Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. jorok
Malam hari telah tiba. Adel mengajak Al untuk sholat berjamaah bersama, namun Al menolaknya selama ia dinyatakan lumpuh Al tak pernah melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Ayo, magrib dulu." Ajak Adel.
"Kau saja." Jawab Al.
"kamu juga harus sholat, ayo aku bantu kamu untuk mengambil wudhu..! Jangan mentang-mentang udah dinyatakan lumpuh bukan berarti harus berhenti sholat, selama masih hidup jika tidak bisa berdiri, maka kamu bisa duduk, berbaring, atau mengedipkan mata sebagai isyarat untuk menjalankan sholatmu, mengerti?!" Jelas Adel panjang lebar.
"Hem"
Jawaban paling tidak di sukai oleh Adel, mulutnya komat kamit sambil mendorong suaminya ke kamar mandi. Dengan telaten Adel membantu Al mengambil wudhunya tanpa menyentuhnya. Selesai dengan wudhunya, Adel membawa suaminya keluar kemudian mengambil sarung dan mukena untuknya, keduanya sholat dengan masing-masing karena Al tidak pede jika menjadi imam sholat.
Selesai melaksanakan sholatnya, Adel mengajak suaminya turun ke bawah untuk makan malam, untuk pertama kalinya Al makan di bawah bersama keluarga lainnya. Dari kejauhan Indah melihat anaknya bersama menantunya datang, senyum terbit dari bibirnya alangkah bahagianya ia melihat Al jauh lebih baik semenjak menikah dengan Adel.
"Selamat malam everybadeehhh.." Sapa Adel heboh.
"Berisik..!" Protes Al menutup telinganya.
"Mulut-mulut saya, kenapa anda yang repot..!" Balas Adel sewot.
"Selamat malam juga, kakak iparkuhhh" Sahut Cindy menaik turunkan alisnya.
"Selamat malam juga del, silahkan duduk kita makan malam bersama." Ucap Indah.
"Aku mau masak dulu buat Al, kalian makan duluan aja." Ucap Adel. Makanan untuk Al tidak boleh sembarangan, harus terjamin kesehatannya dan keamanannya
Indah menganggukkan kepalanya di ikuti oleh yang lainnya, Adel pergi ke dapur mengambil bahan makanan yang akan dia masak untuk Al. Indah sudah memberitahukan kepada semua pelayan jika menantunya sedang memasak, maka tidak boleh ada yang membantunya, dua pelayan yang pernah membully Adel pun langsung di pecat karena telah melanggar aturan di mansion Wiguna. Bukan Adel merasa menjadi ratu, dia hanya ingin berbakti pada suaminya dan apapun yang di butuhkan oleh Al senantiasa harus ia yang melayani ataupun menyiapkannya.
Tak membutuhkan waktu lama Adel menyelesaikan masakannya, cumi asam manis dan tumis capcai. Menunya berbeda dari yang lainnya, sebab itu sesuai request Albert dan setiap mau makan Adel pasti mendadak masak, biasanya makan itu enak kalau masih hangat. Itulah kebiasaan yang disukai oleh Al.
"Taraa.. Udah jadi." ucap Adel membawa piring masakannya ke meja makan.
Aroma wangi tercium oleh seluruh anggota keluarga yang berada di meja makan, Adel menyendokkan nasi beserta lauk pauknya lalu menyuapkannya kepada Al. Tangan Al seringkali merasa keram dan tiba-tiba mati rasa, jadi untuk itu Adel yang akan menyuapinya.
"Andai ayang satria ada disini" Gumam Cindy menopang dagunya menatap Adel dan Al.
" Kuliah dulu yang bener" Tegur Rasya.
" Udah deh kalian diem, jangan ganggu pengantin baru." Ucap Indah.
Adel dan Al tak menanggapi ucapan orang lain, dengan telaten Adel menyuapi Al sampai habis nasi di piringnya habis. Al sudah selesai dengan makannya, Adel kembali mengambil nasi beserta lauk pauknya ke dalam piring yang sana.
"Kenapa mengambil lagi? aku sudah kenyang" Ucap Al.
"Bukan untukmu, ini untukku" Jawab Adel.
"Ambil piring baru, itu bekasku" Protes Albert.
"Jangan protes, anggap saja ini sepiring berdua, romantis bukan? Raaawwwrrr..." Goda Adel dengan gaya centilnya.
"Jorok." Cibir Al sambil memalingkan wajahnya.
Setiap Adel menggodanya Al selalu di buat malu, saat orang lain menghina kekurangannya, hanya Adel yang menerima bahkan mengurus segala keperluannya, tapi satu hal yang Al selalu jagadan dia tak mau memperlihatkan perasaannya pada Adel, dia tak mau berharap lebih karena Al takut suatu saat Adel lelah dan menyerah dengan dirinya lalu meninggalkannya. Seperti Sonia yang sudah hampir 3 tahun lamanya menjalin kasih dengannya sampai akhirnya meninggalkannya, maka dari itu Al tidak terlalu percaya dengan yang namanya cinta.
Setiap luka meninggalkan trauma, setiap trauma terkadang sulit untuk keluar bila sudah merasa terpenjara. Membangun kepercayaan kembali dengan lawan jenis cukup tidak mungkin bagi Albert, tapi ia juga tak tahu kedepannya akan seperti apa. Apakah Adel akan bertahan ataukah mundur, dua kemungkinan itu yang akan terjadi suatu hari nanti, Albert hanya mampu siapkan hatinya.