Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari tahu sebuah kebenaran
Radit yang penasaran tentang sosok pacar Julya, langsung menghubungi seseorang yang bekerja di bagian HRD.
Tidak perduli jika hari sudah malam, dan mungkin orang yang bekerja di bagian HRD itu, tengah istirahat, atau mungkin sedang berolahraga malam, mengingat pekerja HRDnya sudah menikah.
"Halo Pak." ucap HRD disebrang telpon, sambil menyesuaikan sinar lampu yang masuk kedalam matanya, dan saat sang HRD melihat jam sungguh Atasannya itu tidak tahu aturan. "Tunggu atau ada hal yang darurat" Seketika wajah HRD yang tadinya malas bangun, kini langsung terduduk dan siap mendengarkan ucapan Radit.
"Maaf, mengganggu tidur anda. Tapi saya ingin tahu siapa saja yang berhenti bekerja di perusahaan saya selama enam bulan terakhir, saya mau jawabannya sekarang!" Ya walnya memang perkataan Radit teramat sopan, tapi ujungnya tetap memaksa.
"Enam bulan?" ulang Sang HRD, bukan tidak mendengar ucapan Radit, hanya saja dia sengaja mengulang ucapan Radit agar punya waktu untuk berpikir.
"Ya enam bulan" tegas Radit.
"Ada 3 orang pak." ucap HRD yang ingat jika sudah beberapa tahun terakhir tidak ada yang keluar dari perusahaan kecuali tiga orang.
"Siapa saja dan apa jabatan mereka dikantor?" tanya Radit tak sabar.
Untung HRDnya adalah pengingat yang handal. Jadi dengan cepat dia menjawab "Pertama seorang Ob, bernama Rahmat. kedua dan ketiga dari divisi keuangan Riski, dan Julya yang tadi pagi anda pecat." jelas HRD
Rasa ingin tahu Radit tentu tertuju pada Rahmat, Yang seorang Ob, tapi apa mungkin Rahmat yang menjadi pacar Julya. Jujur radit tidak percaya Jika Julya malah memilih Rahmat yang wajahnya standar orang Desa, dari pada dirinya yang diatas standar orang kota.
Sebelum menutup sambungan telponnya. Radit bertanya terlebih dulu tentang alasan kenapa Rahmat mengundurkan diri, dan HRDnya mengatakan Jika Rahmat di minta untuk mengurus pertanian yang dikelola oleh ayahnya yang sudah sepuh.
Setelah itu radit juga meminta alamat lengkap Rahmat dan dengan cepat HRDnya mengirim biodata seorang Rahmat, yang hanya bekerja sebagai Ob di kantornya.
Radit termenung dipinggir tempat tidur, Apa mungkin Rahmat, tapi kenapa bisa dia kalah oleh seorang Rahmat, yang dia kenal memang baik hati, sopan, pintar dan rajin, hanya isi saku dan wajahnya saja yang agak membuat Radit ragu jika pacar yang dimaksud Julya adalah Rahmat.
"Aku harus temui dia, dan minta penjelasan darinya." ucap Radit yang memilih cara itu, karena menurutnya percuma mencari tahu dari Julya, pasti Julya bungkam lagi seperti tadi, dan jika benar Rahmat adalah pacar Julya maka Radit akan melakukan apa pun agar Rahmat tidak pernah menemui Julya, dan pernikahannya tidak akan berakhir dengan alasan si Rahmat itu.
Sementara itu Julya yang sejak tadi memenuhi pikiran Radit, kini baru keluar dari dalam kamar mandi, dengan hanya menggunakan handuk saja, tapi tenang handuknya handuk kimono, jadi tidak mungkin bisa membangunkan burung yang mungkin masih tidur. Mungkin, karena rasanya autor tidak yakin jika burung Radit masih tidur.
Radit menatap tajam kearah Julya, dengan pikiran tidak percaya jika Julya berpacaran dengan Rahmat, tapi balik lagi hati orang dan pandangan orang saat melihat orang lain berbeda-beda. Kadang yang kita sebut cantik atau ganteng, belum tentu sama dimata orang lain.
Sementara Julya yang ditatap tentu merasa risih, sampai harus melihat penampilannya, beberapa kali. "Masih sopan." batin Julya yang melihat handuk yang dia kenakan. "Tapi kenapa dia menatapku seperti itu?" batin Julya lagi dan karena kesal juga risih terus ditatap Radit Julya pun berkata "Pak, bapa kenapa? tidak mungkin hanya karena penampilan saya seperti ini. pikiran bapak langsung liar bukan?"
"Ya ada apa?" ucap Radit yang tidak jelas mendengar ucapan Julya dan terpaksa Julya mengulangi ucapannya dan Radit langsung tertawa karena tebakan Julya yang salah besar.
"Malah ketawa?" ucap Jilya yang tidak suda ditertawakan.
"Tentu saja, karena kamu salah menebak." jelas Radit.
"Lalu, kalau bukan karena sedang berpartisipasi dengan tubuhku, kenapa bapak menatapku seperti tadi, meresahkan."
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏