Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 1 Si pencuri kekasih
"Apa maksudnya ini, Arman?" Dewi berdiri dari duduknya, tangannya mengepal, tubuhnya gemetar karena marah setelah mendengar kata-kata dari Nyonya Bagyo, Ibu Arman.
Dia telah menunggu moment ini dengan dada berdebar serta hati yang berbunga-bunga, sejak sebulan yang lalu. Berdandan habis-habisan untuk hari bersejarah sekali seumur hidup ini, tapi apa! Ingin melamar Dita untuk Arman?
"Maafkan aku, Dewi?" Arman berkata pelan dan menunduk, tak berani menatap Dewi terang-terangan. Orang-tuanya tidak keberatan menikahkan dirinya dengan anak dari Kolega mereka, karena sebuah janji. Tapi kenapa baru bilang kemarin kalau mereka hanya akan setuju, jika dia menikahi Dita si anak kedua, dari pada Dewi si anak pertama yang telah dikencaninya selama 4 tahun, diam-diam.
Dewi menatap nanar kepada semua yang hadir di ruang keluarga hunian indahnya. Khususnya adik semata wayangnya, Dita. Sejak orang tua mereka meninggal karena kecelakaan, dirinya lah sebagai tulang punggung untuk membesarkan dan membiayai hidup mereka berdua agar bisa makan dan hidup layak. Bagaimana adik oon-nya ini tega mengkhianatinya.
"Dita, katakan ada apa ini? Apa kamu sudah tau bahwa lamaran hari ini memang untuk kamu?" tanya Dewi.
Dita berkaca-kaca menahan air mata, teringat kata Arman yang mengatakan bahwa sebenarnya dia lebih mencintai dirinya daripada Dewi. Kakaknya yang berkepribadian keras tidak disukai oleh orang tua Arman. Jika mereka menikah, maka Arman akan menjadi suami di bawah telunjuk istri dan itu menyalahi syari'at.
Apalagi jabatan Dewi lebih tinggi dari Arman, kemungkinan itu memang ada. Dita telah melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Dewi membentak Arman saat membuat kesalahan.
Namun bukan itu masalahnya, Dita telah jatuh cinta pada Arman karena dari kecil dia dimanja oleh laki-laki dewasa itu, dan telah banyak mencium dirinya. Kata Arman, kalau dia menikahi Dewi maka Arman tidak akan pernah menciumnya lagi sampai kapanpun. Karena status Dita akan jadi selingkuhan, bukan lagi adik kesayangan. Bukankah lebih baik jadi istri sah, sekalian?
"Jawab, Dita!" bentak Dewi melihat kemurungan adiknya. Dia tau bahwa setelah kematian orang tua mereka, Dita sangat dimanja oleh Arman. Dewi tidak mempersoalkan kedekatan mereka karena Arman tidak pernah melampaui batasan di depannya. Dia kira itu hanya sebagai rasa perhatian atas kehilangan kasih sayang dari sosok seorang ayah, disaat Dita masih sangat muda. Lagipula Arman memperlakukan Dewi lebih intim. Jadi inikah namanya, habis manis sepah dibuang? Setelah dirinya disedot sarinya, ingin memetik adik kandungnya sendiri, bunga yang masih segar?
"Maaf, Tante! Saya tidak setuju Dita menikah dengan Arman," kata Dewi melihat adiknya diam saja dengan raut ketakutan.
Dari gambaran wajah adiknya itu, Dewi akhirnya paham kalau Dita juga menyukai Arman sebagai laki-laki. Tapi Arman adalah pria bajingan, dan tidak mungkin juga dia beberkan disini perbuatan bejat mereka yang telah sering berhubungan badan selama ini. Bukankah itu membuka aibnya sendiri yang tidak bisa menjaga harga diri?
"Dewi! Disini bukan kamu yang menentukan! Lebih baik tanya Dita, apakah dia menerima atau menolak lamaran ini," kata Nyonya Bagyo
"Hah, kenapa baru sekarang! Kenapa tidak bulan lalu saat keputusan menikah baru dibuat?"
Dia pontang panting memutar otak bagaimana membesarkan bisnis jadi seperti sekarang ini, sampai mengorbankan masa mudanya. Bisa-bisanya semua orang mengkhianatinya. Bisa-bisanya calon mertuanya tidak menghargai usahanya, bisa-bisanya pacar rasa suami ini mengabaikan perasaannya. Bisa-bisanya, adik kandungnya ini mencuri kekasihnya.
Dita bertubuh dan bermental lemah, hari ini adalah pertama kali Dewi terpaksa membentaknya. Kalau dia yang ditanya, bisa dipastikan adik oon-nya ini akan setuju. Akh, kenapa aku baru menyadarinya saat ini kalau Dita mencintai si Arman bajingan ini, keluh Dewi.
"Dita masuk kamar! Kamu harus lulus kuliah dulu baru mikirin nikah!" Dewi berkata tegas. Lagipula si Dita masih perawan, masa dapatnya laki-laki bekas kakaknya.
"Kak!" bantah Dita.
"Apa! Mau melawan Kakak?" Dewi melotot padanya.
"Tapi Dita udah telat datang bulan."
DUAR!
APA!
Suaranya pelan tapi semua orang yang mendengarnya terperanjat bagai disambar petir, bahkan Arman si bajingan. Kapan dia meniduri gadis yang dia jaga kepolosannya ini? Lagian sejak kapan peluk cium bisa bikin wanita hamil. Kalau bisa, bukankah dia yang nyata-nyata berhubungan badan dengan Dewi sudah punya anak tiga sekarang?
___________