Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara Koma
Cklek!!!!
Santi membuka pintu lalu menyalakan lampu.
Namun ketika lampu menyala, alangkah terkejutnya kala melihat Aldi sedang tiduran di atas ranjangnya.
"Ngapain Pak Aldi di kost an saya? Pergi" usir Santi.
Aldi bangkit, lalu berjalan mendekati Santi.
"Santi, maafkan saya. Saya akan tanggung jawab atas kesalahan saya" ucap Aldi memohon.
"Anda tidak perlu tanggung jawab apapun saya sudah ikhlas. Urus saja keluarga anda" tolak Santi.
"Saya sebenarnya belum menikah San! Saya berbohong saya masih bujangan" ucap Aldi.
"Sudah lah Pak tak usah berbohong apapun itu. Bapak pergi dari sini, saya tidak mau bertemu lagi, saya muak. Pergi" usir Santi dengan nafas tersenggal saking kesalnya.
Namun Aldi malah membawa Santi dengan paksa lalu ia masukan Santi kedalam mobilnya.
"Lepasin Pak, jangan celakai saya tolong" Santi meronta.
"Maaf San hanya dengan memaksa kamu akan itu dengan saya. Saya tidak akan menyakiti kamu, percayalah" balas Aldi.
Aldi lalu menjalankan mobilnya dan membawa Santi entah kemana........
...****************...
Lilis sekarang sedang di antar untuk konsul.di klinik oleh Bahar. Badan Lilis masih terlihat baret-baret namun tak separah waktu itu.
"Lis gimana masih sakit duduk?" tanya Bahar.
"Gak terlalu Pak!" jawab Lilis.
Brak!!!!
"Arghhhhhhhhhhh" Lilis memekik kala dirinya ada yang menabrak.
Seorang wanita paruh baya tak sengaja menyenggol Lilis yang sedang di papah oleh Bahar.
"Mami" pekik seorang pria kala melihat sang ibu terduduk di samping Lilis.
"Jalan yang bener dong, gara-gara kalian, Mami saya terjatuh" pekiknya.
Lilis kesal lalu mendongak melihat siapa pria yang memarahinya.
"Loe?" ucap Lilis.
"Kamu?" balasnya.
"Loh bara kenal sama dia?" tanya wanita itu yang di ketahui bernama Niken.
"Dia yang mau meras Bara, Mi" jawab Bara.
"Jangan sembarangan ya loe ya tuan kaya!! Loe yang nabrak gue sampe kaya begini, loe bilang gue mau meres loe? Asal loe tahu, gue gak butuh uang loe" bentak Lilis.
Bara lalu membantu Niken berdiri, dan Bahar membantu Lilis berdiri.
"Tunggu, tunggu ini ada apa sebenarnya? Kenapa kamu bisa kenal sama anak saya?" tanya Niken.
Lilis pun menceritakan kronologi sampai Bara membuatnya seperti ini. Mendengar cerita Lilis membuat Niken kesal sekaligus malu dengan tingkah laku Bara.
"Mami gak pernah mendidik kamu seperti itu, Bara" omel Niken.
"Bara gak salah ya Mi, mobil Bara yang rem blong" Bara tidak mau di salahkan.
"Tetap aja kamu yang bawa mobilnya" balas Niken.
"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Niken.
"Sama saya Lilis Yuliana, Bu" jawab Lilis sembari menyalami Niken.
"Namanya Lilis, kampungan sekali" gumam Bara.
"Maaf ya jika sikap anak saya kurang baik. Saya akan membiayai perawatan kamu sampai sembuh" ucap Niken.
"Tidak perlu Bu, terimakasih sebelumnya. Kami permisi" Bahar segera menyela lalu membawa Lilis pergi dari hadapan Bara dan Niken.
"Pak kenapa sih kita cepat-cepat pergi begini? Padahal kan Ibu itu mau ganti rugi, lumayan loh duitnya" ucap Lilis.
Ctak!!!
Bahar menyentil kening Lilis dengan gemas.
"Lis dengar, apa kamu gak lihat muka anaknya sombong banget. Bapak masih bisa biayain pengobatan kamu ketimbang harus di bayar sama mereka. Harga diri no satu Lis, walau kita orang gak punya" papar Bahar.
"Bapak benar. Amit-amit lihat muka anaknya" balas Lilis.
Sementara di dalam mobil, Niken sangat kesal terhadap putra satu-satunya itu. Ia menilai tingkah Bara sangat memuakan dan tidak melambangkan sebagai sosok pria sejati.
"Udah dong Mi, jangan cemberut terus" ucap Bara.
"Kamu benar-benar membuat Mami malu Bar! Harusnya kamu meminta maaf pada gadis itu" ucap Niken.
"Iya Mi nanti aku minta maaf sama gadis itu, ia itu juga kalau ketemu" balas Bara.
"Terserah" Niken semakin kesal....
Malam harinya Bara makan malam bersama sang kekasih Marissa. Marissa tidak mau sedetik pun lepas dari genggaman sang kekasih.
"Sayang, pesan apapun yang kamu mau" ucap Bara.
"Terimakasih honey...cup!!" balas Marissa sembari mencium pipi Bara dengan gemas.
Bara mencintai Marissa sepenuh hatinya. Apapun yang Marissa inginkan pasti Bara kabulkan. Hatinya sudah di bawa Marissa sepenuhnya. Namun Niken tidak setuju sang putra menjalin kasih dengan Marissa. Niken merasa bahwa Marissa hanya menginginkan harta sang putra saja.
Kring!!!!!
Tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi ketika dirinya sedang makan.
"Sayang, boleh aku mengangkat panggilannya?" tanya Marissa.
"Tentu saja sayang!" balas Bara.
Marissa lalu mengangkat panggilan telepon dari seseorang itu.
"Hallo" sapa Marissa.
"Sekarang!" ucap seseorang itu.
"Hmmmm!" balas Marissa.
Telepon itu pun di matikan,
"Sayang, maaf aku tidak bisa melanjutkan makan malamnya. Papa sakit, aku harus segera pulang" ucap Marissa.
"Ayo kita pulang bersama sayang, aku juga sudah kok makannya" balas Bara.
"Tidak perlu sayang, kamu makan saja.. By sayangku" ucap Marisa buru-buru lalu pergi dari hadapan Bara.
"Aneh sekali" gumam Bara.
Ia pun melanjutkan lagi makannya seorang diri....
Kini Bara sudah berada di dalam mobil yang berbeda dari kemarin. Sekarang dirinya memakai mobil Mazda milik Niken karena mobil miliknya masih berada di bengkel.
"Kok merasa kecepatannya tidak terkendali ya" gumam Bara heran.
"Ya tuhan, ini kenapa tidak bisa di rem" mobilnya berjalan dengan sangat kencang di jalanan tanpa bisa di kendalilan.
"Ya tuhan" Bara baru ingat Tuhan kala dirinya sedang merasa terancam.
Mobil yang di kemudikan Bara berjalan kekanan dan kekiri. Sampai saat ada sesuatu yang besar di hadapannya.
"Arghhhhhhhhhhhhh" Bara memekik kala di hadapannya sebuah truk pengangkut logistik menabraknya.
Brak!!!!
Brak!!!!!!
Brak!!!
Mobil yang bara kemudikan berguling-guling di jalanan hingga menabrak pohon.
Orang-orang langsung berlarian menyelamatkan Bara yang kini sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah.
Ketika Bara sudah berhasil di keluarkan, mobilnya langsung meledak.
...
Seminggu kemudian, pihak keluarga meminta perawatan Bara yang susah di nyatakan koma untuk di rawat di rumah saja.
"Hikhikhik... Bangun Nak, Mami sakit melihat kamu seperti ini" ucap Niken sembari terisak.
Semenjak mengalami kecelakaan, Bara tidak pernah lagi bangun. Luka di kepalanya membuat ia mengalami koma.
Bara pun akhirnya di tempatkan di kamar pribadinya dengan alat-alat yang menyambung kehidupannya.
Di seberang jalan Lilis mendorong gerobaknya. Lukanya sudah sembuh namun masih tetap berbekas. Tentunya Lilis tidak bisa bermalas-malasan dan membiarkan Bahar yang sudah sakit-sakitan berjualan bakso.
"Bakso masih banyak begini mana berani pulang" ucap Lilis.
Brak!!!!!
Tiba-tiba gerobak Lilis ada yang menendang.
"Apasih itu" gumam Lilis penasaran.
Brak!!
Lagi-lagi gerobak bagian atas nya ada yang menendang.
Lilis pun mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya kala melihat pocong bugil nemplok di atas atap gerobak baksonya.
"Astagfirullah.. Ngapain di atas gerobak gue permen sugus? Pantesan dagangan gue kagak laku" kesal Lilis pada pocong yang waktu itu ia telanj@ngi.
"Gue bakal ikutin loe terus sampai loe mau pakaian kain kafan lagi. Gue kedinginan monyet" bentak pocong dengan wajah gosong itu.
Mau tidak mau Lilis pun menuruti permintaan pocong itu dari pada bikin apes dagangannya.
"Turun loe" pinta Lilis.
Pocong itu turun, lalu berdiri di hadapan Lilis.
Lilis bisa melihat tubuh gosong penuh nanah serta berbau busuk.
"Titit loe kecil banget!" ledek Lilis.
"Kecil begini, waktu gue hidup rebutan para janda" balasnya.
Lilis kembali membetulkan kain kafan lusuh di tubuh pocong itu lalu mengikatnya.
"Sudah, pergi sana" usir Lilis.
"Gak mau. Gue mau ikut loe" balasnya.
"Kalau loe ikut gue cong, yang ada loe bikin gue sial. Dagangan gue kagak laku" tolak Lilis.
Lilis.pun meninggalkan pocong itu dan kembali mendorong gerobaknya.
semangat k