.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ditawarin
.
.
.
malam harinya.
"Mama?? ". panggil Nana dengan nada manja
"iya sayang..! kenapa?". tanya Dewi membelai sayang kepala Nana yang tengah berbaring di pangkuannya.
"kenapa Nana tidak mirip Mama? ". tanya Nana penasaran.
Dewi tersenyum, "tapi putri kesayangan Mama sangat cantik bahkan mengalahkan kecantikan Mamanya sendiri".
Nana mengerucutkan bibirnya, "Mama..?? kenapa Nana tidak mirip Mama? atau Nana mirip siapa??".
Dewi terkekeh, "Putri cantik Mama memang tidak mirip Mama atau Papamu, hhmmm.. tapi Mama tidak tau sayang kamu mirip siapa".
"tapi Mama yakin kan Nana tidak ketukar dengan anak lain". tanya Nana
Dewi tertawa terbahak-bahak, "tidak sayang..! kamu memang putri kandung Mama karna kamu lahir tidak di Rumah Sakit tapi dikampung dengan dukun beranak saja, mana mungkin tertukar".
Nana nyengir Kuda, "hehe..! iya Juga habis Nana heran kenapa Nana tidak mirip Mama padahal Nana ingin dibilang mirip Mama".
"jika mama jadi kamu Mama akan sangat bahagia sayang, kecantikanmu ini berbahaya bisa menggemparkan 1 kerajaan". goda Dewi.
Nana semakin mengerucutkan bibirnya hingga Dewi tak bisa menahan tawanya, betapa menggemaskannya tingkah Nana. diluar sana banyak perempuan yang ingin menjadi perempuan tercantik bahkan kalau bisa lebih cantik dari mama kandung mereka, tapi Nana malah tidak suka karna tidak mirip dengan Mamanya.
.
didalam kamar.
"jika aku tidak mirip Mama ataupun Papa, lalu aku mirip siapa hingga Papa memandangku seperti itu ya? apa mirip Nyonya Sarah? aaah... tidak-tidak.. kami tidak mirip". gumam Nana yang tau wajah Nyonya Sarah.
"besok aku temui Papa lagi deh..! kali ini lebih-lebih alami deh dan tidak disengaja.. hehe". senyum manis Nana memejamkan matanya.
ke esokan paginya.
Nana bekerja seperti biasa, tidak ada masalah dengannya di kantor karna Arka sudah memindahkan Manager Kebersihan yang paling cerewet di Perusahaannya ke kantor cabang, Nana tau tujuan Arka melakukan itu hanya untuknya tapi walau begitu ia tidak berterimakasih karna Arka sendiri memang banyak hutang budi dengannya.
"kenapa Arka? kenapa kau memanggilku? ". tanya Nana yang kini sudah ada di Ruangan Devano.
"oh.. Nana..! aku suka sekali panggilanmu padaku". senyum tipis Vano.
Nana berdecak sebal, "apa? katakan tujuanmu, aku harus pulang dan ingin menyusun siasat supaya bertemu dengan Papaku".
"oh benarkah? padahal malam ini aku ingin membawamu masuk ke acara berpasangan nanti malam, dan aku yakin Papamu juga ada disana". jawab Vano mengetuk-ngetuk meja
Nana menatap Vano serius, "benarkah? aku bisa ikut denganmu? bisakah kau membuatku berbicara dengan Papaku? ". cecar Nana
"tentu saja". jawab Vano tersenyum begitu tampannya.
"lalu aku harus pakai apa? aku tau datang ke acara seperti itu harus memakai gaun, aku tidak punya Gaun dan aku juga tidak tau cara berdandan". bisik Nana.
"Mommyku bisa mendandanimu". senyum misterius Vano.
.
.
Nana izin pada Mamanya bahwa ia harus datang ke acara ulang tahun teman satu tim pekerjaannya, Dewi terpaksa mengizinkan Nana dengan syarat pagi-pagi sudah pulang, Dewi tau betapa jahatnya Kota ini untuk itu Dewi tidak ingin Nana pulang dilarut malam hingga dikejar oleh preman.
lebih baik Nana menginap saja tapi pulangnya harus pagi-pagi supaya Dewi tidak khawatir.
"halo sayang..? ". Mommy Diah ternyata sudah menunggu Nana tiba di Mansionnya.
Nana celingukan menunggu Vano yang baru saja keluar dari mobil tengah mendekatinya.
"sudahlah sayang..! biarkan anak itu, kamu tidak akan kenapa-napa bersama Tante kok". gemas Mommy Diah mencubit Pipi Nana.
.
Nana sampai kebingungan sendiri saat Diah menawarkannya berbagai gaun dan meminta Nana memilih, tentu saja Nana memilih pakaian yang tertutup tapi Diah malah tidak suka hingga meminta Nana memakai gaun yang ia pilihkan.
"kalau ujung-ujungnya memakai gaun yang dipilih Tante Diah kenapa harus bertanya diawal coba? ". batin Nana hanya pasrah saat Diah memintanya memakai gaun seksi
Mommy Diah melongoh takjub melihat gaun yang terpasang indah di tubuh Nana,
Contoh Gaun simpelnya.
"nah.. ini baru bagus tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu tertutup". senyum manis Diah.
"tapi apa ini tidak terlalu ketat Tan? ". tanya Nana menutupi bagian dadanya yang terlihat menonjol.
Diah tertawa lebar, "tidak sayang..! nanti kamu lihat saja bagaimana pakaian orang-orang disana nanti, pakaian mu ini adalah yang pa....ling sopan". kata Diah dengan serius.
"ya Ampun... Nana cantik sekali seperti Nyonya Shinta, benar-benar mirip seperti pinang dibelah dua, apa Yardan saat membuatnya memikirkan Nyonya Shinta ya? ". batin Diah terkikik gemas melihat paras Nana yang tak dipoles apapun sudah terlihat cantik.
"rambutmu indah sekali Nana". puji Diah saat menyisir rambut Nana yang panjang, lurus, tebal dan ikal diujungnya saja.
"apa diikat saja Tan? ". tanya Nana
"ohh.. No... " tolak Diah
"No? why? ". tanya Nana dengan pasrah, Nana tau bahasa orang kota.
Diah tertawa saja, "rambut secantik ini tidak perlu diikat sayang..! tidak perlu".
Diah tidak melakukan banyak hal, hanya menyisir rambut Nana dan mendandani Nana dengan tipis tanpa ada yang dilebih-lebihkan.
"Momm.. ? kenap...? ". omel Vano berbalik dengan kesal namun matanya melebar melihat penampilan Nana yang terlihat kikuk dengan heels serta menutupi bagian dadanya yang menonjol.
Nana kan terbiasa mengenakan pakaian longgar jadi saat memakai pakaian sedikit ketat, Nana sedikit risih.
"bidadariku". gumam Vano.
"A.. Arka ayo kita pergi! ". ajak Nana segera merangkul lengan Vano dan pamit pada Diah.
"iya.. iya.. hati-hati ya? lain kali kalau butuh bantuan Tante mendandanimu kesini saja ya sayang". teriak Diah.
Nana sepertinya belum terbiasa dengan heelsnya hingga beberapa kali Vano harus merangkul pinggangnya supaya Nana tidak terjatuh,
"hei.. kenapa menatapku seperti itu? salahmu sendiri sebagai perempuan tidak bisa pakai heels". ledek Arka yang keliatannya senang sekali bisa merangkul pinggang Nana.
Nana berusaha menepisnya tapi setiap kali Nana menepisnya selalu saja Nana tergelincir oleh heelsnya sendiri.
"ckk.. merepotkan sekali menjadi perempuan". gerutu Nana melihat pakaian Vano yang terlihat sangat nyaman.
Vano tergelak gemas, ia melepaskan jasnya dan memasangnya di tubuh Nana.
"sudah kan? jangan sentuh bagian dadamu lagi". kekeh Vano dapat tatapan sengit dari Nana.
"ok.. ok.. maafkan aku Nona". gemas Vano angkat tangan.
"aah..! ". inilah ketidak berdayaan Nana saat dilepas rangkulannya oleh Vano, Nana malah tergelincir oleh heelsnya yang tingginya 7 cm.
Vano dengan cepat memegang pinggang Nana, Nana memegang lengan Vano dengan kuat.
"jangan lepaskan". kesal Nana disambut tawa oleh Vano.
didalam mobil bisa-bisanya Nana menggerutu dengan heelsnya, jujur saja Nana sangat cantik dengan penampilannya itu bahkan Vano terlalu enggan membawa Nana ke Pesta karna tau pujaan hatinya akan di tatap kagum oleh banyak lelaki.
"apa perlu kita tukar alas kaki? ". tanya Vano menggoda.
"kalau memang tidak terlalu aneh aku mau berganti". jawab Nana
"tentu saja aneh..! dan kau malah mengiyakannya Nana, haha". tawa lepas Vano yang merasa lucu Nana malah terlihat serius menerima tawarannya.
"kau harus tepati janjimu supaya aku bisa bicara dengan Papaku, Arka". pinta Nana dengan kesal
"iya.. iya.. aku berjanji". jawab Vano yang hatinya merasa terbang diawan dipanggil Arka oleh Nana.
.
.
.
tapi lanjut