seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Keberanian untuk Mencinta
Setelah pertemuan yang emosional dengan Sugi, Lieka merasakan campur aduk dalam hatinya. Namun, tekadnya untuk melanjutkan hidup dan memberi kesempatan pada cinta yang baru semakin menguat. Malam itu, dia memutuskan untuk menghadapi perasaannya dan memberanikan diri mencintai Tanier sepenuhnya.
Setelah berhari-hari menunggu momen ini, Tanier mengajaknya ke apartemennya setelah makan malam yang menyenangkan. Mereka tertawa dan berbagi cerita ringan sepanjang perjalanan, tetapi Lieka merasakan ketegangan yang menggantung di udara.
Tanier membuka pintu apartemennya dan membiarkan Lieka masuk. Ruangan itu hangat dan nyaman, dihiasi dengan lilin-lilin kecil yang menyala. Aromanya yang menenangkan membuat Lieka merasa rileks sejenak.
“Ini tempat yang indah,” kata Lieka, mencoba mengalihkan perhatian dari kegugupannya.
“Terima kasih! Aku berharap kita bisa menciptakan kenangan indah di sini,” jawab Tanier sambil tersenyum penuh harapan.
Saat mereka duduk di sofa, Tanier menatap Lieka dengan tatapan penuh kasih. “Lieka, aku tahu kita telah melalui banyak hal. Dan aku ingin kau tahu betapa aku menghargai keberanianmu untuk menghadapi semua ini.”
Lieka merasa jantungnya berdebar. “Aku ingin melanjutkan hidupku, Tan. Aku ingin bersamamu.”
Tanier mendekat, memegang tangan Lieka. “Dan aku ingin melindungimu, memberi semua yang terbaik untukmu. Kita bisa mulai dari sini.”
Mendengar kata-kata Tanier, Lieka merasa sebuah getaran hangat meresap ke dalam hatinya. Dia menyadari betapa dia menginginkan hubungan ini dan betapa beraninya dia untuk mencintai lagi. Mereka berdua saling berpandangan, dan tanpa kata-kata lagi, mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tanier membungkuk, mencium Lieka dengan lembut. Mulanya, ciuman itu lembut dan penuh kasih, tetapi perlahan-lahan menjadi lebih mendalam dan berapi-api. Lieka merasakan semua ketegangan dan keraguan dalam dirinya mulai mencair. Dia membalas ciuman itu, merasakan aliran cinta dan gairah yang mengalir di antara mereka.
Tanier, merasakan reaksi Lieka, semakin berani. Dia memeluknya lebih erat, menjelajahi punggungnya dengan jari-jarinya. Lieka merespons dengan mendekat, menempelkan tubuhnya ke Tanier. Sensasi ini membuat jantungnya berdebar kencang.
“Tan,” bisik Lieka, suaranya bergetar antara rasa takut dan semangat.
“Mari kita berani mencinta,” jawab Tanier, menatap mata Lieka dengan penuh keyakinan.
Mereka berdiri, dan Tanier membimbing Lieka menuju kamar tidurnya. Ruangan itu dikhususkan untuk momen-momen istimewa, dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang membuat suasana semakin intim. Saat mereka melangkah masuk, Lieka merasa gementar, tetapi sekaligus bersemangat.
Tanier menatapnya dengan penuh cinta, seolah meminta izin. Lieka mengangguk, memberi isyarat bahwa dia siap. Tanier mendekatinya, mencium lehernya, dan menuruni ciumannya ke bahu. Lieka menutup matanya, menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan Tanier.
Dia tidak ingin mengingat masa lalu, hanya ingin fokus pada saat ini. Tanier memeluknya erat, dan dengan lembut, mereka terjatuh ke tempat tidur. Lieka merasa semua beban yang mengganggu hatinya perlahan-lahan menghilang.
Dengan setiap ciuman, Tanier menjadikan Lieka merasa istimewa dan dicintai. Mereka saling menjelajahi, seolah semua keraguan dan ketakutan menguap begitu saja. Tanier menggenggam tangan Lieka, mengajak dia lebih dalam ke dalam lautan perasaan mereka.
Saat momen ini semakin meningkat, Tanier berhenti sejenak, menatap Lieka dalam-dalam. “Apakah kau yakin ini yang kau inginkan? Kita bisa berhenti kapan saja,” katanya, mengingatkan pada kerentanan yang masih ada.
Lieka tersenyum, “Aku yakin, Tan. Aku ingin bersamamu.”
Mendengar kata-kata itu, Tanier merasa bersemangat. Mereka melanjutkan, saling berbagi kehangatan dan cinta dalam setiap gerakan. Mereka tahu bahwa saat ini adalah sebuah komitmen, sebuah keberanian untuk mencintai dan dicintai.
Seiring malam semakin larut, mereka terbenam dalam lautan perasaan yang tak terduga. Dalam kehangatan dan kelembutan, mereka menemukan diri mereka terhubung lebih dalam dari sebelumnya.
Lieka dan Tanier saling berpelukan, terbenam dalam momen keintiman yang tak terlupakan. Setiap detak jantung mereka seolah berdetak serentak, menciptakan simfoni cinta yang mengalun lembut di antara mereka.
Tanier mengangkat wajahnya, menatap mata Lieka dengan penuh kasih sayang. “Aku ingin kau tahu, ini bukan hanya tentang fisik Bagi kita. Ini tentang menghubungkan hati kita,” ujarnya, suaranya penuh kehangatan.
Lieka merasakan hatinya bergetar. “Aku tahu, Tan. Aku merasakannya. Dan aku siap,” balasnya, menegaskan komitmennya untuk bersama Tanier.
Tanier membalas dengan ciuman lembut, mencium bibir Lieka dengan penuh cinta. Ciuman itu semakin dalam dan mendalam, seolah mereka berdua ingin mengekspresikan semua perasaan yang terpendam selama ini. Tanier perlahan-lahan menggeser tangan Lieka ke belakang lehernya, menariknya lebih dekat.
Saat kehangatan tubuh mereka saling menyentuh, Lieka merasa semuanya terasa benar. Dia membalas setiap gerakan Tanier dengan semangat yang sama. Dengan lembut, Tanier menjelajahi setiap lekuk tubuhnya, merasakan kehangatan yang memancar dari kulitnya.
“Lieka,” bisik Tanier, suaranya penuh kerinduan, “Kau sangat cantik malam ini.”
Lieka tersenyum, terhanyut dalam pujian itu. Dia merasakan rasa percaya diri dan keindahan dirinya terbangun kembali. Dengan berani, dia menggenggam wajah Tanier dan menariknya kembali untuk sebuah ciuman yang penuh gairah.
Tanier merespons dengan menempatkan tangannya di pinggang Lieka, menariknya lebih dekat, dan keduanya terjatuh ke tempat tidur. Di sana, mereka terbenam dalam pelukan satu sama lain. Tanier mulai menuruni ciumannya, melintasi leher dan bahu Lieka, menciptakan jalur hangat yang membakar keinginan.
Setiap sentuhan membuat Lieka bergetar, menyalakan nyala api cinta di dalam dirinya. “Tan…” dia berbisik, matanya terpejam dalam kenikmatan.
“Shhh, nikmati saja,” Tanier berkata lembut, memberi isyarat untuk Lieka agar sepenuhnya menyerahkan diri pada momen itu. Dia tidak ingin ada yang mengganggu mereka.
Tanier melanjutkan penjelajahan tubuhnya, melepaskan semua keraguan dan rasa takut. Dia mengalihkan perhatian ke bagian tubuh Lieka yang paling sensitif, mencium dan menggigit dengan lembut, membuat Lieka terpejam dan mengeluarkan suara kecil penuh kenikmatan.
Saat mereka terus bergerak dalam keintiman yang semakin dalam, Tanier dengan lembut memindahkan Lieka, memperlihatkan kepercayaannya untuk menjaganya. “Kau bisa bersantai. Aku akan melakukan segalanya untuk membuatmu merasa nyaman.”
Dia menarik napas dalam-dalam, mengatur ritme, dan ketika dia merasa Lieka sepenuhnya berserah, dia melanjutkan dengan gerakan yang lebih intens. Saling berbagi momen ini adalah tentang menciptakan keajaiban dalam hubungan mereka, dan Tanier tahu bahwa setiap detik sangat berharga.
Lieka merasakan aliran energi yang tak tertahankan, seolah-olah semua masalah dan kekhawatiran yang pernah menghantuinya menghilang dalam kehangatan pelukan Tanier. Dia menjawab dengan menggerakkan tubuhnya selaras dengan gerakan Tanier, menciptakan harmoni yang sempurna antara keduanya.
Setiap kali Tanier menyentuhnya, setiap kali bibir mereka bersentuhan, dunia luar terasa seperti memudar. Yang ada hanya mereka, keintiman yang semakin dalam, dan cinta yang mengikat hati mereka.
Ketika momen mencapai puncaknya, Tanier dan Lieka bersatu dalam pelukan yang penuh gairah, saling mengekspresikan rasa cinta yang telah lama terpendam. Dalam pertemuan tubuh mereka, seolah seluruh semesta bersatu, merayakan keberanian mereka untuk mencinta dan saling menerima.
Malam itu, di dalam dekapan Tanier, Lieka menemukan bukan hanya cinta, tetapi juga rumah. Ketika segala sesuatu menghilang, dan dunia menjadi tenang, mereka merasakan kenyataan bahwa mereka telah membuat sebuah keputusan untuk saling mencintai, dan itu adalah hal terindah yang pernah mereka lakukan.
Setelah momen berharga itu, mereka terkulai dalam pelukan satu sama lain, berbagi nafas yang lembut dan senyum bahagia. Tanier mengusap rambut Lieka dengan lembut, memberikan ciuman ringan di dahinya.
“Aku bersyukur kita bisa sampai ke sini,” kata Tanier dengan suara pelan.
“Aku juga, Tan. Ini adalah langkah pertama menuju kebahagiaan kita,” balas Lieka, merasakan kedamaian di dalam hati.