Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.
Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.
Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.
Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.
Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.
"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit
"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"
Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.
"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"
"Sangat!"
"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"
"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Kendra menoleh lalu kembali tersnyum, matanya sudah merah, tubuhnya sudah limbung tak seimbang. Duduk dengan tak nyaman dan tenang karena mabuk.
"Aku berhutang budi banyak, saaaangaaat banyak sama mereka. Aku bahkan mungkin nggak bisa balas kebaikan mereka meski dengan nyawaku sekalipun. Aku nggak bisa ngecewain mereka. Nggak bisa menolak ketika tuan besar memintaku untuk menjadi suami putrinya,"
Kendra cegukan, ia kembali minum tanpa bisa di cegah oleh Sarah. Pria itu lalu berdiri menghadap Sarah, ia membelai kepala wanita itu,"Kamu bakal kehilangan aku kalau aku nikah, kita nggak bisa sedekat dulu lagi. Aku sediih saraaahhhh! Jangan menghindariku lagiiiii," ucapnya.
Sarah terpaku, tubuhnya terasa kaku mendapati Kendra membelai Rambutnya dengan lembut. Lebih-lebih dengan kalimat terakhir yang diucapkan pria itu. Matanya berkaca-kaca. Benar yang di katakan Kendra, dia akan segera kehilangan pria tersebut. Meski masih bisa berteman, namun tak bisa seperti sebelumnya. Akan ada tembok tinggi yang membatasi pertemanan mereka.
" Aku butuuuh kamuuu, Saraaahhhh," Kendra tiba-tiba menjatuhkan dagunya di bahu Sarah. Wanita itu langsung mendorong tubuhnya.
Kendra yang memang sudah mabuk berat hampir terjatuh saat Sarah mendorongnya, namun wanita itu langsung meraih dan menarik tangannya.
"Mueeheheh, takut banget aku jatuh!" ucap Kendra, ia kembali mengambil gelas di depannya, dengan cepat Sarah menyambar gelas itu.
"Cukup, Kend! Kita pulang sekarang!" ucap Sarah. Mumpung pria itu masih bisa berjalan kalau tidak, ia akan kesusahan.
Sekuat tenaga Sarah berusaha memapah Kendra ke mobilnya. Tanpa pikir panjang ia membawa pria itu ke apartemennya yang lebih dekat jaraknya dengan Club tersebut daripada ke apartemen Kendra.
Sampai di apartemen, Sarah kembali memapah Kendra menuju kamarnya. Biarlah dia nanti yang tidur di sofa ruang tv, pikirnya. Karena apartemennya hanya ada satu kamar tidur. Tak tega jika pria yang sedang mabuk itu tidur di sofa.
Bruk!
Sarah menjatuhkan tubuh Kendra di ranjang. Pria itu benar-benar tepar dan terus merancau tak jelas.
Sarah membantu melepas sepatu pria tersebut lalu mengangkat kakinya yang menjuntai ke lantai supaya naik ke ranjang.
Sarah menatap wajah pria yang sepertinya kini tertidur pulas tersebut, baju dan celananya kotor karena tadi di mobil sempat muntah dan mengotori pakaiannya.
Sarah pikir, hanya melepas baju bagian atasnya tidak masalah, ia tak mungkin membiarkan Kendra tidur dengan baju kotor seperti itu.
"Ya ampun, Kend, kamu harus bayar mahal untuk ini! Nyusahin aja sih," keluhnya.
Satu persatu Sarah melepas kancing kemeja berwarna putih yang di kenakan Kendra. Ia susah payah berusaha melepas kemeja itu setelah kancingnya terlepas semua. Ia membiarkan saja celananya, tak mungkin juga ia lepaskan.
Sarah hendak membawa kemeja Kendra ke kamar mandi untuk dia cuci. Tapi, tiba-tiba saja tangan Kendra menarik tangannya. Pria itu sudah berdiri, dan dari gesturnya terlihat jika Kendra akan kembali muntah.
"Tahan! Jangan muntah di sini!" Sarah membungkam mulut Kendra yang cegukan.
Kendra menyentuh tangan Sarah, menyingkirkan tangan itu dari mulutnya pelan. Kendra menatap Sarah lalu membelai wajah wanita itu dengan lembut, "Kamu siapa? Gisel? Calon istriku? Atau Sarah?" tanyanya. Ia tak jadi muntah.
"A-aku Sarah," jawab Sarah gugup di tatap dan di perlakukan seperti itu oleh pria mabuk di depannya.
Beberapa saat Kendra diam, menatap wajah wanita di depannya tersebut yang entah siapa yang ia lihat penuh damba. Sarah terhipnotis oleh tatapan Kendra.
Kendra mencium kening Sarah, lama dan mesra. Membuat wanita itu semakin mematung.
"Kend..." Sarah berusaha mendorong dada bidang Kendra yang tak memakai baju tersebut. Jantungnya berdesir saat menyentuh dada Kendra.
Akal sehatnya masih bekerja, Sarah tak membenarkan apa yang kendra lakukan sekalipun pria itu tahu kalu dia adalah Sarah bukan Gisel.
Di dorong oleh Sarah membuat Kendra limbung, lagi-lagi tangan Sarah refleks menarik tangannya. Padahal jika jatuh pun Kendra akan jatuh ke kasur, tidak akan sakit.
Kendra langsung menarik pinggang Sarah. Wanita itu tak sempat protes karena bibir Kendra sudah mendarat di bibirnya. Rasanya aneh, tubuhnya menegang. Ini kali pertama kali Sarah di cium seorang pria. Ada gelenyar aneh pada tubuhnya.
"Kend, aku Sarah! Bukan Gisel Sadarlah!" ucap Sarah di tengah-tengah ciuman Kendra.
Pria itu sama sekali tak menggubris. Kendra terus mencium bibir Sarah.
Perlakuan lembut Kendra, membuat Sarah terlena. Lama-lama ia menikmati ciuman pria itu. Pria yang selama ini ia kagumi secara diam-diam tersebut.
Sarah sudah mengingatkan Kendra tadi kakau dia bukan Gisel, tapi pria itu tak peduli. Apakah itu artinya jika Kendra sebenarnya memng menginginkan Sarah? Entahlah, Sarah sudah tak bisa berpikir logis lagi sekarang. Apalagi saat tangan Kendra berani menyusup ke dalam dadanya.
Kendra menghentikan aksinya, entah kenapa raut wajah Sarah kecewa. Wanita itu benar-benar sudah di kuasai oleh perasaan cintanya terhadap Kendra.
Kendra menatap lekat Sarah, ia mengusap lembut wajah wanita tersebut. Sarah benar-benar di buat tak berdaya dengan tatapan itu yang entah apa artinya.
Seharusnya saat ini waktunya Sarah menghindar karena ia sadar ini tidak benar tapi, setan sudah menguasai dirinya, yang justru menginginkan lebih. Sarah tak menolak ketika Kendra kembali mendaratkan bibirnya pada bibirnya. Wanita itu bahkan kini memberanikan diri membalas ciuman kendra.
Sarah pikir tak apa sebuah ciuman perpisahan. Karena setelah ini ia akan kehilangan sosok pria yang ia cintai itu. Namun, siapa sangka jika Kendra akan melakukan lebih dari sekedar ciuman.
Dan sialnya, seperti kerbau yang di cocok hidungnya, Sarah tak menolak. Ia benar-benar terbuai dengan perlakuan Kendra hingga egonya juga menginginkan lebih.
Pikiran Sarah benar-benar sudah kosong, kini ia sudah tak memakai sehelai benang pun pada tubuhnya. Membiarkan Kendra melakukan apa yang ingin pria itu lakukan pada tubuhnya.
Sarah bukannya tak tahu apa akibat dari perbuatannya tersebut yang membiarkan jika Kendra merenggut mahkota paling berharga dakam dirinya tersebut. Apalagi kemungkinan besar pria itu melakukan dalam keadaan tidak sadar.
Tapi, Sarah rela menanggung akibatnya. Ia terlalu mencintai Kendra hingga rela melakukannya, bahkan jika Kendra menganggapnya sebagai Gisel sekalipun. Logikanya kalah dengan dengan kenikmatan yang Kendra berikan.
Tes....
Air mata Sarah mengalir saat kesuciannya Benar-benar di terobos oleh Kendra dan kini tubuh mereka sudah bersatu.
.
.
.
Keesokan harinya....
Sarah yang sudah bangun terlebih dahulu, hanya bisa terdiam dengan tatapan nanar. Ia merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia begitu terlena dan melakukannya. Dia telah melakukan dosa besar dengan Kendra secara sadar.
Sarah meremat selimut yang menutupi tubuhnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana jika Kendra yang masih terlelap babgun dan mengingat semuanya. Bagaimana jika pria itu marah dengannya yang tak berusaha mencegah padahal tahu jika Kendra sedang dalam pengaruh alkohol.
Sarah menatap punggung Kendra yang tidur memunggunginya. Antara merasa bersalah dan marah Sarah rasakan terhadap pria itu.
Tidak, ini bukan salah Kendra, dia bisa saja memberontak dan menolak, tapi apa dia justru bersikap seperti wanita murahan yang rela menyerahkan kesuciannya untuk pria yang mencintai wanita lain. Siapapun orangnya pasti akan mengatai sarah bodoh.
Kendra menggeliat, hal itu membuat Sarah kaget. Ia segera turun dari tempat tidurnya. Dengan susah payah berjalan menuju almari untuk mengambil selimut yabg bersih karena selimut yang kini menutupi tubuhnya ada bercak darah dari kewanitaannya. Karena semalam melakukannya beralaskan selimut tersebut.
Sarah menyelimuti Kendra. Ia segera mengambil baju dan menuju kamar mandi, tak lupa ia mencuci selimutnya, memasukknaya ke dalam mesin cuci. Di kamar mandi, Sarah langsung merosot ke lantai setelah menyalakan shower. Ia terus menangis dalam diam untuk beberapa saat lamanya.
.
.
.
Kendra baru membuka matanya jam delapan. Kepalanya terasa pusing sekali, ia terkejut mendapati dirinya yang tidak memakai apapun di balik selimut.
Kendra mengedarkan pandangannya ia tahu itu kamar Sarah. Ia pernah masuk ke sana saat Sarah sakit. Dalam hati, Kendra bertanya-tanya apa yang terjadi dengannya. Kenapa dia berada di kamar apartemen Sarah.
"Udah bangun, Kend?" Sarah masuk ke dalam kamar. Wanita itu berusaha bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi.
"Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku bisa seperti ini, apa semalam..."
"Security yang melepas bajumu semalam. Aku meminta bantuannya untuk melepas pakaianmu karena kamu muntah dan pakaianmu bau dan kotor. Aku sudah mencuci dan menegringkannya. Kamu bisa memakainya lagi setelah mandi," Gisel langsung memotong kalimat Kendra.
Pria itu tampak menghela napas lega karena tak terjadi apa yang ia takutkan.
" Mandilah, aku sudah menyiapkan air panas. Biar kamu sedikit enakan, efek alkohol pasti kuar biasa sampai kamu nggak ingat apa-apa! "ucap Sarah, entah bermaksud menyindir atau tidak. Yang jelas hatinya sakit, karena Kendra benar-benar tidak ingat apa yang sudah mereka lewati semalam.
Tapi, mungkin itu lebih baik, pikir Sarah. Ia akan menyimpannya sendiri. Karena memang ini salahnya. Sarah tak ingin merusak rencana pernikahan Kendra dan Gisel.
...****************...