Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29: Arga
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, Ady merutuki Arga karena dia sungguh kesal mendengar apa yang Alea ceritakan mengenai Arga.
"Seharusnya tadi kamu bogem bibirnya biar jontor sekalian," seru Ady.
"Udahlah mas, kita udah mau sampai ke pemakaman ini," ujar Alea menenangkan Ady.
Benar saja, mobil mereka telah sampai di pemakaman. Alea dan Ady pun segera turun dari mobil, mereka memakai payung agar Ara tak terkena panasnya matahari.
Mereka berjalan melewati beberapa kuburan, dan netra Alea jatuh pada kedua kuburan orang tuanya. Namun, dia merasa heran karena di kuburan bapaknya terdapat sebuket bunga. Akan tetapi, hanya di tempat bapak Alea saja sedangkan di kuburan sang ibu tidak ada sama sekali.
"Sebelum kita kesini ada yang datang?" tanya Ady sambil menatap wajah Alea.
"Aku gak tau," lirih Alea.
"Apa Edgar?" tanya Ady.
Alea menggeleng pelan, berhubung Ara berada di gendongan Ady sehingga Alea mudah untuk berjongkok.
"Edgar tidak mungkin kesini tanpa membersihkan rumput, dia selalu membersihkan rumput di kedua kuburan bapak dan ibu," ujar Alea.
Ady menenangkan Ara yang menggeliat, dia menepuk tubuh sang anak agar kembali tertidur.
Alea menatap kuburan orang tuanya dengan menahan rindu, dia bercerita tentang apa yang terjadi di hidupnya. Ady pun hanya mampu mendengarkan dan tak berani untuk memotong cerita Alea.
"Syuutt,"
Ady membawa Ara menjauh karena bayi itu merengek kecil, dia takut rengekan Ara membuat Alea terganggu.
"Syuutt, tidur lagi yah sayang," ujar Ady pada putrinya.
Netra Ady tak sengaja melihat mobil yang sangat dia kenali, mobik itu baru berjalan dan pergi meninggalkan pemakaman. Ady pun terheran mengapa orang itu berada disini.
"Arga? kenapa dia ada di sini? apa ada keluarganya yang di kuburkan di sini? tapi siapa?" pertanyaan itu muncul di benak Ady, walau keluarganya dan keluarga Arga bersahabat akan tetapi dia tahu banyak soal Arga.
"Mas,"
Ady menoleh ketika Alea memanggil nya, dia menatap mata Alea yang terlihat sembab. Pasti wanita itu habis menangis karena rindu dengan orang tuanya.
"Sudah? ayo kita pulang," ajak Ady.
Alea mengangguk, Ady merangkul pinggang Alea. Mereka pun menaiki mobil dan kembali ke rumah.
Selama di perjalanan, Alea dan Ady hanya dia dengan pemikiran masing-masing. Sedangkan Ara, bayi itu tampak pulas tertidur di gendongan Alea.
"Al," panggil Ady.
"Iya mas?" sahut Alea.
"Kalau kita pindah dari kediaman Dominic ke rumahku apa kamu mau?" tanya Ady dengan hati-hati.
Alea menolehkan kepalanya, dia menatap wajah suaminya yang sedang fokus menyetir.
"Aku hanya bisa mengikuti mas, tapi apa tidak apa dengan mamah dan papah? ehm maksudku ... kalau kita keluar dari rumah orang tuamu, bagaimana dengan eyang dan kakek? mereka sangat senang dengan Ara, begitu juga dengan mamah dan papah. Setidaknya sampai Ara berusia satu tahun, biarkan mereka menyaksikan pertumbuhan Ara," jawab Alea dengan saran.
Ady tampak berpikir, mobilnya sedang terhenti di lampu merah sehingga Ady bisa menatap istrinya itu.
"Oke kalau begitu, umur Ara setahun kita pindah ke rumah milik kita," ujar Ady menyetujui ucapan Alea.
Ady kembali menjalankan mobilnya, Alea tampak memperhatikan Ara yang sudah terbangun. Bayi itu memainkan lidahnya, sesekali Alea tertawa ketika putrinya melakukan hal yang lucu.
Netra Alea kembali menatap ke depan, keningnya mengerut kala melihat tempat yang ada di sekitarnya.
"Kita ngapain ke mall mas?" heran Alea karena melihat tempat parkir yang dia tebak adalah parkiran mall.
"Udah ikut aja, sekalian jalan-jalan. Kamu bosan kan di rumah?" ajak Ady seraya tersenyum tipis.
Alea hanya bisa menurut, sudah lama sekali dia tidak ke mall. Lantaran uang yang tak menyukupi dan setelah melahirkan.
Ady mengeluarkan stroller Ara dari bagasi mobilnya, setelahnya dia memindahkan Ara ke dalam stroller itu.
"Kamu udah persiapan?" kaget Alea.
"Memang aku niat ajak kamu kesini," ujar Ady.
Ady mendorong stroller Ara, Alea pun mengikuti Ady dari samping. Alea sungguh senang, sudah sangat lama dirinya tak pernah lagi menginjakkan kakinya di mall.
Ady mengajak Alea ke sebuah toko khusus wanita, Alea yang sadar segera memegang lengan Ady yang berada di pegangan stroller.
"Buat apa kita kesini mas?" heran Alea.
"Beli keperluan kamu, buat apa lagi?" sahut Ady.
Ady kembali berjalan, Alea pun hanya bisa mengekori suaminya itu sambil sesekali melihat dress yang terpajang.
"Halo selamat siang, selamat datang di toko kami. Ada yang bisa kamu bantu?" ujar pegawai toko tersebut pada Ady.
"Saya minta beberapa baju wanita, yang sedikit longgar. Baju terusan," titah Ady.
"Baik, saya akan mengambilkannya. Mohon di tunggu," ujar pegawai itu dan beranjak dari hadapan Ady.
Netra Alea sedari tadi sibuk melihat baju-baju yang terlihat anggun dan cantik, tetapi pastinya baju itu tak akan cocok dengan dirinya yang sedikit gemuk karena melahirkan.
"Apa ada yang kamu suka?" tanya Ady.
"O-oh tidak, Ehm maksudku ada tapi tidak perlu juga. Lagian bajuku masih sangat banyak," ujar Alea.
Ady mengalihkan pandangannya, dia menatap sekumpulan baju spesial yang berada di satu sudut. Ady pun mendekati, dia menatap baju tersebut dan menolehkan kepalanya pada Alea yang masih sibuk melihat-lihat yang lain.
"Alea! kemarilah!" panggil Ady.
Alea tampak menoleh, dia mengerutkan keningnya dan berjalan menghampiri Ady.
"Pilih mama yang bagus," ujar Ady dan menunjuk pada baju kurang bahan itu.
"Mas, kamu taukan aku dari dulu gak suka pakai-pakaian terbuka kayak gini. Aneh kamu," ujar Alea yang menatap tak suka pada baju itu.
Ady memutar bola matanya, dia juga tak suka jika Alea keluar dengan memakai baju khusu di perlihatkan oleh dirinya keluar rumah. Jelas tidak boleh!
"Ini namanya baju haram," ujar Ady.
"Tuh kan, namanya aja baju haram. Gak boleh di pake," seru Alea.
Ady berdecak sebal, istrinya ini pura-pura tidak mengerti atau memang tak mengerti. Sebelum mereka bertengkar saat itu Alea sering menggunakan pakaian itu di dalam kamar.
"Dengerin dulu, ini namanya baju haram kalau di pake di luar kamar. Tapi jadi halal kalau di pake di dalam kamar, tambah halal lagi kalau di pake depan aku," ujar Ady.
"Gitu? kok bisa?" heran Alea.
"Ya bisa, emang hukumnya begitu!" gemas Ady.
Alea tampak mengangguk, dia tertarik pada! lingerie berwarna merah terang. Ady pun mengangguk antusias kala Alea memperlihatkan baju itu di depannya.
"Yang buat baju kayak gini ngantuk kali yah, kamu liat gak mas nih baju banyak bolongnya? udah gitu harganya mahal banget lagi, mana kainnya tipis," ujar Alea.
Ady menjatuhkan rahangnya, tampaknya Alea mencoba mengerjai dirinya. Tak mungkin Alea tak mengetahui baju tersebut.
"Udah mas gak usah di beli, masih bagusan daster," ujar Alea dan mengajak suaminya ke tempat lain.