Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.
Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.
Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Aku sama sekali tidak tersinggung, Sarah. Namun apa yang dikatakan Roy sangatlah keterlaluan. Dia malah menuduhku sebagai penyebab kematian istrinya," jawab Raka.
"Tetapi sudahlah, aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Sebab aku ingin berfokus untuk menemukan kedua anak kembarku itu," papar
Raka. Sarah kemudian tersenyum.
"Aku akan selalu mendukungmu Raka, sampai kamu bisa menemukan kedua anak kandungmu itu," ujar Sarah.
Raka kemudian memandangi Sarah dengan syarat yang begitu lekat.
"Apakah kamu setuju untuk menerima kedua anakku itu sebagai ibu sambungnya, Sarah?" tanya Raka. Sarah melebarkan senyumnya.
"Tentu saja, Raka. Kamu sudah menerima Rama menjadi anakmu. Tentu aku akan melakukan sebaliknya," Jawaban Sarah membuat hati Raka merasa sejuk.
"Terima kasih, Sarah. Aku yakin kedua anakku nanti akan tumbuh besar dengan baik di bawah bimbinganmu. Karena aku tahu kamu adalah ibu yang kuat dan tangguh," puji Raka.
Namun Sarah terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Raka. Sebab Sarah masih berpikir untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Raka hanya setahun saja.
Memang sebenarnya Sarah mendukung Raka untuk menemukan kedua anak kandungnya agar Sarah bisa benar-benar pergi darinya.
Sarah masih merasa dia tidak mencintai Raka dan belum menerima Raka sepenuhnya sebagai suaminya.
Sarah berpikir dia hanya menyimpan kekaguman besar kepada Raka, tidak lebih dari itu.
Sarah masih belum menerima jika hatinya sudah jatuh cinta kepada. Raka Raka memahami makna Sarah yang saat itu terdiam. Raka juga merasa Sarah belum bisa menerima cintanya.
'Sampai kapan kamu berpikir untuk tidak menerimaku seutuhnya sebagai suamimu, Sarah? Apakah tidak ada sedikit harapan kamu bisa mencintaiku sepenuhnya? pikir Raka.
Tetapi lagi-lagi Raka bersikap pasrah dan menyerahkan semua keputusannya kepada Sarah.
Walaupun dia sebenarnya tidak rela jika harus berpisah dengan Sarah, apalagi Raka juga tidak sanggup jika harus jauh lagi dari Rama. Dia terlanjur menyayangi Rama seperti anak kandungnya sendiri.
"Sebaiknya kita pulang Raka!" saran Sarah.
"Bagaimana kalau kita berziarah ke makam Laras terlebih dahulu?" usul Raka. Sarah menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju dengan keinginan Raka.
"Kalau kamu ingin berziarah ke makam Laras, tentu kamu harus bertanya kepada keluarganya dimana Laras diistirahatkan, mereka pasti akan kembali bersikap kasar kepadamu lagi seperti tadi," kata Sarah.
"Tidak mengapa, Sarah. Yang terpenting aku bisa mendoakan Laras," jawab Raka.
'Sudahlah, Raka. Lebih baik kamu mendoakan Laras dari rumah saja. Tidak perlu sampai berziarah ke makamnya," ujar Sarah.
Raka akhirnya menyetujui saran dari sang istri. Kemudian mereka pun pulang ke rumah.
Pada malam harinya Raka termenung di teras rumahnya itu.
Dia memandangi alamat sepasang suami istri yang mengadopsi kedua anak kembarnya dari Naiba. Sarah kemudian menghampiri sang suami.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Raka?" Pertanyaan Sarah membuyarkan lamunan Raka.
"Aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk bisa bertemu dengan kedua anak kembarku," jawab Raka.
Sebab ia juga tentu tidak mau menimbulkan masalah yang lebih besar antara Panca dan Dita.
"Aku takut mereka tidak percaya nahwa akulah ayah kandung dari kedua anak kembar itu," jelas Raka.
"Mungkin saja mereka tidak akan pernah rela melepaskan kedua balita itu kepada ayahnya sendiri," papar Raka yang mengungkapkan kekhawatirannya kepada Sarah. Sarah kemudian menghela napasnya.
"Kamu jangan khawatir, Raka. Selama kamu benar pasti Tuhan akan memberikan jalannya," hibur Sarah.
"Aku tahu, Sarah. Tetapi aku takut jika keinginanku untuk mengasuh kedua anak kembarku sendiri akan dipersulit oleh pasangan suami istri itu," ujar Raka. Sarah kemudian tersenyum.
"Berkacalah dengan kasus Rama, Raka," balas Sarah pendek. Ucapan Sarah membuat Raka terperanjat.
"Apa maksudmu, Sarah?" tanya Raka dengan nada polos.
"Bukankah kamu mati-matian membantah bahwa Rama bukanlah anakku, sehingga aku
memutuskan untuk melakukan tes DNA kepada Rama," beber Sarah yang mengingatkan kembali saat mereka berebut hak asuh Rama. Raka menyadari kekeliruannya saat itu.
"Apa kamu masih merasa marah dengan semua yang kulakukan dulu, Sarah?" tanya Raka. Sarah menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu, Raka. Kamu jangan salah paham!" jawab Sarah.
"Aku hanya berpikir satu-satunya jalan untuk bisa mengambil hak asuh anakmu adalah dengan cara melakukan tes DNA," jelas Sarah.
Raka terkesiap mendengarnya, dia memang ingin sekali melakukan tes DNA sebagai bukti bahwa kedua anak kembar itu adalah darah dagingnya.
Namun untuk melakukan tes DNA tentu membutuhkan biaya yang cukup besar.
"Benar juga katamu, Sarah. Tetapi untuk melakukan tes DNA itu memerlukan biaya yang besar. Aku belum sanggup untuk itu," ungkap Raka.
Sarah ikut merasa prihatin dengan apa yang dikatakan oleh Raka. Seandainya saja Sarah memiliki uang simpanan yang cukup, dia pasti akan mengorbankannya demi bisa membiayai tes DNA tersebut.
Tetapi saat itu uang tabungan Sarah belum cukup, sehingga dia tidak bisa berkata apapun.
Sarah kemudian menggenggam tangan Raka sembari menenangkan sang suami.
"Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Raka. Semoga saja Dia memberikan jalan terbaik untukmu agar bisa bersatu kembali dengan kedua anak kandungmu itu," hibur Sarah.
Raka kaget ketika melihat Sarah menggenggam tangannya. Kehangatan dari genggaman tangan Sarah menjalar sampai ke hati Raka.
Sarah menyadari dengan apa yang dilakukannya. Dia segera menarik dari genggaman Raka.
"Maafkan aku, Raka. Aku tidak bermaksud," ujar Sarah. Raka kemudian tersenyum.
"Jangan canggung begitu, Sarah. Kita ini suami istri, bukan orang lain," kata Raka.
Sarah terdiam mendengarnya, dia memang masih merasa sangat canggung kepada Raka.
Tetapi entah mengapa tangan Sarah begitu reflek menggenggam tangan Raka.
Bahkan Raka berpikir bahwa benih-benih Cinta Sudah mulai tumbuh di hati Sarah. Tetapi Sarah masih belum mengakuinya.
'Sampai kapan kamu tetap bersihkukuh dengan sikapmu ini, Sarah? Aku yakin jika ada perasaan cinta untukku walau hanya sedikit saja di hatimu, kata batin Raka.
"Lalu kapan kamu akan pergi menemui kedua anak kembarnu itu, Raka?" tanya Sarah mengalihkan perhatian. Raka berpikir sejenak sebenarnya.
"Aku ingin secepatnya pergi ke sana, Sarah. Tetapi aku juga harus mengumpulkan biaya agar aku bisa melakukan tes DNA kepada dua anak kembarku itu," papar Raka.
"Jangan khawatir, Raka. Aku pasti akan selalu mendukungmu dan aku juga turut membantu agar kedua anak kandungmu itu bisa kembali ke pelukan ayahnya," Perkataan Sarah kembali menyejukkan hati Raka. Raka yang kini menggenggam tangan Sarah dengan lembut.
"Terima kasih, Sarah. Kamu bukan hanya seorang istri, tetapi juga pendamping sejati bagiku," Ucapan Raka membuat Sarah terhenyak mendengarnya.
Bahkan Sarah juga kaget ketika Raka menggenggam tangannya. Sarah berusaha untuk menarik tangannya dari genggaman Raka. Tetapi Raka berusaha menahan genggamannya yang lembut pada Sarah.