"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisakah Mengirim Mommy Yang Baik?
...Ikhlaskanlah, mungkin perpisahan adalah cara unik dari Tuhan untuk menunjukkan bahwa ada yang lebih layak untukmu....
.
.
.
Jakarta, Indonesia
4 tahun kemudian
Dia laksana pohon beringin yang tangguh, hebat dan kokoh. Hujan dan badai yang menerjang dengan dahsyat tak dapat menggoyahkannya. Dia memiliki hati sedingin es, tatapan tajam menghujam layaknya busur panah yang mampu membuat siapapun runtuh.
Namun, di balik ketangguhan itu ada sosok yang rapuh.
Sebagaimana pohon beringin yang memiliki kemampuan menyimpan air, seperti itu pula dia menyimpan luka untuk dirinya sendiri. Empat tahun nyatanya tidak cukup untuk menyembuhkan luka hatinya atas pengkhianatan dan tipuan.
Rafli yang dulu hangat dan lembut telah berubah menjadi sosok yang dingin, pendiam dan terkadang mudah marah. Seolah hatinya telah mati dan terkubur bersama hilangnya Arumi.
Pagi ini ia sudah berdiri di depan cermin sambil membenarkan dasi. Ini akhir pekan, tetapi ia memilih bekerja. Seperti inilah kehidupan yang ia jalani empat tahun belakangan. Hari-harinya dihabiskan dengan bekerja. Melupakan segenap rasa sakit yang pernah memasung hatinya tanpa ampun.
Langkah lelaki itu terhenti sejenak kala pandangannya terpaku pada si kecil Aika. Malaikat kecil nan cantik yang menjadi sumber kekuatannya, peredam amarah, dan penyejuk hati yang membara.
Meskipun tak dapat dipungkiri, setiap bagian dari diri putrinya mengingatkan Rafli akan sosok Arumi.
Aika memiliki potongan wajah dari daddy-nya. Bentuk hidung, bibir dan garis wajah sama persis. Sedangkan bola mata, rambut, bahkan kebiasaan sama seperti wanita yang melahirkannya.
Contoh kecil seperti yang tersaji di hadapan Rafli sekarang, Aika sedang sarapan roti tawar dengan lelehan susu coklat manis, persis seperti kebiasaan Arumi dulu.
Entah mengapa kenangan Arumi selalu saja menyeretnya ke masa lalu. Masa lalu yang begitu ingin ia singkirkan dari pikirannya. Tetapi, semakin Rafli ingin melupakan semakin bayangan Arumi menghantui.
"Makan yang banyak ya, Sayang." Ucapan Yuna membuyarkan lamunan lelaki itu.
Yuna sedang duduk di kursi sambil menyuapi Aika dengan sepotong roti. Sejenak perhatian wanita itu teralihkan kepada suaminya yang pagi ini sudah rapi dengan setelan pakaian kerja.
"Selamat pagi. Kau akan bekerja hari ini?"
"Iya." Jawab Rafli singkat.
Yuna mendesahkan napas panjang. Tangannya masih sibuk untuk menyuapi Aika dengan potongan-potongan roti. "Kau akan pulang jam berapa?"
"Entahlah." Rafli menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Aika. Ia membalikkan piring dan meraih sepotong roti bakar selai stroberi kesukaannya.
"Ini kan hari Minggu, Daddy." Suara menggemaskan dari bibir kecil itu menyapa telinga.
Rafli melirik putrinya seraya mengulas senyum tipis. Ia hampir lupa bahwa kemarin telah berjanji kepada Aika akan menemaninya di rumah di akhir pekan ini.
"Maaf, Sayang. Daddy ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda."
Tiba-tiba raut wajah gadis kecil itu murung bak awan mendung. Pekerjaan sebagai seorang dokter sekaligus pengusaha benar-benar menyita perhatian daddynya. Membuat pertemuan mereka sangat terbatas. Yaitu saat sarapan di pagi hari, atau jika beruntung di malam hari menjelang tidur. Kadang saat Rafli pulang ke rumah, si kecil Aika sudah terlelap.
Tak pelak kepingan rasa bersalah merasuk ketika melihat sepasang mata putrinya tergenang cairan bening. Sebagai seorang ayah, tentunya Rafli ingin putrinya hidup dalam limpahan kasih sayang. Meskipun tanpa sosok seorang ibu kandung.
Perlahan ia bergeser untuk mendekap putrinya. "Daddy janji hari ini akan pulang lebih awal untukmu."
"Janji, Daddy?"
"Janji, Sayang." Belaian lembut mendarat ke puncak kepala dengan rambut dikuncir dua itu. Disusul dengan kecupan sayang di kening.
"Aku akan menghukum Daddy kalau pulangnya lama."
"Baiklah, Peri Kecil. Daddy akan menerima hukuman apapun itu."
Aika mengangkat jari kelingking, lalu disambut Rafli dengan menautkan kedua jari mereka, sebagai simbol janji antara ayah dan anak.
"Aika, bukankah hari ini ada mommy yang akan menemanimu?" sambar Yuna.
Aika menatap wanita yang duduk di sisinya. Wajahnya yang semula ceria menjadi sedikit pucat dalam hitungan detik. Perlahan, ia menganggukkan kepala pelan.
"Oh ya, Rafli. Hari ini pengasuh baru untuk Aika akan datang dari yayasan. Tadi kepala yayasan sudah menghubungiku."
"Hemm." Rafli hanya menjawab singkat.
Sarapan pun berlalu begitu saja. Rafli melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Pagi ini ia sudah ada janji dengan sahabat sekaligus rekan kerjanya, Evan, untuk mengunjungi beberapa kafe dan restoran milik mereka.
"Aika, Daddy berangkat dulu, ya." Rafli mencium kening putrinya. Kemudian mengayunkan langkah menuju pintu.
Sementara Aika hanya melambaikan tangan melihat daddy-nya meninggalkan rumah dan menghilang di balik pintu.
"Ayo, sayang. Kita ganti baju dulu. Bajumu kena tumpahan susu tadi," ajak Yuna.
"Iya, Mommy."
Dengan wajah menekuk, Aika mengulurkan tangan kepada wanita cantik berpenampilan elegan itu. Yuna menggandengnya menuju kamar dan menutup pintu rapat-rapat.
Tubuh mungil itu harus tersentak dan gemetar kala Yuna menarik lengannya dengan kasar. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan ketakutan. Bibirnya mengatup rapat demi menahan tangis. Terlebih saat merasakan kuku tajam Yuna seperti terbenam sempurna di kulitnya yang halus.
"Sampai kapan aku harus merawat anak ini!" gerutunya, mulai bosan dengan pekerjaan melelahkan itu.
Satu bulan lalu, pengasuh Aika berhenti bekerja sehingga mereka harus mencari pengasuh yang baru. Dan selama satu bulan ini, Yuna lah yang harus memenuhi semua keperluan Aika.
Jika Rafli diibaratkan layaknya pohon beringin, maka Yuna layaknya benalu. Beberapa orang menyebutnya sebagai tanaman perusak. Karena memang seperti itu lah dirinya.
Saat Rafli ada di rumah, Aika diperlakukan layaknya putri dalam sebuah kerajaan. Tetapi jika Rafli sudah pergi, keadaan menjadi terbalik. Perlakuan dan makian kasar kadang diterima Aika dari ibu sambungnya itu.
"Cepat, pakai bajumu sendiri! Belajarlah untuk mandiri!" Yuna menghempas lembaran pakaian Aika ke tempat tidur.
Aika menahan air mata. Tangannya yang kecil meraih selembar pakaian yang baru saja dihempas Yuna ke tempat tidur. Si kecil Aika bahkan belum bisa mengenakan pakaian dengan benar.
"Salah, itu terbalik! Cepat pakai yang benar!"
Lagi, bentakan Yuna menggema. Aika hanya dapat menahan perih di hati. Sebab jika ia sampai menjatuhkan air mata, maka hukuman yang lebih akan ia dapatkan dari Yuna.
Aika sama sekali tak berani mengadukan perbuatan mommynya itu kepada sang daddy, karena Yuna kerap memberinya ancaman hukuman dan hal itu membuatnya memilih diam.
Suatu hari saat Rafli keluar negeri selama beberapa hari, Aika mendapat hukuman dikurung di kamar mandi selama dua jam. Hal yang membuatnya trauma dan tidak berani melawan lagi.
Sikap keras Yuna membuat Aika menjadi anak yang pendiam dan penakut. Bahkan ia kerap ketakutan saat tidur di malam hari.
"Aku akan keluar dulu! Kalau sampai aku kembali dan pakaianmu masih berantakan, aku akan menghukummu! Mengerti?" ancam Yuna bersungguh-sungguh.
"Me-mengerti, Mommy!" jawabnya gemetar.
Yuna beranjak keluar dari kamar dengan membanting pintu, membuat tubuh kecil itu tersentak lagi. Perlahan, Aika melepas pakaian terbalik yang tadi dikenakannya. Kemudian berdiri menghadap jendela.
Perlahan isak tangis mulai terdengar memenuhi seisi kamar. Dengan berlinang air mata Aika menatap langit yang mendung pagi itu.
Dalam diam, ia panjatkan doa dari hati.
"Tuhan, mengapa memberiku mommy yang jahat? Bisakah mengirimkan mommy yang baik dan sayang padaku?"
...****...
"level setan" 👍🏼😂