Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Chun.
Karena deraan penderitaan setiap hari nya,kini tubuh dan hati Bao kecil sudah mulai kebal,tidak ada lagi jeritan yang keluar dari mulut anak kecil itu,meskipun pantat,kaki dan tangan nya berdarah darah terkena deraan rotan dari kedua pengasuh nya.
Cuma air mata dan kepiluan lah serta sedu sedan tertahan yang menjadi teman akrab nya di setiap malam.
Di dalam bilik kecil itu dia hanya berteman dengan sebuah lukisan wanita cantik pemberian dari Siau Ji nya yang mengatakan bahwa wanita cantik itu adalah ibunya.
Setiap malam sebelum tidur, Bao kecil selalu menyempatkan diri untuk berdoa di depan lukisan ibunya itu.
"Bu,kenapa ibu meninggalkan aku bu, seharusnya ibu mengajak aku pergi bu, Bao ingin bersama ibu saja, Bao tidak kuat lagi bu,seluruh tubuh Bao sakit semua, jemput Bao segera bu!" bisik nya lirih sambil air mata berlinangan membasahi pipi kecilnya itu.
Karena terlalu lelah lahir batin, akhirnya dia pun tertidur pulas di depan lukisan sang ibu nya.
Di dalam tidurnya,dia bermimpi,di datangi oleh seorang wanita yang sangat mirip dengan lukisan di kamar nya itu.
Wanita cantik itu menangis sambil memeluk tubuh nya.
"Apakah kau adalah ibu ku ?"tanya Bao kecil lugu.
Wanita cantik itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "iya sayang, aku ibu mu nak,ibu sangat menyayangi mu anak ku,kau harus bersabar dan ikhlas menerima takdir dari sang maha kuasa ini nak, kamu putra ibu yang paling kuat sayang" kata wanita itu sambil memeluk tubuh Bao kecil.
"Tidak !, tidak !, ibu tidak sayang pada ku, ibu meninggalkan aku sendirian disini, seharusnya ibu mengajak aku bu, bila ibu benar benar sayang kepada ku,jemput aku bu!" pinta Bao kecil sambil terisak sedih.
"Byurr !" .
Tiba tiba se ember air mengguyur tubuh kecil nya hingga basah kuyup.
Rupanya Ju Bi Guan dan istrinya Ma Lai sudah berdiri di sisi pembaringannya dengan satu gentong air yang sudah kosong.
"Asik bermalas malasan ya,hari sudah pagi, ayo bangun dan beri makan ayam ayam sana!" teriak Ma Lai seperti Guntur yang menggelegar.
Dengan tubuh yang masih sakit semua, Bao kecil bangkit berdiri dan berjalan terseok-seok ketempat kandang ay dan bebek tidak jauh dari tempat nya tidur.
Di sisi kandang ayam ada sebuah pondok kecil bekas kandang kambing,disitulah Bao kecil di buatkan tempat tidur oleh Ju Bi Guan.
Mereka tidak masalah mau memperlakukan Bao kecil seperti apa saja,karena tuan besar dan nyonya besar Xue tidak pernah sekalipun datang untuk sekedar menjenguk keadaan Bao kecil.
Sudah beberapa purnama ini Siau Ji nya tidak datang menjenguk nya ke belakang.
Dia tidak tahu kalau Siau Ji nya itu sudah kawin dan pindah ke kota lain mengikuti suaminya.
Karena terlalu rindu nya dengan Siau Ji nya itu, akhirnya dengan langkah terhuyung huyung, dipaksa nya kakinya untuk melangkah ke rumah utama mencari Siau Ji nya.
Lewat pintu belakang, bocah kecil itu masuk kedalam rumah utama dengan maksud mencari Siau Ji nya.
Rupanya waktu itu nyonya besar Xue sedang mengadakan jamuan dengan teman temannya di ruang makan rumah utama itu.
Spontan saja para wanita dan anak anak yang melihat Bao kecil menjadi heboh,bahkan anak anak kecil berteriak histeris ketakutan.
Bukan main marah ya nyonya besar Xue melihat kejadian dia anggap sangat memalukan itu.
"Bian Ho!, cepat bawa anak set*n ini ke belakang, dan kurung di kamar kecil!!", teriak nyonya besar Xue kepada putra sulung nya yang sudah berkeluarga serta mempunyai seorang putri cantik itu.
seorang pemuda masuk ke dalam ruang makan itu,lalu menyeret tangan Bao kecil keluar dari tempat itu.
Di pinggir sebelah kiri kebun belakang rumah utama itu terdapat kamar kecil tempat buang air kecil,disitulah Bao kecil di masukan dan di kunci dari luar.
Bao kecil yang tidak mengerti mengapa orang marah melihat kehadirannya itu,cuma bisa menangis terisak Isak di sudut kamar kecil itu.
Setelah beberapa saat dalam kesendirian,tiba tiba pintu kamar kecil itu di buka,dan dari luar munculah nyonya besar Xue dengan wajah beringas sambil memegang sebuah cambuk.
Melihat hal itu,Bao kecil cuma bisa meringkuk di sudut kamar kecil itu dan berharap sang nenek mengasihani nya.
"A'a' ampun nek,ja jangan cambuk saya nek !"ratap Bao kecil sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan wajah nya, air mata nya mulai luruh karena ketakutan.
"Ctar !".
"Ctar !".
"Ctar !".
"Ctar !".
Terdengar berkali kali suara lecutan cambuk mendera sekujur tubuh Bao kecil.
Meski harus sampai berguling guling di lantai menahan sakit nya,Bao kecil berusaha tidak berteriak,karena bila dia berteriak,maka hukuman itu tidak akan selesai selesai.
Sekujur tubuh nya tidak lagi membiru,tetapi kini sudah sobek terkoyak sana sini, dan darah pun menetes membasahi lantai kamar kecil itu.
Yang dia ingat hanya berusaha melindungi mukanya dari cambukan sang nenek,meskipun untuk itu harus dibayarnya dengan tangan yang luka luka.
Setelah merasa puas dan nafas yang tersengal sengal,barulah nyonya besar Xue berhenti mendera sang cucu dengan cambuk,lalu pergi ke belakang menemui kedua pengasuh sang cucu.
Ju Bi Guan dan Ma Lai istrinya mendapat dampratan,hardikan serta caci maki dan ancaman dari nyonya besar Xue karena keteledorannya sehingga Bao kecil bisa lolos ke rumah utama.
Bao kecil yang terbaring di kamar kecil di pinggiran kebun itu akhirnya berusaha duduk sambil bersandar ke dinding kamar kecil itu.
Air mata nya menetes berjatuhan seperti air hujan,namun sebisa mungkin dia menahan agar tidak ber suara.
Pintu kamar kecil itu terbuka kembali,kini Ju Bi Guan sang pengasuh nya berdiri disana dengan menenteng bilah rotan yang ujung nya di belah delapan.
Dengan sekali sentak, diseretnya tangan Bao kecil kembali ke rumah pekerja di belakang kebun.
Laki laki setengah tua itu tidak lagi perduli dengan tubuh Bao kecil yang sudah penuh dengan luka luka itu.
Seperti seekor induk singa yang kehilangan anaknya,dia mendera tubuh Bao kecil dengan rotan seperti seorang yang sedang kesurupan.
Hebatnya anak kecil berusia empat tahun itu,meskipun sekujur tubuhnya penuh dengan luka luka,dan air mata mengalir deras di pipi nya,tetapi tidak sedikitpun terdengar suara keluhan yang keluar dari bibir mungil nya itu.
"Si Chun !, mulai sekarang nama mu adalah Si Chun(si bodoh) karena kau memang pantas mendapatkan nama itu,ini peringatan terakhir Si Chun, kau tidak boleh ke rumah utama hingga kapan pun, ingat itu !"kata Ju Bi Guan setelah puas melampiaskan kemarahannya kepada bocah kecil itu,lalu pergi meninggalkan bocah kecil yang dia namakan si Chun itu di bekas kandang kambing.
Tubuh Si Chun atau Bao kecil itu tergolek di depan lukisan sang ibu.
Tubuh kecilnya tidak lagi mampu bergerak,cuma dadanya yang terlihat turun naik,entah pingsan entah masih sadar.
Lamat Lamat dari mulut kecilnya terdengar suara ratapan, "ibu,jemput aku bu,aku sudah tidak sanggup lagi bu, aku ingin ikut ibu saja, kasihani aku bu, sekujur tubuh ku sakit semua bu, ibu juga tidak menyayangi aku "ratap nya pelan sambil menatap lukisan di dinding ruangan kecil itu.
Kemudian tidak lagi terdengar suara apapun juga selain isakan dan ratapan kecil dari mulut seorang bocah malang.
Kali ini di alam mimpinya,dia bertemu kembali dengan sang ibu.
Dari wajah wanita cantik itu kini tidak lagi terlihat senyum manis,tetapi raut kesedihan.
"Ibu, kau menjenguk ku atau ingin mengajak aku pergi bu ?" tanya nya kepada sang ibu.
Wanita cantik itu tidak bisa berkata kata lagi,cuma air mata yang berderai membasahi pipi putih nya.
"Kau putra ku yang kuat dan hebat,bangkitlah nak dan melangkah lah menantang dunia ini, ingatlah pesan ibu sayang,sebagus apapun baja itu,bila tidak ditempa dengan kuat, tidak akan berhasil menjadi sebuah pedang yang tajam,dan semakin bagus sebuah baja,maka akan memerlukan tempaan yang kuat agar menjadi sebuah pedang yang hebat, kalau kau sayang dengan ibu,kau harus kuat anak ku, teruslah melangkah meskipun dengan terseok seok,ibu akan selalu menemani mu sayang!"kata sang ibu lalu pelan pelan menghilang dari pandangan bocah kecil itu.
"Bu !, ibu !" suara kecil bocah itu terdengar sayup sayup.
Bocah kecil itu tersentak kaget dan terjaga dari tidur nya.
Dengan sekuat tenaga,dia berusaha bangkit duduk dan bersandar pada dinding ruangan itu.
Di tatapnya lukisan sang ibu sambil bergumam, "aku akan kuat ibu,aku sayang ibu,aku tidak akan menyia nyiakan pengorbanan ibu untuk ku,beristirahatlah dengan tenang bu,aku harus kuat demi ibu !"...
Dengan mengumpulkan segenap sisa sisa tenaganya,dia bangkit berdiri,dan dengan sempoyongan berjalan kearah kandang ayam untuk memberi makan ayam ayam itu.
Setelah selesai memberi makan ayam,di lanjutkan kembali dengan memberi makan Itik itik di seputaran tempat tinggal nya.
Setelah semuanya selesai,barulah bocah kecil itu duduk di dalam pondok tempat tinggalnya itu sambil membersihkan luka luka di sekujur tubuh nya.
Hempasan dan deraan penderitaan semenjak kecil, membuat bocah ini menjadi tahan banting berhati keras sekeras baja.
Begitulah ke sehari harian dari bocah yang kini di panggil pengasuhnya. dengan panggilan Si Chun itu.
Entah siang atau malam,bila hati kedua pengasuh nya itu sedang tidak enak,bisa saja dia yang menjadi tempat pelampiasan kemarahan mereka.
Apa lagi setelah beberapa bulan,sang Siau Ji nya mulai hamil, semakin jarang lah dia mengunjungi sang bocah kecil ke kota Li Cuan.
Kini benar benar tidak ada seorang pun yang bisa melindungi nya lagi.
Pagi pagi dia harus menimba air dari sumur untuk mengisi tempat minum ayam,lalu mengisi bak tempat minum itik.
Setelah itu barulah mengisi bak mandi tempat kedua pengasuh nya mandi.
Si Chun,itulah panggilan orang orang kepada nya, termasuk paman,bibi, kakek dan nenek nya,juga memanggil nya dengan panggilan si Chun pula.
Pakaian ?, jangan tanya tentang pakaian,bekas pakai yang masih baik aja sudah mending bila ada, biasanya sang nenek akan memberikan pakaian kepada nya bila sudah tidak lagi layak untuk di pakai.
Namun kebiasaan bocah si Chun ini yang tetap tidak berubah adalah berdoa setiap saat di hadapan lukisan sang ibu.
...****************...
/Grin//Grin//Grin/
langkah dewa dewi shiin liong
ga berfungsi sama sekali
/Angry//Angry//Angry/
akan laris manis di zaman itu
karena banyak para kultipator
yg mengalami luka dalam
/Grin//Grin//Grin/
/Cry//Cry//Cry/
lakok pake ritual bercocok tanam
tuk bisa dapetinnya
/Joyful//Joyful//Joyful/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Good//Good//Good/
mantul shin liong
/Grin//Grin//Grin/