Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 27 Bertemu teman lama
Di lantai tertinggi gedung itu, rapat besar di adakan secara mendadak. Donny meminta semua petinggi perusahaan yang sedang berada di kota ini untuk menghadiri rapat itu. Dia ingin mengakuisisi salah satu maskapai penerbangan di negeri ini yang sedang mengalami pailit.
Donny tidak pernah mengambil keputusan hanya berdasarkan keinginan pribadinya, dia selalu meminta pendapat para tetua terlebih dahulu. Donny mendengar masukan-masukan tentang keuntungan dan keruagian yang mungkin akan mereka dapatkan jika mengambil alih maskapai penerbangan itu.
Saat rapat sedang berlangsung, Alfandy yang duduk di belakang Donny berdecak kesal saat ponselnya tidak berhenti berdering. Dengan kesal dia meminta ijin Donny keluar ruangan untuk menerima panggilan telepon yang cukup mengganggu itu.
Alfandy masuk dengan terburu-buru ke dalam ruangan membuat semua orang menatapnya. Dia membisikkan sesuatu pada Tuannya.
Donny berdiri dari duduknya membuat semua orang ikut berdiri. “Maaf, rapannya kita tunda”, ujarnya. “Ikut saya, Al”, perintahnya.
Langkah Donny terhenti melihat Mia yang terlihat sangat mengenaskan. Tangannya terkepal kuat, iris gelapnya menatap tajam dan wajahnya memerah menahan amarah. Dia berjalan mendekat dengan perlahan. Lalu tiba-tiba seorang laki-laki berjalan dengan cepat mendahuluinya. Laki-laki itu nampak terkejut melihat siapa gadis yang sedang duduk di hadapan polisi itu. Sama seperti Donny, tangannya juga terkepal kuat.
“Mia…”. Tegur lelaki itu. Mia berbalik melihat laki-laki yang memanggilnya dengan lembut. Dia tersenyum pada laki-laki itu, lalu pandangannya beralih pada sosok di belakang laki-laki itu. Mia yang melihat aura yang mengerikan dari kedua laki-laki itu berusaha tersenyum manis untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Tapi sia-sia. Luka di lengan dan kakinya juga darah yang mengering di pelipisnya tidak menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.
“Kita ke rumah sakit”, Mia tidak bisa menolak karena Donny langsung menggendongnya. Laki-laki itu terkejut bukan main, dan wanita pemilik mobil juga tidak kalah terkejutnya. Mereka tahu siapa yang tadi menggendong Mia, lalu ada hubungan apa Mia dengannya.
“Urus semuanya, Al”, perintahnya dengan suara dingin. Al bisa menebak dari suaranya, saat ini Tuannya itu sedang menahan amarah yang membuncah di dalam dirinya. Alfandy lalu menghubungi Aaron, pengacara Oliver Group.
Alam menatap tajam ke arah istrinya, yang di tatap malah menatap balik dengan kemarahan yang sama. Laki-laki yang datang bersamaan dengan Donny adalah Alamsyah Wijaya, seorang pengacara muda yang baru saja memulai karier profesionalnya. Dan istrinya adalah Clara Marisa Rafiq, wanita pemilik mobil yang tadi di tabrak ojek yang membawa Mia.
Clara sejak dulu selalu membenci Mia, kebenciannya tidak pernah hilang bahkan ketika dia sudah mendapatkan apa yang di inginkannya. Dan sekarang melihat suaminya masih terlihat perduli pada gadis itu terlebih tadi seorang Donny Adriano memiliki hubungan dengannya membuatnya semakin membenci gadis itu.
“Kamu sengaja”, tuduh Alam pada istrinya melihat bagaimana wajah angkuh itu menatapnya.
“Kamu masih peduli sama dia?”, bukannya menjawab, Clara malah balik menuduh suaminya. Laki-laki itu menarik nafasnya dengan kasar. Dia selalu berusaha menerima Clara dalam hidupnya walaupun tidak pernah mencintainya karena Mia adalah cinta satu-satunya dalam hidupnya.
“Aku akan urus semuanya disini”. Laki-laki itu meninggalkannya dengan kemarahannya, dai tidak ingin membuat keributan di tempat umum dan terlebih lagi ini adalah kantor polisi.
Sementara itu di rumah sakit, Mia tertidur setelah mendapat perawatan dari Dokter Rafael. Leo masuk ke dalam ruang rawat Mia bersama dua orang laki-laki lainnya.
“Apa yang kalian lakukan. Kenapa Mia bisa sampai naik ojek lagi Leo, bukan kah tugas mu mengantarnya”. Saat ini Donny ingin sekali memukul orang-orang yang bertugas menjaga istrinya, tapi dia masih bisa mengontrol emosinya dengan baik walaupun dadanya sedang bergemuruh.
“Maafkan kami, Tuan”. Ujar salah seorang laki-laki yang bertugas menjafa Mia dari kejauhan.
“Tadi Nyonya keluar makan siang dengan dua temannya, Tuan. Jadi saya tidak mengikutinya, tapi ternyata teman Nyonya tidak mengantarnya kembali ke Perusahaan. Maafkan saya Tuan”. Leo menunduk, tidak berani menatap Donny.
“Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi, atau saya tidak akan memaafkan kalian”.
“Baik Tuan”. Seru mereka bersamaan. Donny meminta mereka meninggalkan ruangan itu. Saat Leo dan yang lainnya keluar, Alfandy masuk ke ruangan itu.
“Bagai mana, Al?”. Tanya Donny begitu Al ada di depannya.
“Sepertinya kecelakaan itu di sengaja, Tuan”. Donny seketika mendongak menatap Alfandy. “Wanita itu mengaku kalau dia berhenti mendadak karena ada kucing yang tiba-tiba melompat di depan jalan”. Jelas Al, Donny mendengarkan dengan seksama.
“Tapi dari rekaman cctv tidak ada kucing sama sekali”. Donny melipat tangnnya di dada sebelum bertanya, “Siapa pengemudi mobil itu, Al?”
“Seorang wanita,Tuan. Clara Marisa Rafiq, putri Tuan Rafiq pemilik Rafiq Textil”.
“Rafiq Textil?, bukankah kita ada kerja sama dengan mereka?”
“Benar, Tuan. Rafiq Textil menyuplai semua kebutuhan kain hotel kita yang ada di kota ini. Juga cabang lainnya di luar kota”, jelas Alfandy.
“Apa hubungannya dengan Mia?”
“Saya masih menyelidikinya, Tuan”. Tiba-tiba pintu kamar rawat Mia di buka dengan keras, Fiona masuk lebih dulu di susul Alex. Fiona tidak melihat ada Donny yang sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Alex yang melihat Donny menunduk hormat padanya.
“Mi, kamu kenapa?”, tanya Fiona panik. Mia yang mendengar suara Fiona dari alam bawah sadarnya perlahan mebuka matanya.
“Fiona”, Fiona berhambur memeluk Mia, dia sangat panik saat di beritahu tentang Mia yang mengalami kecelakaan, dia benar-benar takut kejadian masa lalu akan kembali terulang. Tapi melihat kondisi Mia yang tidak separah dalam bayangannya membuatnya sangat terharu.
“Nggak apa-apa, Fi”. Ujar Mia menenangkan Fiona yang menangis.
“Nggak apa-apa apanya, kepala kamu sampe di perban gini”. Balasnya dengan terisak. Mia melirik Donny yang sedang memperhatikan mereka dari sofa yang tidak jauh dari tempat tidurnya.
Fiona mengikuti arah pandang Mia dan langsung berdiri dari duduknya sambil mengahapus air mata yang masih membekas di pipinya.
“Tuan Donny”. Laki-laki itu mengangguk, Fiona melihat raut wajah bossnya itu sangat berbeda dari yang biasa dia lihat. Dia seperti sedang sangat kesal.
Tadi Donny memperhatikan reaksi berlebian Fiona, bahkan gadis itu sampai menangis mengetahui Mia baik-baik saja. Memangnya Mia pernah mengelami kecelakaan sebelumnya, batinnya bertanya-tanya.
Donny tidak pernah meminta Alfandy atau Leo menyelidiki latar belakang Mia atau masa lalu gadis itu, dia percaya pada Ayahnya. Dan juga sejauh ini, tidak pernah ada yang mencurigakan dari gadis itu.
“Maaf, Mi. harusnya kita antarin kamu tadi”. Kali terdengar suara Alex, dia merasa bersalah sudah membiarkan Mia pulang sendirian.
“It’s ok, aku nggak apa-apa kok”. Gadis itu tersenyum menunjukkan dia baik-baik saja.
“Apa rapatnya sudah selesai”, tanyanya dengan wajah polosnya. Tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Alex dan Fiona menunduk, sedangkan laki-laki yang sedang duduk di sofa itu menatapnya tajam membuatnya juga ikut menunduk.