Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Nathan tiba di waktu yang tepat. Kini dia telah berada di antara mereka bersama Bu Maria, guru bimbingan konseling. Wanita berambut kriting itu terkejut melihat aksi pembullyan yang di lakukan Siska di depan mata kepalanya sendiri.
Selama ini memang ada beberapa siswa yang telah menjadi korban siska dan mengadu pada beliau. Namun tak di hiraukan oleh Bu Maria karena kurangnya bukti. Di tambah lagi Siska merupakan siswi yang berpengaruh di sekolah. Tapi sekarang tak dapat di bantah lagi, ia menyaksikan sendiri kelakuan nakal muridnya itu.
Dengan segera Siska membuang jauh-jauh pisau lipat yang di genggamnya tadi. Wajahnya berubah pucat pasi melihat Nathan yang kini telah berada di hadapannya. Begitu juga dengan temannya yang lain. Sudah dapat di pastikan kalah mereka akan mendapatkan hukuman nantinya. Tak perduli dengan status mereka, yang pasti perbuatan nya sudah keterlaluan.
"Cewek gila kalian ini yaa. Salah apa coba Aqilla ke kalian semua hah!! Tindakan kalian ini udah termasuk kriminal tau gak!! Gak nyangka yaa, anak dari seorang donatur sekolah ngelakuin hal keji kayak gini" ucap Nathan pelan sambil menatap tajam ke arah Siska.
"Aku ngelakuin ini juga karena kamu Nath, aku gak terima liat kamu dekat sama dia. Apa sih kelebihan dia Sampek kamu segitunya ngejar dia hah!! Aku udah ngelakuin banyak cara buat dapat perhatian kamu tapi kamu gak pernah mandang aku sedikit aja. Sedangkan dia, kamu gak pantes sama dia Nathan" jawab Siska membela diri.
"Aku mau deket sama siapa aja itu hak aku, urusan nya sama kamu apa hah!! Apa selama ini Aqilla ganggu hidup kamu, aku rasa gak pernah yaa. Dan kalau kamu berpikir dengan cara sampah kamu kayak gini bisa buat aku tertarik sama kamu maka kamu salah besar. Yang ada aku makin ilfeel tau gak."cetus Nathan pelan namun menusuk.
"Ta...tapi Nathan, sedikit aja kamu bisa kan ngasih aku kesempatan buat buktiin kalau aku lebih baik dari dia. Pertama kali kamu pindah kesini aku udah langsung suka sama kamu. Jadi seenggaknya sedikit aja kamu balas perasaan aku. Harusnya kamu bersyukur aku duluan yang suka sama kamu, sementara cowok lain berebut pengen jadi pacar aku" ucap Siska tak tahu malu.
Nathan menatap Siska dengan senyum smirk nya. Memindai tubuhnya dari atas sampai bawah. memang ia akui gadis di depannya ini cukup cantik. Tapi cantik saja tidak cukup untuk Nathan. Nathan tidak habis pikir bagaimana bisa ada perempuan seperti Siska. Hanya karena banyak cowok yang menyukai karena kecantikan nya lantas semua cowok ia sama ratakan.
"Sorry, gua gak minat sama cewek sok dan sombong kayak kamu. Minggir, aku mau bantu Aqilla buat jauh-jauh dari Mak lampir kayak kamu. Dan satu hal lagi aku pastikan kamu dan geng mu itu pasti akan dapat masalah. Dan jangan karena kamu anak seorang donatur sekolah bisa seenaknya sama orang lain." tandas Nathan.
Nathan menyenggol bahu kiri Siska saat melewati nya yang membuat Siska tergeser dari tempatnya semula. Dengan cepat,ia membuka tali ikatan di tangan dan tubuh Aqilla lalu membawanya pergi dari tempat itu. Sementara Bu Maria masih mematung dan menatap tajam ke arah ke-empat siswinya.
" Kalian ber empat besok jumpai saya di ruang kepala sekolah. Dan kamu Siska, jika tidak terima dengan keputusan sekolah kamu bisa bawa orang tua kamu. Karena ini udah keterlaluan dan tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan hukuman pada kalian" ucap Bu Maria lalu pergi meninggalkan mereka yang menahan amarah.
"Awas kamu Aqilla aku akan balas nanti. mungkin hari ini kamu bisa lolos dari aku tapi aku pastiin lain kali kamu akan habis di tanganku"dengus Siska.
Nathan membawa Aqilla ke toilet guna membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia juga meminjamkan baju gantinya yang selalu tersedia di loker. Sembari menunggu, Nathan memainkan ponselnya sambil berdiri menyandar di dinding toilet.
Tak berselang lama, Aqilla pun keluar dengan memakai kaus yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Rambutnya yang masih sedikit basah ia biarkan tergerai. Penampilannya cukup lebih baik dari pada sebelumnya, bau busuk yang tadi sempat membuatnya mual telah tergantikan dengan harum shampo wangi buah.
"aku udah selesai, kita langsung pulang yuk udah sore juga" ajak Aqilla. Nathan pun mengangguk dan memasukkan ponselnya di saku celana.
Keduanya berjalan beriringan menuju area parkiran. Tak ada obrolan hangat seperti biasa. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aqilla yang merasa tak enak hati pun bingung mau mulai pembicaraan.
"hmm Nathan, makasih ya udah tolongin aku tadi. Hampir aja wajahku tadi di rusak sama Siska. beruntung kamu cepat datang."ujar Aqilla.
"iyaa sama-sama kayak sama siapa aja sih. Itu udah termasuk tugas aku sebagai teman buat jagain kamu. Lagian kamu kenapa sih gak cerita sama aku kalau di ajak ketemuan sama mereka. Untung aja aku tadi ngikutin kamu dan sempet ngasih tau Bu Maria." balas Nathan.
"Ya aku gak kepikiran kalau Siska bakalan nekat kayak tadi. Tadi siang tuh waktu aku antar buku ke kantor guru, gak sengaja nabrak dia. Aku udah minta maaf tapi dia gak mau jadi sebagai gantinya dia ngajak aku ketemu. siapa yang tau coba kalau dia bakal kayak gitu" terang Aqilla.
"Ya lain kali kamu harus hati-hati sama dia. Dia itu kayaknya nekat gitu, apalagi semua keinginannya harus tercapai. Jadi dia menghalalkan segala cara"
"Termasuk buat dapetin kamu gitu?" tanya Aqilla memotong pembicaraan Nathan.
Nathan memberhentikan langkahnya dan memandang lekat Aqilla yang berada di sampingnya.Mengelus puncak kepala Aqilla dengan lembut dan memamerkan senyum manisnya.
"Itu gak penting Aqilla, mau Sampek dia jungkir balik buat dapet perhatian aku juga gak mempan. Kan udah ada kamu. Teman tapi spesial di hati aku. Tapi kalau Sampek dia nyakitin kamu lagi jangan harap hidupnya bisa tenang. Kamu juga harus cerita apa pun itu sama aku. Okee cantik.." ucap Nathan.
Aqilla tak menanggapi ucapan Nathan. perlakuan manis Nathan membuatnya tersipu malu. Rasa takut yang sempat hinggap beberapa waktu lalu seolah lenyap begitu saja. Tak hentinya Aqilla bersyukur bisa bertemu lelaki itu. Meskipun terkadang tingkahnya konyol, ngeselin penampilan nya urakan tapi tetap saja ada sisi lain di dirinya yang hanya Aqilla lah yang dapat merasakannya.
"Aku antar kamu pulang yaa. Biar cepet Sampek rumah,udah sore banget ini. Nanti kamu di cariin lagi sama mama kamu" tawar Nathan saat sudah berada di parkiran.
"gak usah Nathan, aku naik angkot aja masih banyak kok yang lewat. Kamu hati-hati yaa pulangnya jangan ngebut. sekali lagi makasih buat yang tadi. Aku duluan yaa..bye" pamit Aqilla meninggalkan Nathan menuju gerbang sekolah.
Nathan terus memperhatikan punggung Aqilla yang semakin menjauh dari pandangan. Bibirnya terangkat membentuk bulan sabit, membuat seluruh wanita yang melihatnya pasti terkesima. Perasaan Nathan pada Aqilla semakin dalam, ia sangat mengagumi gadis itu. Di saat yang lain berlomba untuk mendapatkan hatinya, Aqilla yang jelas di sukai Nathan malah memilih untuk berteman saja. Gadis itu sangat sederhana, tangguh, periang dan pemaaf dan itulah yang membuat Nathan menyukainya.
Setelah kurang lebih hampir setengah jam Aqilla berada di angkot,akhirnya sampai juga dia di area perumahan miliknya. Mungkin kebanyakan orang pasti lebih memilih naik taksi apalagi tinggal di kawasan elit. Tapi tidak untuk Aqilla, tidak berjalan kaki saja sudah bersyukur.
Ia bersenandung kecil saat hendak memasuki halaman rumahnya. Namun, seketika nafasnya tercekat melihat mobil Miranti sudah terparkir di garasi rumah. Apa yang harus ia lakukan sekarang, Miranti pasti akan sangat marah jika tahu ia pulang telat dan memakai baju lelaki.
Mengapa Miranti pulang secepat ini. Bukankah harusnya tiga hari lagi dia baru pulang. Ini bukan waktu yang tepat untuk menerka-nerka. Mau tak mau ia harus menghadapi amukan sang mama yang sudah pasti ia terima.
Perlahan Aqilla mulai menginjakkan kakinya menuju pintu rumah megah itu. Jantungnya berdetak lebih kencang, segala pikiran buruk terus terlintas di benaknya. Tangannya mulai meraih knop pintu dan membukanya perlahan.
Dalam sekejap, terlihat lah sosok wanita berusia hampir kepala empat menggunakan dress selutut tengah duduk anggun di sofa ruang tamu. Sorot matanya jelas menampilkan kemarahan yang tertahan. Aqilla membeku di tempat tak berani berkutik atau sekedar memandang wanita itu.