dia benar-benar membiarkan Annelise turun dari mobilnya. Bahkan ketika Annelise hendak menutup pintu mobil, Bryan tetap diam saja tanpa mengucapkan terimakasih setelah Annelise mengantarkan dompetnya.
Annelise berjalan cepat ke arah trotoar, dia berniat duduk di kursi halte untuk memesan taksi. Tapi belum sempat duduk di kursi itu, Annelise di hampiri oleh dua orang pria dan tanpa basa basi langsung mengganggunya.
"Pelanggan mu boleh juga, pasti bayarannya mahal. Berapa tarif dua jam.?" Tanya salah satu pria berbadan tinggi dan atletis. Wajahnya memang lumayan tampan dengan penampilan yang tidak buruk. Hanya saja perkataannya terdengar sangat kotor di telinga Annelise, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk menatap tajam.
Kedua pria itu tadi sedang duduk di atas motor gedenya yang di parkir di tepi jalan. Mereka tidak sengaja melihat Annelise turun dari mobil mewah. Melihat itu, mereka berfikir bahwa Annelise adalah wanita bayaran yang bisa di sewa dan baru saja melayani pelanggannya.
"Kalian tidak tau sopan santun. Menyingkir dari hadapanku.!" Maki Annelise setengah membentak. Dia bukan lagi Annelise yang dulu, Annelise yang hanya bisa menangis ketika di ganggu dan dirundung. Dia telah mengambil pelajaran di masa lalu agar tidak diam saja ketika ada yang mengganggunya.
Kedua pria itu terkekeh meremeh, gertakan Annelise sama sekali tidak menyeramkan bagi mereka. Justru Annelise terlihat semakin menarik.
"Kami bertanya baik-baik. Apa kamu malu karna ini tempat umum.?" Pria satunya bertanya sembari mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Jarak orang-orang dari tempat mereka berdiri lumayan jauh. Dia kemudian kembali bicara pada Annelise. "Mereka tidak mungkin mendengar percakapan kita, kamu tenang saja." Ujarnya santai.
"Pergi dari hadapanku atau aku akan berteriak.!" Geram Annelise dengan ancaman. Bukannya segera pergi, dua pria itu malah terkekeh dan menyentuh tangan Annelise. Tanpa pikir panjang, Annelise langsung menepis kasar.
"Ayolah, tidak perlu jual mahal. Hanya karna sudah mendapat pelanggan kelas kakap, kamu tidak mau menerima ajakan kami. Aku juga bisa membayar mahal, katakan kamu ingin di bayar berapa.?"
Annelise semakin geram mendengarnya, dia berusaha untuk tidak menampar mereka berdua karna takut dipidanakan lantaran melakukan kekerasan. Sedangkan Annelise tidak bisa balik memidanakan mereka karna tidak punya bukti untuk melapor.
"Kalian salah orang, tolong jangan menggangguku.!" Tegas Annelise dan menyingkir ke kanan untuk pergi dari sana. Tapi langkahnya di hadang. Salah satu pria itu memblokir jalannya. Ketika Annelise ingin putar balik, Pria satunya juga ikut memblokir jalan.
"Ayolah,, kami hanya ingin bersenang-senang." Katanya sembari mengangkat tangannya untuk menyentuh dagu Annelise. Tapi sebelum tangan itu menyentuh dagu Annelise, tubuh pria itu sudah lebih dulu ambruk karna seseorang menendangnya dari samping.
Annelise terkejut melihat kejadian yang begitu cepat itu terjadi di depan matanya. Yang membuatnya semakin terkejut, karna seseorang yang menendang berandalan itu adalah Bryan. Orang yang Annelise pikir sudah dalam perjalanan pulang.
"Pelaku pelecehan se*ksual verbal bisa di jerat dengan pasal 241 RUU KUHP, pasal 11 dan pasal 12 RUU KPS. Pidana maksimal 4 tahun." Ucap Bryan dengan tegas, namun ekspresi wajahnya tetap tenang dan datar.
Pria yang jauh itu langsung berdiri dan keduanya bergeser menjauh. Mereka mengamati penampilan Bryan yang sepertinya bukan orang biasa. Terlebih Bryan baru saja mengatakan soal pasal tindak pidana. Sontak kedua pria itu memilih kabur lantaran takut dipidanakan.
Sementara itu, Annelise terdiam di tempat. Tampaknya dia masih syok dengan kejadian tadi dan heran karna Bryan tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Kamu bahkan bisa bicara, apa kamu lupa cara berteriak.?" Cibir Bryan yang sempat melihat Annelise tidak berteriak sama sekali selama di ganggu para berandalan itu.
Bryan tadi sudah putar balik ke ruas jalan di seberangnya karna ingin kembali ke rumah. Tapi saat menatap ke tempat dia menurunkan Annelise, Bryan melihat wanita itu sedang di ganggu dua orang pria.
"Terimakasih sudah menolong saya." Annelise sedikit membungkukkan badan sebagai ucapan terimakasih. Dia mengabaikan cibiran Bryan karna sangat tidak enak di dengar.
"Ck.!" Bryan berdecak masam. "Cepat naik ke mobilku, tidak ada perintah dua kali.!" Titahnya kemudian meninggalkan Annelise di tempat dan masuk lebih dulu ke dalam mobilnya.
"Ya ampun, dia itu manusia jenis apa.!" Gerutunya kesal. Annelise sedikit menghentakkan kakinya ketika berjalan menghampiri mobil Bryan. Dia terpaksa masuk ke dalam karna khawatir mendapatkan masalah jika tidak patuh pada perintahnya.
Mobil mewah Bryan mulai melesat, membelah kepadatan jalan yang mulai macet karna menjelang malam.
...******...
"Bryan sudah 25 tahun. Dulu ketika Bryan berusia 21 tahun, kamu bilang akan mencarikan jodoh untuknya jika Bryan belum juga memiliki kekasih." Ujar Jihan pada Shaka.
"Aku sangat suka dengan kepribadian Anne, dia juga wanita yang pintar dan mandiri. Bagaimana kalau kita membuat keduanya semakin dekat tanpa membuat mereka curiga kalau itu adalah rencana kita." Usul Jihan antusias. Entah kenapa dia sangat yakin dengan instingnya bahwa hanya Annelise yang pantas untuk mendampingi dan mengimbangi sikap Bryan.
"Sayang, aku sudah pasti akan mendung semua rencana dan keputusan kamu. Hanya saja, jangan terang-terangan memaksa Bryan untuk menerima Annelise. Kamu tau sendiri putra kita seperti apa, jangan sampai kehidupan Annelise menjadi buruk hanya karna Bryan terpaksa menerima." Ungkap Shaka.
Sepertinya Shaka sedang berkaca pada dirinya sendiri di masa lalu. Dia yang terpaksa menikahi Jihan karna terus di desak agar segera menikah. Pada akhirnya, Jihan harus mengalami banyak kesedihan akibat ulahnya. Meski sekarang dia sudah menebus semua kesalahannya pada Jihan di masa lalu, namun rasa bersalah itu terkadang masih membayanginya.
"Mas Shaka tenang saja, aku juga tidak akan memaksa Bryan menikahi Anne kalau bukan Bryan sendiri yang bersedia menikah dengan Anne. Aku hanya ingin membuat Bryan jatuh cinta pada Anne, itu saja."
Baru kali ini Jihan sangat bersemangat dan antusias ingin melihat Bryan jatuh cinta pada seseorang. Padahal selama ini sudah berusaha untuk menerima kenyataan bahwa putranya akan sulit jatuh cinta.
Kayak ngegantung sih