NovelToon NovelToon
Bolehkah Aku Bermimpi ?

Bolehkah Aku Bermimpi ?

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Janda / Keluarga / Karir / Pembantu / PSK
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Titik.tiga

Tiara, seorang gadis muda berusia 22 tahun, anak pertama dari lima bersaudara. Ia dibesarkan di keluarga yang hidup serba kekurangan, dimana ayahnya bekerja sebagai tukang parkir di sebuah minimarket, dan ibunya sebagai buruh cuci pakaian.

Sebagai anak sulung, Tiara merasa bertanggung jawab untuk membantu keluarganya. Berbekal info yang ia dapat dari salah seorang tetangga bernama pa samsul seorang satpam yang bekerja di club malam , tiara akhirnya mencoba mencari penghasilan di tempat tersebut . Akhirnya tiara diterima kerja sebagai pemandu karaoke di klub malam teraebut . Setiap malam, ia bernyanyi untuk menghibur tamu-tamu yang datang, namun jauh di lubuk hatinya, Tiara memiliki impian besar untuk menjadi seorang penyanyi terkenal yang bisa membanggakan keluarga dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Akankah Tiara mampu menggapai impiannya menjadi penyanyi terkenal ? Mampukah ia membuktikan bahwa mimpi-mimpi besar bisa lahir dari tempat yang paling sederhana ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titik.tiga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19 : Di Bawah Bayang-bayang

Setelah perdebatan dengan Raka, Diana melanjutkan pembahasan strategi penyelamatan dengan kepala dingin. Pak Arif, yang tampak lebih tenang daripada Raka, ikut memberikan beberapa masukan penting. Namun, Raka masih terlihat gelisah, emosinya terus terpendam, seakan siap meledak kapan saja.

"Kita harus bergerak cepat," ujar Diana sambil membentangkan peta perkampungan di hutan tempat Tiara dan Putri disekap. "Ini bukan tempat yang mudah dijangkau, tapi dengan bantuan informasi dari Pak Samsul, kita tahu jalur teraman untuk mendekati gudang."

Raka mengamati peta itu dengan wajah serius. Meskipun kemarahannya belum hilang, ia tahu mereka tak punya banyak pilihan. “Aku setuju, tapi ingat, kita harus secepat mungkin. Aku tidak mau kakakku terluka.”

Diana mengangguk. "Kita juga harus berhati-hati dengan warga kampung. Pak Samsul bilang semua warga di sana adalah anak buah Pak Mike. Mereka mungkin terlihat seperti penduduk biasa, tapi sebenarnya mereka siap menyerang jika kita ketahuan."

Pak Arif, yang sedari tadi mendengarkan, tiba-tiba angkat bicara. "Aku kenal beberapa orang yang bekerja untuk Pak Mike. Mereka adalah orang-orang yang setia dan tak akan ragu melakukan apa pun untuk melindungi bos mereka. Jadi, kita harus ekstra waspada. Jangan biarkan mereka mencurigai apa pun."

Mata Raka menatap tajam ke arah Pak Arif. Meskipun masih ada rasa benci dalam dirinya, ia mulai melihat bahwa Pak Arif memang tahu apa yang ia lakukan. Mungkin, pikir Raka, ia harus mencoba mempercayai pria itu setidaknya sampai Tiara selamat.

Diana memutuskan untuk menemui Pak Samsul sebelum eksekusi rencana mereka. "Aku ingin mendapatkan saran terakhir dari Pak Samsul," katanya, "Siapa tahu ada informasi tambahan yang bisa membantu."

Di tengah malam yang sepi, Diana bertemu dengan Pak Samsul di sebuah rumah kecil yang tersembunyi di pinggiran kota. Lampu remang-remang di teras depan memberikan suasana misterius, dan raut wajah Pak Samsul yang lelah menambah kesan tegang. Mereka duduk di meja kayu tua, ditemani suara jangkrik yang memenuhi udara malam.

"Pak Samsul," Diana memulai, "besok malam kami akan bergerak. Apa ada hal lain yang harus kami ketahui sebelum memulai penyelamatan?"

Pak Samsul mengusap wajahnya perlahan, tampak penuh kekhawatiran. "Gudang itu dikelilingi oleh penjaga yang siap siaga sepanjang waktu. Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah warga kampung. Jangan percaya siapa pun di sana. Bahkan anak-anak kecil bisa saja menjadi mata-mata bagi Pak Mike."

Diana tertegun mendengar itu. "Anak-anak juga?"

"Ya," kata Pak Samsul dengan tegas. "Kampung itu bukan kampung biasa. Mereka semua bekerja untuk Pak Mike. Bahkan ada beberapa yang berasal dari keluarga kriminal, hidup mereka sudah terikat dengan dunia hitam."

Diana mengangguk, menyerap setiap informasi penting yang diberikan Pak Samsul. "Kami akan sangat berhati-hati."

"Dan satu hal lagi," tambah Pak Samsul. "Jika ada tanda-tanda bahwa kalian akan tertangkap, segera pergi. Jangan coba-coba menghadapi mereka. Pak Mike punya cara sendiri untuk memastikan tidak ada yang bisa keluar hidup-hidup jika tertangkap."

Wajah Diana sedikit pucat mendengar peringatan itu, tapi tekadnya tak goyah. "Kami harus menyelamatkan Tiara dan Putri. Kami akan berhati-hati, Pak."

Setelah mendapatkan semua nasihat yang diperlukan, Diana kembali ke markas kecil mereka. Saat itu, Raka dan Pak Arif sudah menunggu dengan perasaan tegang menjelang aksi besar mereka.

Malam penyelamatan pun tiba. Suasana terasa mencekam. Langit di atas mereka dipenuhi awan tebal yang menutup bulan, membuat kampung di hutan itu semakin gelap. Raka, Diana, dan Pak Arif berangkat dengan langkah pelan namun pasti. Setiap jejak kaki terasa berat karena beban tanggung jawab yang ada di pundak mereka.

"Apa kakak yakin dengan ini ?" tanya Raka tiba-tiba, suaranya serak dengan ketegangan. "Kakak beneran ingin jadi umpan?"

Diana menghentikan langkahnya sejenak dan menatap Raka dengan tatapan penuh keyakinan. "Aku tahu ini berbahaya, tapi ini satu-satunya cara. Kamu percaya aja sama aku."

Raka mengepalkan tangannya. Perasaan cemas dan takut menyelimuti hatinya, namun dia tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. "Baiklah," jawabnya dengan berat hati. "Tapi hati-hati."

Diana tersenyum kecil, mencoba meredakan ketegangan. "Aku akan baik-baik aja, Raka."

Mereka kemudian berpisah sesuai rencana. Diana berjalan menuju gudang dengan langkah gemulai, sedangkan Raka dan Pak Arif bersembunyi di balik semak-semak. Hati Raka berdetak kencang setiap kali Diana melangkah semakin dekat ke penjaga, sementara Pak Arif tetap tenang, memantau setiap gerakan dari kejauhan.

Diana tiba di depan gudang, di mana para penjaga berkumpul sambil bersenda gurau. Mereka tidak menyadari kehadiran Diana hingga suara langkahnya terdengar di antara suara malam. Ketika salah satu penjaga melihatnya, tatapan mereka langsung berubah.

“Hei, siapa kamu?” seru salah satu penjaga dengan nada curiga, tetapi Diana hanya tersenyum, melangkah semakin dekat dengan keanggunan yang sudah menjadi ciri khasnya di dunia malam. Dengan cepat, Diana memainkan peranannya. Ia menggoda mereka dengan tatapan lembut dan senyuman yang membuat mereka lengah.

"Aku cuma mencari sedikit kesenangan," bisiknya dengan suara menggoda. "Apa kalian tidak keberatan, gatel nih?"

Para penjaga saling bertukar pandang, sebagian dari mereka tertawa sambil memperhatikan Diana yang mulai menuangkan minuman untuk mereka. Apa yang mereka tidak ketahui adalah bahwa minuman itu sudah dicampur obat tidur yang kuat. Diana menuangkan setiap gelas dengan gerakan tenang, sambil mengajak mereka bicara ringan, seakan tidak ada yang salah.

Saat mereka mulai meminum minuman itu, Diana semakin mendekat, lalu dengan gerakan halus, Diana mulai menari dengan tarian panasnya . Satu persatu kancing kemeja yang Diana kenakan mulai dibuka nya , membuat para penjaga semakin terpesona.

"Gimana menurut kalian ? , mau gak ? ,, Aku kebelet nih , gimana kalau kita bersenang-senang di sana?," bisiknya lagi, dengan gerakan menggoda sambil memperlihatkan setengah semangka kembarnya yang menyembul keluar. Ia mengajak para penjaga menjauh dari gudang, ke tempat yang sudah direncanakan.

Begitu penjaga mulai lengah dan tertarik dengan Diana, Raka dan Pak Arif segera bergerak. Mereka menyelinap ke dalam gudang yang hampir tak terjaga lagi. Dengan langkah hati-hati, mereka menemukan Tiara dan Putri terikat di sudut ruangan yang dingin dan lembab. Wajah Tiara pucat, sementara Putri tampak lebih lemah dari biasanya. Raka segera menghampiri kakaknya, melepaskan ikatan yang membelenggu tubuhnya.

"Kakak… aku di sini. Aku akan bawa kakak keluar," bisik Raka dengan suara penuh emosi.

Tiara membuka matanya perlahan, tampak kelelahan namun lega melihat adiknya datang. "Raka…" suaranya terdengar serak dan lemah.

Pak Arif, yang mendekati Putri, segera menggendongnya karena kondisinya yang terlalu lemah untuk berjalan. Begitu juga dengan Raka, yang menggendong Tiara dan membawanya keluar dari gudang. Mereka harus bergerak cepat sebelum penjaga menyadari apa yang terjadi.

Di luar, mereka berjalan secepat mungkin menuju hutan, mengikuti jalur yang sudah disepakati sebelumnya. Mereka harus sampai ke sungai, tempat Diana menunggu.

1
NT.Fa
hidup sepahit itu kah? Kasian Tiara
NT.Fa
Semangat ya Tiara
NT.Fa
cerita yg menarik... inspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!