Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Bahagia
Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 10 jam akhirnya Ratu sampai di kota kelahirannya. Begitu Panca sampai depan rumah ibu kandungnya, ia langsung dipeluk oleh Mia. Ratu bersama Reyza menatap penuh haru, sosok laki-laki memeluk ibunya dengan erat.
"Udah jangan nangis, Bu. Panca gak papa selama di sana, aku minta maaf kalau sejak kecil belum bisa bertemu dengan ibu, maaf, ya?" ucap Panca, Mia hanya mengangguk sambil menghapus air matanya.
"Kamu sekarang umur berapa, Nak? Ibu kangen banget ingin bertemu kamu dari dulu." Tangis Mia pecah, Panca dengan segera memeluk ibunya lagi.
"Panca juga sayang sama ibu, umur aku enam belas tahun, Bu. Oh iya, ayah yang mana, ya?" tanyanya sambil melepas pelukan dan mencari ayahnya.
Mia tersenyum bahagia.
"Ini di sebelah ibu, Panca. Namanya Mirza, ini ayah kandung kamu dari dulu," jawab Mia.
Ratu dan Reyza pulang lebih dulu, rumah mereka tak jauh dari rumah Panca dan Bisma serta Intan juga Ninda. Karena hari sudah kembali petang.
••••
"Ayah sama Ibu mau ke mana?" tanya Panca.
"Mau ke mushola, Nak. Kamu mau ikut?"
Panca terdiam sedetik lalu mengangguk.
"Ikut dong, Bu, Yah. Sebentar ya, aku mau ambil peci sama sarung dulu."
Beberapa detik kemudian Panca keluar dari kamarnya dengan memakai kaos berwarna hitam dan sudah sarungan.
Mia serta Mirza yang melihat anaknya pun berdecak kagum. "Anak kita itu, Mas, ganteng banget, ya?" ujar Mia.
Mirza tersenyum menatap istrinya. "Mirip aku apa, ya, wajahnya?" tanya Mirza sambil memegangi dagunya bangga.
Sang istri melirik kemudian terkekeh.
"Oh jelas, aku mirip Ayah sama Ibu lah," balas Panca.
Sementara di rumah Ratu, Ninda sudah datang menghampiri lebih dulu. Sebagai seorang kakak yang pengertian, Ratu pun memanggil Reyza.
"Eja! Buruan dong, ini ada temennya nih," teriak Ratu, ternyata Ninda mendengar dan mulai gugup.
Ketika Reyza keluar, baru menatap Ninda saja lelaki itu sudah memasang wajah datar.
"E-oh, Rat, gue berangkat duluan aja, ya? Soalnya Bisma sama Intan 'kan juga udah duluan berangkat ke mushola," tutur Ninda tak berani menatap Reyza.
Ratu yang merasa bingung seketika memperhatikan wajahnya Reyza, begitu dilihat memang datar, tak sengaja ponsel dalam genggaman satu tangannya menyala.
⟵ Bisma
[Itu si Ninda jangan dibiarin ke mushola sendirian ya, hari ini katanya baru ada perempuan yang diculik karena malam-malam keluar sendirian saat sandyakala. Motifnya belum ditemuin kata warga.]
Usai membaca pesan dari Bisma, Ratu pun jadi menatap Ninda sedikit khawatir.
"Reyza,"
"Hm,"
"Baca nih,"
Sesudah Reyza membaca isi chatnya, lelaki tersebut dengan cepat mencegat Ninda yang hendak melangkah.
"Dah, berangkat bareng aja bertiga. Kayak gak biasa aja, urungin soal rasa." celetuknya.
Ratu semakin kesal dengan tingkah adiknya. "Ih, kalau ngomong mulutnya jangan gitu banget bisa gak sih?! Sama temen kakak loh ini,"
"Teman aku juga, 'kan? Lagian, siapa suruh naruh suka ke gue. Bukannya gimana ya, Nin, gue cuma males buat berurusan atau mikirin soal perasaan. Ya, kalau lo sama gue bisa temenan, ngapain harus pacaran? Gue paling gak suka, dari awalnya bilangnya temenan, pas di pertengahan kenal malah suka. Kalau cuma sebatas suka, gue juga suka sama lo. Tapi, inget, suka karena temen, gak ada lebih." jelas Reyza ketus.
Tak lama ia pergi meninggalkan kakaknya dengan Ninda.