Dewi Auristella gadis mungil berwajah lugu harus menerima kenyataan pria yang selama dua tahun belakangan ini dia cintai berselingkuh dengan sahabatnya sendiri
benang takdir mulai terbentuk, tahun lalu dewi bertemu seorang gadis memiliki hobi yaag sama dengannya, Aleana Abraham
mereka berdua mulai akrab satu sama lain. karena itu Alea menjodohkan Dewi dengan kakanya Zain Malik D' Abraham.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi ervendi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Disebuah apartemen mewah di pusat kota seorang pria yang masih terjaga hingga dini hari menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah, tangan kekarnya mengeluarkan sebuah ponsel, wajah itu tersenyum ketika melihat sebuah potret gadis manis menutup matanya di kasur rumah sakit. Itu foto dewi dia diam-diam mengambil gambarnya ketika mengganti cairan infus yang hampir habis
"Apa kabar kamu gadis kecil? Apa kau gadis yang dinikahi oleh Zain?" Primus terus mentap wajah cantik Dewi hingga malam semakin larut dia terjaga.
*
*
*
Dewi melayani pelanggan masih dengan senyum yang sama tapi wajahnya sedikit pucat sesekali dia memegang perutnya yang keram ditambah pagi tadi dia tidak sempat sarapan membuat asam lambungnya naik.
"Wi.. Kau tidak apa kan? Apa kau sakit?" Tanya Erika yang sejak tadi memperhatikan Dewi menahan sakit
"Tidak apa Rik.. Efek datang bulan mungkin"
"Tapi mukamu sangat pucat Wi, kamu istirahat saja dulu nanti aku yang jaga"
"Yaudah Rik aku ke ruang istirahat dulu"
"Hemm.."
Baru beberapa langkah Dewi ambruk hingga Erika bu Anna dan pak Surya mengampiri tubuh kecil itu yang sudah tergeletak lemas di lantai
"bu Anna Bawa Ke Rumah Sakit saja" titah pak Surya pemilik toko ini sudah 30 menit Dewi tak kunjung sadar
"Ya udah. Erika dan kamu Reza bantuin saya!"
#
Dengan tergesa-gesa Primus mencari Dewi itu setelah dia menerima telfon dari perawat yang menanganinya tadi.
Kakinya terhenti saat matanya menemukan gadis yang dia cintai terbaring lemah diatas bankar rumah sakit wajahnya sangat pucat. Primus segera melakukan pemeriksaan yang seperti biasa dia lakukan
"Dok teman saya tidak kenapa-napa kan dok?" Erika tampak cemas mungkin Dewi kelelah karena harus menggantikan sifnya kemarin
"Dia tidak apa, sejak tadi malam mungkin dia belum makan, sehingga Maagnya kambu"
"Tapi kenapa dia tidak bangun dok hampir sejam dia pingsan seperti ini. Pak dokter tidak sedang membohongi saya kan?"
"Tidak nona sebentar lagi dia pasti sa..."
"Rik…" mendengar namanya disebut Erika duduk disisi kasur milik dewi
"Kamu sudah sadar wi?"
"Bagaimana tidak? Kau sangat berisik" ucapnya lirih
"Ahh.. Maafkan aku! Kau ingin apa? Biar aku ambilkan"
"Tidak Rik, aku hanya ingin tidur sebentar lagi."
"Ahh.. Kalau begitu tutup matamu !"
#
Zain sedang rapat proyek pembangunan hotelnya di pulau K namun saat Aiden masuk membisikkan sesuatu ditelinganya. Tanpa berkata apa-apa lagi Zain meninggalkan ruang rapat dan menyerahkannya ke Ririn
"Aiden Kau bisa lebih cepat?" Bentak Zain , entah mengapa perjalan yang hanya butuh waktu 15 menit terasa sangat lama
Tuan secepat apa lagi yang kau inginkan ini sudah diatas rata-rataku
Sekali lagi Rumah sakit dibikin heboh kedatangan Zain, matanya menangkap seorang gadis yang membuatnya khawatir setengah mati
"Apa yang terjadi dengan mu" Nada suara Zain sangat terdengar khawatir, dia sudah tidak memperhatikan sekelilingnya hingga kedatangnnya membuat mereka jadi pusat perhatian
Dewi sangat kaget karena kedatangnnya yang tiba-tiba terlebih lagi disana ada Erika dan bu Anna.
"Zain aku tidak apa-apa, lihat kita jadi pusat perhatian karena ulah mu"
"Kau masih memikirkan orang lain, tapi tidak memikirkanku yang sangat menghawatirkan mu"
"Primus dimana dia" Teriak zain kepada perawat yang sejak tadi berdiri disisi tiang infus
"Dokter Primus sedang memeriksa pasi..."
"PANGGIL DIA!"
sedangkan Erika dan bu Anna takut bercampur heran, pertanyaan mereka muncul secara bertubu-tubi mereka berdua hanya saling memandang menuntut penjelasan
, "Dasar zain pembuat onar" Gerutu Primus diselah langkahnya.
"Kau benar ingin rumah sakit mu rata dengan tanah Prim?" primus hanya diam mendengar ancaman Zain ini sudah biasa terjadi.
Belum masalah Zain selesai Roger dan Prima ikut menghebokan seisi rumah skait itu. Tak perlu bertanya dari mana mereka tahu, jika orang sudah menyandang nama D Abraham dia akan selalu mengawasinya.
"Primus bagaimana keadaan menantuku?" Ucap Prima menggeser duduk Zain ,tampak betul guratan kecemasan pada wajah senduhnya
Menantu.
pikir Ibu Anna dan Erika bersamaan
"Tante kakak ipar baik-baik saja dia hanya...."
"Apanya yang baik Prim dia sedang terbaring disini kamu bilang baik" Kini Roger yang menyerang Primus. Pria berkulit putih itu sudah tidak bisa bicara apa lagi, bicarapun tidak ada gunanya.
"Daddy Aku baik-baik saja perutku hanya keram Daddy" Ucap Dewi pelan, dia berusaha mengendalikan keadaan
Ada apa dengan mereka Tidak lihat apa semua orang memperhatikan kita
kumoh**on berhenti kekawatiran aneh kalian yang berlebih
"Ini yang mami takutkan kalau kalian ingin hidup mandiri, belum lama ini kalian pindah istrimu sudah masuk Rumah sakit Zain"
istri???
lagi-lagi bu Anna dan Erika dibuat terkejut. semua pertanyaan yang bergulir di Otak mereka akhirnya terjawab semua.
Istri Zain Malik D Abraham adalah temannya Dewi Auristella
"Mami, sungguh aku tidak apa aku hanya tidak sarapan sebelum ke toko"
"Toko? Apa kamu masih kerja ditoko itu Wi?" Ucap Prima menyelidik
"Zain kau masih menyuruh istrimu bekerja, daddy membiarkannya dengan harapan kau melarang istrimu tapi sepertinya daddy salah."
Mulut oh mulut sebaik kau diam. Keadaan semakin runyam jika satu kata terucap lagi dari bibirmu
"Dadd bukan seperti itu"
"Lalu apa, sepertinya kau memang tidak mencintai istrimu Zain daddy kecewa"
"Dadd aku mencintainya.. Iya ini memang salahku masih membiarkan nya bekerja" Ucapnya pasrah, apa lagi yang bisa dia lakukan jalan satu-satunya akui kesalahan mu
"Daddy jangan salahkan Zain ini kemauanku, aku suntuk jika dirumah terus"
"Kalau begitu besok daddy akan membelikan mu toko bahkan sekalian dengan pabriknya"
"Daddy itu tidak perlu, aku akan diam dirumah aku janji tidak akan bekerja lagi daddy tidak perlu membelikanku toko atau pabriknya. Dewi, melirik pria disampingnya meminta pertolongan
Yang buat keadaan seperti ini siapa?
Kau masih menyalahkanku? Memang ini aku rencanakan apa?
Seperti itulah arti tatapan kedua pasangan itu mereka seakan saling berbicara dalam diam.
Bersambung....
**Jangan lupa kasi saran kalian karena itu sangat penting buat Aku🥰
etsss.... jangan lupa tinggalin jejak hati kalian juga ya ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤**