Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Sinta,aku bisa menjelaskan tentang Irene," ucap Bara yang tampak khawatir.
"Seingatku,kau perna bilang padaku jika kau masih perjaka. Apa aku salah dengar?"ujar Sinta tanpa ekspresi.
Bara tidak bisa menjawab,segera ia menarik tangan Sinta untuk mengajaknya pulang.
Sinta menepis tangan Bara,entah kenapa perasaannya tidak terima jika pria ini sudah membohongi dirinya.
"Aku tidak bermaksud untuk membohongi mu,"ucap Bara tapi tidak di respon oleh Sinta.
Pernikahan mereka terjadi secara tidak sengaja,tapi saat ini Sinta masih istri Bara yang mengandung anaknya. Ada perasaan marah dalam hati Sinta saat ia tahu jika Bara sudah pernah menikah.
sepanjang perjalanan pulang, Sinta hanya diam saja bahkan ia lebih memilih memejamkan mata pura-pura tidur, Chris menahan Bara untuk tidak mengajak Sinta bicara sekarang.
Sesampainya di rumah,Sinta langsung masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan Bara. Segera pria ini menyusul istrinya untuk menjelaskan siapa Irene yang sebenarnya.
"Sinta, maafkan aku,bukan maksudku menyembunyikan tentang Irene, hanya saja aku sudah melupakan dia."
"pernikahan kita terjadi atas paksaan mu, kau bilang padaku jika kau masih perjaka tapi ternyata kau seorang duda. Kenapa kau harus membohongi aku padahal kau bebas melakukan apa saja padaku,"ucap Sinta dengan raut wajah datar,"Dasar bapak-bapak pembohong!"kesal Sinta.
"Jika aku duda, memangnya kenapa?Apa kau akan meninggalkan aku?"tanya Bara langsung pada intinya,"Irene, perempuan itu yang lebih dulu meninggalkan aku.dia berselingkuh dengan sesama model lalu pindah keluar negeri untuk menghindari media.aku memergoki mereka berhubungan badan di salah satu hotel,jadi aku putuskan untuk menceraikan dia.
"Aku tidak mau tahu tentang masa lalumu, yang aku pertanyakan,kenapa kau mengaku masih perjaka?"
Bara diam tidak menjawab.
"Modus,jangan sampai ada korban lagi selain aku,"ucap Sinta.
"Ya, jangan sampai ada korban lagi selain kau,cukup kau yang pertama dan terakhir sebab kau istriku sekarang,"tegas Bara.
"Sinta berdecak kesal, rasanya malas sekali untuk tidur berdua dengan bara malam ini.
"Sipaling perjaka tapi nyatanya sudah menembak benih di mana-mana,"singgung Sinta.
"Sinta,ingin sekali aku meremas mulutmu,"kesal Bara.
"Pembohong,"seru Sinta yang kembali merasa sakit hati."Dosa apa aku sampai mendapat suami kejam,tua dan duda seperti dia!"jerit Sinta dengan nada yang sengaja di tekan.
"Perjaka katanya,"singgung Sinta.
Bara diam dan mengalah lagi pula ia yang salah sudah mengaku perjaka pada Sinta.
"Cantikan padahal,"seru Sinta.
"Lebih cantik dirimu,"seru Bara sama sekali tidak membuat kepala Sinta membesar.
"Mimpi apa nikah sama duda?"celetuk Sinta ,sejak kemarin selalu membahas tentang masalah ini.
Kalau duda kenapa memangnya?masih utuh juga kan,?ucap Bara dengan santai.
"Apa yang masih utuh?"
"Pistol tanpa pelatuk,"jawab Bara tanpa merasa malu.
Sinta membuang pandanganya,ia merasa malu mendengarnya.
"Duda tidak masalah yang penting bisa menembak perutmu sampai buncit," ucap Bara kemudian tertawa.
Sinta menelan salivanya kasar,ia terlihat seperti orang yang sedang salah tingkah, apa lagi saat ini Bara sedang menatap dirinya. Sorot mata pria ini mengunci pergerakan Sinta.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melepaskanmu,kau istriku,itu artinya kau akan hidup semati bersamaku,"ucap Bara.
"Pasti akan ada istri kedua, ketiga dan seterusnya. Aku ini hanya mainan yang pernah kau ucapkan sebelumnya,iya kan?"
"pemikiran mu selaluh saja buruk kalau tentang aku,"ucap Bara yang merasa kesal."kenalin aku luar dalamnya maka kau akan tahu siapa aku."
"Sipaling banyak rahasia!"seru Sinta.
Salah lagi,jika aku mengatakan kalau aku sudah mencintaimu,apa kau akan percaya?"tanya Bara membuat Sinta tertawa.
"Kau menginginkan jawaban seperti apa?"Sinta bertanya balik.
Bara berlalu begitu saja,keluar dari kamar karena di bawah ada Chris yang sedang menunggu dirinya. Sinta juga ikut turun,di lihat dari wajah Chris seperti orang yang sedang gelisa.
"Kau tidak bisa bicara sekarang,"ucap Bara dengan nada pelan.
Chris menjawab dengan anggukan,pria ini memperhatikan Sinta yang sedang berjalan menghampiri mereka.
"Bagaimana kabarmu hari ini?"sapa Chris.
"Sangat baik,"jawab Sinta.
Sekali pun ia merasa pusing dan lemas,tapi Sinta tidak pernah mengeluh pada Bara.
"Aku akan kembali ke kamar,"ucap Sinta yang merasa canggung.
Bara dan Chris menjawab dengan anggukan, kedua pria ini lebih memilih pergi ke ruang kerja untuk membicarakan sesuatu yang penting.
"Papa sakit,dia meminta untuk bertemu dengan Sinta,"ucap Chris memberi tahu.
Bara menarik napas panjang,pria ini memijat pelipisnya merasa bingung memikirkan permasalahan Chris.
"Haruskah aku memberitahu Sinta tentang siapa kau sebenarnya?"
"Jangan gila,"seru Chris."Mendengar ucapannya kemarin membuat aku setres memikirkanya.
"Dan kita tidak bisa berlama-lama menyembunyikan rahasia ini. Andai kita tidak mencari tahu tentang Sinta,sudah pasti tidak akan ada malah seperti ini."
"Bara,ingin sekali aku memukul wajahmu tapi aku harus berterima kasih kepadamu karena kau sudah menemukan adikku, keluarga kami yang hilang,"sahut Chris yang merasa kesal." tolong ajak Sinta pergi ke rumah sakit sore nanti. Terserah alasannya apa, papa bisa di ajak kerja sama."
"ya,aku akan melakukannya,"jawab Bara.
tanpa mereka sadari,ada sepasang telinga yang sedang menguping di balik pintu yang tidak tertutup rapat.
Akhirnya kecurigaan Sinta tentang sikap Chris yang selama ini berlebihan padanya terjawab suda.
Dengan langkah terlatih,Sinta kembali ke kamar, entah kenapa tadi ia merasa ada dorongan dalam dirinya untuk mengikuti Bara dan Chris.
"Adikku? Keluarga kami yang hilang?Hai, maksudnya aku ini adalah adik Chris?"
Sinta mengusap wajahnya kasar, kenyataannya apa lagi yang harus ia hadapi sekarang. Ada yang menusuk di hati tapi bukan jarum,ada yang menyayat tapi bukan
belati. Sinta merasa hatinya sakit sekali.
"Mereka mengorek latarbelakangku?kapan?dan untuk apa?.
Sinta duduk di tepi ranjang,ingin sekali menangis tapi matanya tidak bisa di ajak kerja sama.
"Ayo menangis,aku sedang sakit hati sekarang."ucap Sinta tapi tetap saja air matanya tidak mau keluar.
emosi di dalam dada terasa membuncak, sekalipun apa yang di bicarakan Bara dan Chris adalah kebenaran yang memiliki alasan, masih begitu sulit harus ia terima apa lagi memaafkan.
Sinta menarik ulur napasnya,menenangkan hati agar terlihat biasa saja, bahkan saat Bara masuk ke dalam kamar,sikapnya terlihat biasa saja.
"Sore ini kita akan pergi menjenguk papa Chris yang sedang di rawat di rumah sakit," ucap Bara memberitahu Sinta.
"Kau saja yang pergi,aku tidak mau."Tolak Sinta seketika membuat kepala Bara terasa nyeri.