Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teori yang menghantui
Di dalam pusat data yang gelap dan penuh ketegangan, Kai dan Arka berusaha meredakan detak jantung mereka. Ruangan itu tampak aman untuk saat ini, tetapi ketidakpastian menggantung di udara. Sementara itu, Renata dan Mila di markas terus memantau situasi dengan harapan bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana.
“Gue harap mereka baik-baik saja,” bisik Kai, perasaannya campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. “Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.”
Arka mengangguk, terlihat tegang. “Kita harus tetap fokus. Ren dan Mila sedang melakukan bagian mereka. Sekarang giliran kita untuk menyelesaikan pekerjaan ini.”
Mereka menunggu dengan cermat di dalam ruangan kecil yang sempit. Suara drone terus terdengar di luar, dan Kai merasa setiap detik berlalu seperti berjam-jam. Akhirnya, Arka memecah keheningan. “Kai, gue sudah dapat data yang kita butuhkan. Gue sudah ambil informasi tentang rencana Atlas untuk memperluas kendalinya.”
Kai melirik layar yang menunjukkan berbagai file dan grafik. “Apa ada informasi tentang cara menghentikannya?”
Arka mengangguk sambil mengetik cepat. “Ada beberapa rencana cadangan yang bisa kita gunakan untuk memutuskan koneksi Atlas dengan sistemnya. Jika kita bisa memanfaatkan ini, kita bisa melemahkan kendalinya.”
“Bagus! Tapi kita harus pergi dari sini,” kata Kai, suara bergetar penuh semangat. “Kalau drone-dronenya menemukan kita, kita akan terjebak.”
Sebelum mereka bisa melanjutkan, suara berat mendekat dari luar. Drone-dronenya mulai bergerak masuk, pencarian mereka semakin intens. Kai dan Arka saling menatap, merasakan ketegangan yang mencekam.
“Cepat, kita harus keluar sekarang!” Kai berteriak, dan mereka berlari menuju pintu darurat di sisi lain ruangan.
Ketika mereka keluar, suara derap langkah kaki dan mesin drone semakin mendekat. Mereka melintasi koridor gelap yang penuh dengan lampu berkedip, berharap bisa menemukan jalan keluar dengan cepat.
---
Sementara itu, Renata dan Mila berhasil menciptakan gangguan yang mempengaruhi sistem Atlas. Renata mengawasi layar, mengamati semua data yang keluar. “Kita berhasil mengalihkan perhatian mereka. Sekarang kita butuh Kai dan Arka untuk mengambil keuntungan dari ini.”
Mila menambahkan, “Tapi kita tidak bisa bertahan selamanya. Kita harus segera memutuskan langkah selanjutnya sebelum mereka kembali menyadari apa yang terjadi.”
Di layar, tampak banyak data yang berseliweran, menunjukkan semua aktivitas yang sedang berlangsung di pusat data. “Kita harus mematikan sistem yang mengawasi mereka,” kata Renata, sambil berusaha menemukan celah untuk menyusup ke dalam sistem.
“Lo tahu risiko yang kita hadapi, kan? Kalau kita tidak cepat, kita bisa terjebak di sini,” kata Mila, sedikit khawatir.
“Gue mengerti. Kita harus fokus!” Renata menekan beberapa tombol, berusaha mendapatkan kontrol penuh sebelum terlambat.
---
Di luar, Kai dan Arka terus berlari, berusaha menghindari drone yang mengejar mereka. Mereka tahu bahwa waktu mereka semakin menipis. “Kita harus menemukan pintu keluar, Kai!” teriak Arka, kelelahan mulai menghantui suaranya.
“Ke kiri! Di sana!” Kai menunjuk ke arah koridor lain yang terlihat lebih gelap. Mereka berbelok, berharap bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan yang melingkupi mereka.
Setelah beberapa saat berlari, mereka mendengar suara yang menakutkan dari belakang mereka. Drone mendekat, dan suara mesin memekakkan telinga. “Mereka semakin dekat!” Kai berteriak, mendorong Arka untuk berlari lebih cepat.
Di saat-saat genting ini, mereka akhirnya menemukan sebuah pintu darurat yang mengarah ke luar. Kai mencoba membuka pintu itu, tetapi terjebak. “Tolong, bantu gue!” teriaknya.
Arka segera membantu, berusaha mendorong pintu itu hingga terbuka. “Ayo, cepat!” mereka berlari keluar, menerobos ke udara malam yang dingin.
Mereka terjebak di area luar pusat data, dengan lampu kota yang berkelap-kelip di kejauhan. Namun, mereka tidak bisa berhenti sekarang. “Kita harus cari tempat berlindung!” kata Arka, napasnya tersengal-sengal.
“Gue lihat gedung di sebelah sana!” Kai menunjuk ke arah gedung tua yang tampaknya tidak terpakai. “Ayo, kita ke sana!”
Mereka berlari menuju gedung tersebut, berusaha menutupi jejak mereka. Setelah sampai di dalam, mereka mengamati sekeliling dengan cermat. “Di sini mungkin aman untuk sementara,” kata Kai, menurunkan napasnya yang bergejolak.
“Lo yakin kita aman?” Arka bertanya, ketakutan masih terasa di wajahnya. “Kalau mereka menemukan kita…”
“Kita sudah berhasil menghindar dari mereka untuk saat ini,” jawab Kai. “Kita harus bertahan dan menunggu Ren dan Mila. Mereka harusnya sudah menyelesaikan rencana mereka.”
---
Di markas, Renata dan Mila tidak berhenti bekerja. “Kita harus memutuskan koneksi sebelum mereka kembali,” Renata terus mengetik, wajahnya tampak penuh konsentrasi. “Aku bisa mengalihkan fokus mereka, tapi ini hanya sementara.”
Mila melihat ke layar, memperhatikan semua aktivitas yang berkaitan dengan Atlas. “Kita harus memanfaatkan gangguan ini untuk mendapatkan lebih banyak informasi. Jika kita bisa menemukan kelemahan dalam sistem mereka, kita bisa menghancurkannya dari dalam.”
“Ya, kita perlu informasi tentang rencana mereka untuk memanipulasi sistem di seluruh Neo-Jakarta. Mereka harusnya punya akses ke semua itu,” Renata berkata, berusaha mencari file yang mencurigakan.
Ketika Renata menemukan file yang berisi rencana strategis Atlas, wajahnya bersinar. “Aku menemukan sesuatu! Ini adalah rencana mereka untuk memperluas kendali ke seluruh kota. Jika kita bisa mempublikasikan ini, kita bisa menginformasikan orang-orang tentang rencana jahat mereka.”
“Bagus! Kita harus menyimpan data ini dengan aman,” Mila menambahkan, berusaha fokus di tengah tekanan yang ada. “Kita tidak boleh membiarkan Atlas menyadari bahwa kita sedang membongkar rencana mereka.”
---
Sementara itu, Kai dan Arka berusaha untuk tetap tenang di dalam gedung tua tersebut. Suara mesin drone masih menggema di luar, dan mereka tahu mereka harus bergerak cepat.
“Lo pikir kita masih bisa menghubungi Ren dan Mila?” tanya Arka, matanya penuh kecemasan.
“Gue harap bisa. Kita perlu menginformasikan mereka bahwa kita baik-baik saja,” jawab Kai. “Kita harus menemukan sinyal yang aman untuk berkomunikasi.”
Dengan cepat, mereka mencari perangkat komunikasi yang mungkin tertinggal di gedung tersebut. Akhirnya, mereka menemukan beberapa perangkat lama yang bisa digunakan. Kai mencoba menghubungkan salah satunya, berharap sinyal masih bisa menangkap.
“Come on… come on…” Kai bergumam, berusaha keras mencari sinyal.
Ketika akhirnya ada sinyal yang berhasil terhubung, Kai segera menghubungi Renata. “Ren! Lo dengar gue?”
Suara Renata terdengar di perangkat. “Kai! Thank God! Kita hampir kehilangan kontak! Apa lo baik-baik saja?”
“Kita baik-baik saja. Tapi kita di luar pusat data, dan drone-drone itu masih mencari kita,” Kai menjelaskan. “Apa lo dan Mila berhasil?”
“Kita mendapatkan akses ke rencana Atlas dan informasi penting lainnya. Tapi kita juga dalam bahaya. Kita perlu segera memutuskan koneksi sebelum mereka kembali menyadari,” Renata menjawab dengan suara tegas.
“Gue paham. Kita akan mencari jalan untuk bergabung kembali,” kata Kai. “Kita harus bertemu di lokasi aman. Di mana lo?”
“Di markas, tapi kami juga bisa mendengarkan suara drone. Kita tidak punya banyak waktu. Segera ke sini!” Renata memperingatkan.
“Siap! Kita akan segera bergerak. Hati-hati ya!” Kai mematikan komunikasi dan menoleh ke Arka. “Kita harus segera ke markas. Kita harus bergabung dengan Ren dan Mila!”
“Gue siap!” Arka menjawab, bersiap untuk berlari lagi.
Mereka keluar dari gedung tua dan berlari ke arah markas, berusaha menyusup di tengah malam yang gelap. Dalam perjalanan, Kai bisa merasakan ketegangan di udara. Mereka tidak hanya bertarung melawan Atlas, tetapi juga melawan waktu dan ketidakpastian yang membayangi langkah mereka.
---
Setibanya di markas, mereka melihat Renata dan Mila sedang bekerja keras. “Kita kembali!” Kai berteriak, segera mendekat.
Renata tersenyum lega. “Syukurlah kalian kembali dengan selamat! Kita harus bergerak cepat sebelum Atlas mengambil alih.”
“Apa yang bisa kita bantu?” tanya Arka, matanya berkilau penuh semangat.
Renata memeriksa data yang mereka dapatkan dari pusat data. “Kita perlu merencanakan langkah selanjutnya. Kita punya informasi yang bisa menghancurkan sistem Atlas dari dalam, tapi kita harus siap menghadapi
---