milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijebak
Seorang koki berjalan menuju dapur pertemuan tanpa mengetahui bahwa seseorang mengikutinya dari belakang. Tanpa curiga, dia masuk dengan tenang sembari membawa sebuah nampan kosong di tangannya. Sedangkan seseorang yang mengikutinya dari belakang segera menutup pintu dan menguncinya membuat koki tersebut kaget saat melihat seorang wanita berdiri di hadapannya.
“Siapa kamu ?” tanyanya waspada.
Wanita itu tersenyum tipis,” Siapa aku bukan urusanmu. Aku datang ingin mengajakmu untuk bekerja sama. Bagaimana ? Tertarik ?” tanya wanita itu.
Koki itu menggelengkan kepalanya, dia tetap waspada dengan wanita dihadapannya. Wanita itu langsung mengeluarkan sejumlah uang di hadapan koki membuatnya tersenyum tipis melihat bagaimana ekspresi koki saat melihat lembaran uang merah di tangannya.
“Bagaimana, apa kamu mau bekerja sama denganku ? Kerjaannya gampang kamu tinggal berikan gelas ini kepada pria yang menggunakan jas berwarna ash grey,” katanya dengan senyum tipis setelah memasukan sesuatu disana.
“Minuman apa itu?” tanyanya gugup.
“Kerjakan saja ! Ingat jangan sampai salah memberikan minuman ini,” kata wanita itu seraya memberikan lembaran uang kepada koki tersebut.
“Berikan nomor rekeningmu, aku akan mentransferkan sisanya. ” Dengan tangan gemetar koki itu mengeluarkan ponselnya lalu mencari sesuatu disana dan menyerahkannya kepada wanita dihadapannya.
“Setelah ini, pergilah dari kota ini, jangan sampai mereka menangkapmu. Aku sudah memerintahkan seseorang untuk menjemputmu setelah rencana ini kamu laksanakan,” Katanya lagi dan meninggalkan koki dalam perasaan bimbang.
‘Ting!’ Sebuah notif masuk di layar ponselnya, membuat dada koki berdebar kencang. Tak berselang lama senyumnya terbit dia mulai menata beberapa makanan dan minuman sebelum para waitress mengantarkan hidangan ke ruangan pertemuan.
Tak lama beberapa waiters mengambil makanan yang telah disediakan koki, kemudian dengan langkah tegap mereka serentak berjalan menuju ruangan pertemuan dan langsung menata makanan dan minuman di atas meja sesuai dengan yang tertulis.
“Gue heran deh, kenapa dari kita kerja disini. Baru kali ini liat gelas minuman diberi nama,” bisik salah satu waiters yang berdiri didepan pintu. Matanya tak sengaja melihat disetiap gelas ada tulisan.
“Benar, agak aneh. Setiap ada pertemuan meeting nggak pernah seperti ini,” sahut wanita yang berdiri disisinya.
“Ayo, kita santap makan malam yang sudah telat ini !” kata Asisten Rafael yang duduk di sebelah Chandra.
“Baik, Asisten Rafa !” seru para pebisnis.
Kenapa telat ? Harusnya mereka makan malam terlebih dahulu barulah membicarakan tentang pertemuan bisnis. Namun, karena larut dalam perbincangan hingga melupakan makan malam bersama. Chandra dan lainnya mulai menikmati hidangan yang disiapkan koki hotelnya.
Dari sudut lain seseorang memperhatikan gerak- gerik Chandra, dia sudah menyiapkan sesuatu untuk Chandra. Saat melihat Chandra meraih gelas yang sudah dicampurkan dengan obat, senyumnya terlihat sangat puas.
Chandra mengernyit keningnya, merasakan sesuatu yang aneh. Asisten Rafael yang peka langsung menanyakan keadaan tuannya. Chandra menggeleng namun ia merasakan tubuhnya sangat panas. Setengah berbisik dia meminta asistennya untuk menyalakan AC.
“Tuan, ac nya sudah sangat dingin” bisik Asisten Rafael heran.
“Ini masih sangat panas, Rafa. Tolong bawa saya ke kamar, saya ingin istirahat di sana !” bisiknya. Menyadari keanehan tuannya, Asisten Rafael berpamitan kepada rekan bisnis tuannya.
“Ada apa asisten Rafael ? Mengapa tuan Chandra seperti orang kesakitan ?”.
“Ah, itu ---” belum selesai Asisten Rafael menjawab, Chandra sudah berjalan pelan menuju pintu seraya memijat keningnya agar tetap sadar. Asisten Rafael yang melihat itu hendak menolong, namun lagi-lagi gerakannya terhenti oleh pria yang mengenakan jas putih tulang.
“Anda tidak mungkin meninggalkan kami sendiri di sini kan, asisten Rafa ?”
“Ta—tapi,”
“Benar asisten Rafa, kami adalah tamu disini. Melihat kepergian Tuan Chandra yang seperti itu membuat kami merasa tidak dihargai !” Pernyataan salah satu klien tuannya membuat Asisten Rafael bimbang.
Disisi lain, tidak mungkin membiarkan tuannya kesakitan seperti tadi, disisi lain tidak mungkin meninggalkan klien tuannya dengan tidak hormat.
‘Tuhan apa yang harus umatmu lakukan ? Tuhan tolong jaga tuan saya, maafkan saya tidak bisa tegas mengambil keputusan,’ lirihnya.
*
*
*
Sedangkan di sisi lain, Audrey baru saja keluar dari ruang istirahat. Dia hendak menyusul rekan kerja nya yang kini tengah sibuk melayani di ruangan pertemuan. Tanpa sengaja kedua mata Audrey melihat seorang pria tengah berjalan sempoyongan di lorong hotel membuat Audrey mendekati tanpa merasa waspada sedikitpun.
“Tuan, anda kenapa ? “ tanya Audrey polos.
“Uhhh, bantu saya… “ katanya lirih.
“Baiklah, dimana kamar tuan. Saya antarkan, “ ucap Audrey menawarkan diri membantu pria itu menuju kamarnya.
“Disana.. Uhh.. “
Audrey tanpa waspada sedikitpun mengalungkan tangan pria itu kelehernya. Ia memapah pria tersebut dengan susah payah. Badannya yang kecil tak kuat menahan beban pria tampan di sebelahnya. Namun, Audrey berusaha untuk menopang berat badan pria itu hingga keduanya tiba di salah satu pintu kamar hotel yang berbeda dari yang lainnya.
“Ini.. To–tolong buka kan, “ kata pria itu meminta tolong Audrey untuk membuka pintu menggunakan kode pin yang hanya dia dan Asisten Rafael yang tahu.
‘Ceklek’ pintu terbuka lebar bersamaan dengan des4h4n pria itu. Audrey yang polos mengira pria itu kepanasan sehingga dia dengan polosnya membawa pria itu masuk kemudian menutup pintu kamar menggunakan kaki kecilnya.
“Ba–bantu a-aku, “
“Bantu ? Kan Saya sudah bantu tuan, “ kata Audrey menatap pria itu dengan polos.
“Ba–bantu, uhhh… pa–panasss… “ Tanpa menunggu lama, pria itu langsung saja mendorong Audrey membuat gadis itu memekik kaget dan langsung saja melakukan yang tak seharusnya dia lakukan.
“Ja-jangannnnnn !!! To—tolongggg ! Ahh,“
Sementara itu, seorang wanita licik tengah berdecak kesal. Dia kehilangan jejak Chandra, dia kesal karena dosis yang dia berikan itu sangat cepat efeknya. Dia tidak ingin jika Chandra malah melakukannya dengan wanita lain.
“Kenapa kamu masih di sini ? “ tanya seorang pria yang heran melihat wanita licik itu berdiri di lorong sepi.
“Gue kehilangan jejak, Chandra ! “ ucapnya kesal.
“Bagaimana bisa ?! Lalu dimana Chandra ? “
Wanita licik itu menggeleng keras, dia tidak mau usahanya sia-sia. Begitu juga pria dihadapannya berdecak kesal karena mereka sama sekali tidak tahu dimana Chandra.
“Jangan sampai dia melakukan hal tersebut dengan wanita lain, George ! Gue nggak terima !! “
“Kita cari lagi, semoga efeknya belum naik ! “ kata pria yang bernama George.
“Ahhh, sialll !! “ umpatnya.
Disisi lain, Tika tengah panik saat tak mendapati sahabatnya di ruang istirahat. Bahkan semua orang tengah heboh mencari keberadaan Audrey. Apalagi salah satu dari mereka mengatakan jika Audrey sudah pergi ke arah ruangan pertemuan. Tapi saat disusul Audrey tidak ada disana.
Tika sampai menangis mencari keberadaan sahabatnya. Semua rekannya turut membantu mencari sedangkan tiga waiters yang tak menyukai Audrey dan Tika hanya diam tanpa melakukan apa-apa.
Lelah mencari, tiba-tiba saja mata Tika melihat sosok yang dicari berjalan dengan langkah terseok-seok.
“Audreyyy… !! “ teriak Tika saat melihat Audrey yang berpenampilan berantakan dengan wajah yang sembab.
“Audrey, kamu nggak papa ? “ tanya Tika khawatir. Namun, Audrey hanya diam. Semua orang menatapnya dengan rasa penasaran melihat Audrey yang menangis dan berantakan.
“Apa yang terjadi, Audrey ? “ tanya Retna yang berjalan menghampiri Tika dan Audrey.
Audrey tak menjawab, Tika menarik tangan sahabatnya menyingkir dari keramaian tanpa mengindahkan tatapan teman-temannya yang juga penasaran dengan keadaan Audrey.
Kini keduanya sudah berada di dalam kamar kosan, Tika sengaja membawa Audrey pergi tanpa meminta izin kepada atasan mereka hanya untuk menanyakan apa yang terjadi dengan sahabatnya.
“Katakan ke gue, lo kenapa drey ? Lo kenapa bisa seperti ini ? Lo tau gue khawatir, gue panik saat lo nggak ada. Gue, —”
“Gue diperkoZ4!! “
“A–APAAA ?! “