Sheila Cowles, seorang anak yatim piatu, menjalani kehidupan sederhana sebagai cleaning service di sebuah toko mainan anak-anak.
Suatu hari, karena kecerobohannya, seorang wanita hamil besar terpeleset dan Sheila menjadi tersangka dalam kejadian tersebut.
"Kau telah merenggut wanita yang kucintai. Karena itu, duniamu akan kubuat seperti di neraka," kata Leonard dengan penuh amarah.
"Dengan senang hati, aku akan menghadapi segala neraka yang kau ciptakan untukku," jawab Sheila dengan tekad yang bulat.
Bagaimana Sheila menghadapi kehidupan barunya sebagai ibu sambung bagi bayi kembar, ditambah dengan ancaman Leonard yang memendam dendam?
🌹Follow akun NT Othor : Kacan🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDHD 20 (Tatapan Aneh)
Sheila duduk bersandar di dalam taxi, ia menatap gedung-gedung tinggi yang dirinya lalui lewat jendela taxi.
Sesekali matanya melirik ke arah LED screen times square yang menampilkan produk terbaru dari perusahaan Leonard.
Banyaknya papan iklan tersebut menunjukkan betapa kayanya seorang Leonard Smith.
Sudut bibir Sheila terangkat membentuk sebuah senyuman miris. Namun, senyuman itu langsung berubah saat bayang-bayang wajah bayi kembar melintas di kepalanya.
“Takdir Tuhan memang tidak dapat ditebak. Aku hanya seorang wanita miskin sebatang kara. Namun, semuanya berubah dalam waktu singkat,” gumam Sheila dalam hati.
Sheila menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan, membuat ia dapat merasakan hangat napasnya sendiri.
Walau begitu, tak sedikit pun Sheila membuka masker yang dikenakannya.
Ada rasa takut yang membalut perasaannya, kalau-kalau sampai ada orang yang mengenali dirinya sebagai wanita penyebab kematian istri dari pemilik toko mainan terbesar di kota ini.
Pikiran Sheila terlalu larut dalam kejadian yang akhir-akhir ini menimpanya. Sampai suara supir taxi menyadarkannya.
“Nona,” panggil si supir.
Tubuh Sheila tersentak, ia buru-buru mengeluarkan uang dari dalam tas kecilnya, lalu melakukan pembayaran sesuai tarif yang tertera pada layar taksimeter.
“Kembali 10 dollar ya, Nona.” Supir itu hendak mengambil kembalian.
Namun, Sheila sudah lebih dulu membuka pintu taxi. Ia menoleh, “Tip untuk perjalanan yang nyaman,” ucapnya dengan mata sedikit menyipit karena senyum lebar yang tercipta di bibirnya tersembunyi di balik masker.
Sheila turun dari taxi sambil menganggukkan sedikit kepalanya saat si supir taxi mengucapkan terima kasih.
Tubuh Sheila berbalik, ia menatap ke sekeliling, lalu kepalanya mendongak, menatap gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Yaitu, sebuah pusat perbelanjaan terbaik di kota New York.
Tanpa berlama-lama, Sheila melangkah masuk ke dalam mall.
Begitu berada di dalam, Sheila dapat merasakan sensasi pendingin ruangan yang ada di dalam mall tersebut.
Setetes keringat yang tadinya mengalir dari sudut pelipisnya perlahan menghilang.
Sebuah keberuntungan untuk Sheila di musim panas kali ini.
Dulu, di musim panas, dirinya menghabiskan waktu dengan bekerja keras. Kini, ia juga akan berusaha keras. Yaitu berusaha menghabiskan uang milik Leonard. Ya, walau hal itu terdengar tidak mungkin.
Sheila mulai memasuki sebuah store khusus underwear. Begitu dirinya masuk, ia langsung disambut ramah oleh pramuniaga yang berpenampilan rapi.
“Aku ingin mencari set pakaian dalam yang nyaman dikenakan sekaligus terlihat mewah,” ucap Sheila pada pramuniaga yang berjalan di dekatnya.
Pramuniaga berwajah tampan tersebut tersenyum ramah, “Star Underwear memiliki set pakaian dalam terbaru. Silahkan duduk, Nyonya. Saya akan membawakan produk terbaru yang kami miliki.”
Sheila mendudukan diri di sebuah sofa empuk sambil menunggu pramuniaga itu kembali.
Jari telunjuk Sheila mengetuk-ngetuk pelan di atas permukaan sofa. Ia sungguh tidak sabar mengenakan bra baru, yang tentunya sesuai dengan ukuran dadanya.
Bukan seperti hari-hari sebelumnya, mengenakan bra kebesaran.
Sungguh tidak nyaman!
Tidak berapa lama kemudian, pramuniaga berwajah tampan datang bersama rekan kerjanya dengan membawa beberapa set pakaian dalam yang membuat mata Sheila berbinar terang.
“Butterfly fantasy, ini adalah set dalaman berbahan sutra yang sangat lembut. Jika nyonya menggunakan set pakaian dalam ini, nyonya akan terlihat menawan,” jelas sang pramuniaga.
Sheila mengangguk-anggukkan kepala, matanya tertuju pada bra berwarna maroon yang bagian tengahnya disematkan gantungan kecil berbentuk kupu-kupu.
Tanpa pikir panjang, Sheila langsung membeli semua set pakaian dalam yang ditunjukkan oleh pramuniaga.
Sheila melakukan pembayaran dengan black card yang diberikan Leonard padanya. Tiga paper bag mengisi tangan Sheila yang awalnya kosong.
Wanita bertubuh ramping itu berjalan keluar dari store underwear tersebut, lalu berpindah ke store lain yang menjual pakaian khusus bayi.
Sheila sama seperti wanita lainnya yang suka berbelanja. Dulu ia merasa tidak tertarik untuk berbelanja karena dirinya tidak memiliki banyak uang.
Disaat sudah memiliki banyak uang, Sheila tidak akan menyia-nyiakannya. Apalagi uang yang digunakannya adalah uang dari pria bermulut pedas seperti Leonard.
Sheila membeli tiga pasang baju dengan model berbeda untuk bayi kembar perempuan, ia keluar dengan tangan yang sudah dipenuhi dengan paper bag.
Terlalu banyak berjalan membuat Sheila merasa lapar. Perutnya yang keroncongan berdemo ria, minta segera diisi.
Akhirnya ia memilih untuk berbelok ke sebuah restoran. Saat kakinya melangkah menuju sebuah meja yang tampak kosong, tiba-tiba seorang pria lebih dulu duduk di kursi itu.
Mata Sheila membelalak lebar, seketika kakinya berhenti melangkah saat sosok yang tak asing itu menatap ke arahnya.
“Kau … Ah! Kau wanita yang ada di rumah Leonard,” seru pria yang tak lain adalah sahabat Leonard, Halley Miller.
Sial! Bagaimana bisa pria itu mengenalinya, padahal ia mengenakan masker.
Tubuh Sheila bergetar, ia langsung berbalik0, hendak meninggalkan restoran saat pria bernama Halley datang menghampirinya.
Grep!
Sebuah tangan menahan pergelangan tangan Sheila. Seketika jantung Sheila seakan berhenti berdetak. Mau tak mau ia menoleh perlahan dengan memasang tatapan penuh permusuhan.
“Tolong lepaskan tanganku, aku buru-buru, dan harus pulang sekarang juga,” desak Sheila dengan suara bergetar.
Halley tersenyum kecil, kedua alisnya terangkat tinggi. Tatapan matanya yang hangat tertuju pada Sheila yang mengerutkan dahi sambil menatap tajam ke arahnya.
Melihat wajah tampan Halley, membuat sekujur tubuh Sheila merinding. Kenapa pria itu menatapnya dengan tatapan aneh?
Bersambung ….
Mau ape nih si bang Halley?🤔
di tunggu kelanjutan ya