Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerja malam
Suasana di Stasiun Kereta Api Berlin Hauptbahnhof selalu ramai di setiap harinya. Kini, mulai banyak orang-orang yang memilih melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta. Naik kereta api, menjadi salah satu opsi terbaik perjalanan santai sekaligus berlibur. Pemandangan yang dilewati jalur kereta api, bisa disebut sebagai liburan kecil yang menyenangkan.
Itulah yang Veroya Vogt pikirkan saat meminta pada Griffin saat pesta pernikahan mereka semalam. Veroya ingin pergi ke Paris, Prancis menggunakan kereta api untuk bisa melihat keindahan pemandangan dari tempat-tempat yang menjadi rute perjalanan ke Paris dari Berlin.
Saat ini, mereka akan menaiki kereta kelas bisnis menuju ke Paris. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Stasiun Kereta Api Paris Gare de I"Est sekitar delapan jam lebih. Jarak yang ditempuh sekitar 878 km melalui jalur kereta.
Hanover dan Frankfurt adalah dua pusat utama yang dilewati dengan rute ini. Keduanya menawarkan jendela kehidupan urban dan budaya Jerman. Dari Frankfurt, kereta akan menuju ke Strasbourg di timur Prancis, sebuah kota yang terkenal dengan bangunan bersejarah nya yang indah dan sebagai pintu gerbang ke wilayah Alsace yang memikat.
Veroya sungguh tak sabar untuk segera melakukan perjalanan ini. Rasanya sudah cukup bosan selalu pergi ke Paris menggunakan jet pribadi keluarganya. Sesekali, dia ingin menikmati perjalanan dengan jalur darat dimana lebih banyak hal indah yang akan disajikan oleh alam.
" Yakin tidak ada yang ketinggalan? " Griffin kembali bertanya sebelum mereka memasuki kereta api yang akan membawa mereka ke Paris.
" Ck.. Kau sudah bertanya berapa kali selama beberapa jam ini, King.. Sudah aku jawab semua sudah terbawa.. Tidak ada yang ketinggalan. " Veroya menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Biar suaminya ini paham dan tidak kembali bertanya lagi. Lelah juga terus terusan menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang sejak mereka membuka mata pagi tadi.
" Ayo cepat masuk!! Aku sudah tidak sabar melalukan perjalanan menyenangkan ini. " Veroya menarik-narik tangan Griffin, mengajaknya masuk ke gerbong kereta yang sudah Griffin booking hanya untuk mereka berdua.
Sedikit berlebihan memang, tapi Griffin termasuk orang yang cukup sensitif. Dia tidak suka bercampur terlalu lama dengan orang-orang yang tidak dia kenal. Lebih baik Griffin mengeluarkan uang lebih banyak yang penting dia nyaman, daripada tertekan terus selama perjalanan karena tidak suka terlalu banyak interaksi dengan orang asing.
Jadilah gerbong khusus yang Griffin sewa ini hanya ada dirinya, Veroya, dan kedua asisten pribadi mereka, Adea dan Dexon. Sebenarnya Veroya sempat protes tadi, tapi mengingat bagaimana sifat suaminya, akhirnya dia lebih memilih diam saja. Daripada ditarik Griffin naik jet pribadi pria ini, lebih baik Veroya ikut saja yang penting bisa naik kereta api.
" Jangan berkeliaran, tetap berada di gerbong ini saja!! Kau paham, Ve? " belum apa-apa, Veroya sudah di ultimatum suaminya.
" Berkeliaran.. Dikira aku kucing, apa ya? " gumam Veroya kecil.
" Ve.... Kau paham tidak? " tatapan Griffin menghunus tajam menatap Veroya yang duduk bersebrangan dengannya.
" Iya.. Iya... Memangnya aku mau kemana, sih? Ya pasti disini ajalah, orang kamu juga diam disini kan. " Veroya merotasikan bola matanya.
" Good.. " Veroya mencebik.
Veroya paham kenapa suaminya ini melarangnya untuk pergi dari gerbong yang dia sewa. Pasalnya semua bodyguard yang akan menemani mereka selama di Paris sudah berangkat dulu menggunakan pesawat. Tidak banyak sih, sekitar sepuluh orang bodyguard yang empat diantaranya adalah bodyguard wanita, khusus untuk mengawal Veroya.
Jadinya disini, Griffin dan Veroya bepergian tanpa bodyguard sama sekali. Hanya Dexon dan Adea saja, itupun Adea sama sekali tidak bisa melakukan pertahanan diri. Kalau hanya Dexon ya mampu saja asalkan musuhnya tidak banyak.
Griffin selalu melakukan antisipasi untuk setiap kemungkinan buruk yang mungkin bisa terjadi di sekitarnya. Posisinya sebagai pewaris Cassano dan de Niels serta istrinya yang juga putri tunggal dari keluarga utama Vogt, pastinya banyak yang mengincar. Daripada menyesal di belakang, lebih baik Griffin selalu selangkah atau bahkan sepuluh langkah lebih maju dari lawan.
*
*
Tak terasa sudah setengah perjalanan dilalui Griffin dan Veroya. Griffin sejak tadi memang tidak terlalu peduli dengan pemandangan di luar sana. Matanya masih fokus menatap layar laptop, memeriksa pekerjaan yang ditinggalkan nya.
Griffin memang masih tetap harus memantau pekerjaan, posisinya sebagai CEO JN GROUP dan de CASS HOTELS membuatnya bekerja dua kali lipat. Bukannya serakah, tapi untuk CEO JN GROUP, memang masih belum diputuskan siapa yang akan duduk di kursi pemimpin tertinggi jaringan bisnis keluarga de Niels ini.
Griffin hanya memegang sementara waktu, sampai dimana keputusan keluarga dibuat untuk menunjuk siapa yang akan menggantikannya. Cukup sulit karena kandidatnya hanya sedikit. Fayre yang juga putra Galen memilih mewarisi yayasan dibanding harus menjadi CEO di JN GROUP.
Sepupu Griffin lainnya juga tidak ada yang berminat. Anak Gafar, si kembar comel itu memilih menjadi seorang pengacara dan model. Anak Gaffi memilih bekerja di dunia kedokteran. Yang satu dokter Obgyn satu lagi masih mengambil spesialis.
Anak Geya, tentu saja mereka mewarisi kerajaan bisnis milik mendiang Claude Smith Harley. Quon memilih menjadi dokter spesialis jantung, Quella memilih sebagai seorang desainer, Alrescha sebagai CEO perusahaan milik keluarga mereka, sedangkan putra bungsu di keluarga Smith Harley yang baru ditemukan beberapa waktu yang lalu, merupakan CEO dari Cynfadel Group, perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan.
Griffin menyandarkan sejenak punggungnya sembari menutup kedua matanya lantaran sudah terlalu lama menatap layar laptop miliknya. Saat membuka mata, dilihatnya Veroya sudah tertidur dengan kepala yang bersandar di jendela. Griffin meringis melihat posisi tidur sang istri, pasti saat bangun nanti Veroya akan mengeluh sakit leher dan pinggang.
Sedikit rasa sesal menghantui Griffin karena semalam terlalu memaksa Veroya memuaskan kebutuhan batinnya. Tak terhitung berapa ronde dengan durasi yang lebih dari satu jam untuk satu kali ronde nya. Apa tidak gempor itu pinggang Veroya lantaran di bolak balik Griffin semalaman.
" Katanya mau menikmati pemandangan, malah tidur... Tahu begini naik pesawat saja pastinya sekarang sudah sampai Paris. " omelnya gemas pada sang istri.
Griffin pun bangkit berdiri dan berpindah duduk di samping sang istri. Diletakkannya kepala Veroya untuk bersandar di dadanya yang bidang hasil rutin gym setiap pagi. Cuma tadi pagi saja absen tidak nge gym karena semalam sudah olahraga di ranjang bersama Veroya.
Parfum Griffin yang selalu mampu membuat Veroya tenang, membuatnya langsung menyamankan posisinya dalam pelukan hangat Griffin. Tanpa sadar, Griffin pun akhirnya terpejam juga. Dia pun lelah karena semalaman bekerja keras belum lagi sejak tadi matanya terus menatap deretan angka-angka di layar laptopnya.