Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Harga Sebuah Keajaiban"
Arya berdiri tegak di hadapan wanita muda yang ketakutan itu, tangannya masih terangkat dengan cahaya biru yang berpendar. Perlahan tapi pasti, gedung yang tadinya bergerak liar mulai tenang. Beton dan kaca yang meliuk-liuk kembali ke bentuk asalnya.
"Bagaimana kau melakukannya?" tanya wanita itu, matanya terbelalak takjub.
Arya tersenyum lemah. "Sejujurnya, aku juga masih belajar."
Sementara itu, Dara dan Bima membantu mengevakuasi orang-orang yang terjebak di gedung, sementara Citra dan Rama mengamankan area sekitar.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Suara sirine dan deru helikopter memenuhi udara. Tim Arya melihat ke bawah dan mendapati bahwa gedung telah dikepung oleh pasukan keamanan dan media.
"Ini tidak bagus," gumam Bima.
Arya mengangguk. "Kita harus pergi dari sini. Citra, bisa kau membuat pengalihan?"
Citra mengangguk dan menggunakan kekuatan telekinesis-nya untuk menciptakan kabut tebal dari puing-puing di sekitar mereka. Di tengah kebingungan, tim Arya berhasil menyelinap keluar gedung dan kembali ke markas.
Di markas, mereka disambut oleh wajah-wajah tegang Guru Bayu dan Nyi Roro.
"Kalian berhasil menghentikan kekacauan itu," kata Guru Bayu, "tapi dengan harga yang mahal."
Nyi Roro menyalakan televisi. Layar menampilkan rekaman aksi mereka di gedung, diambil oleh kamera helikopter berita. Headline besar terpampang: "KELOMPOK MISTERIUS MENGENDALIKAN GEDUNG HIDUP".
"Keberadaan kita sudah tidak bisa disembunyikan lagi," lanjut Nyi Roro. "Pemerintah menuntut penjelasan, dan publik... mereka ketakutan."
Arya menghela napas berat. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Guru Bayu menatap mereka satu per satu. "Kita harus menghadapinya. Persaudaraan Elemen tidak bisa bersembunyi lagi. Kita harus menjadi pelindung masyarakat di tengah krisis ini."
"Tapi bagaimana dengan misi kita ke Pulau Seribu?" tanya Dara.
"Itu harus ditunda," jawab Nyi Roro. "Prioritas kita sekarang adalah menenangkan publik dan bekerja sama dengan pemerintah."
Arya mengangguk, meski dengan berat hati. Ia tahu bahwa keputusan ini akan mengubah segalanya.
Beberapa hari kemudian, Arya berdiri di depan podium dalam sebuah konferensi pers besar. Kamera-kamera menyorot wajahnya, dan puluhan mikrofon terarah padanya.
"Nama saya Arya," ia memulai, suaranya sedikit bergetar. "Dan saya di sini mewakili Persaudaraan Elemen."
Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Kami adalah sekelompok individu dengan kemampuan khusus yang telah ada sejak lama. Selama ini, kami bekerja dalam bayangan untuk melindungi masyarakat. Namun, dengan peristiwa baru-baru ini, kami menyadari bahwa sudah waktunya kami melangkah ke depan."
Ruangan dipenuhi bisik-bisik dan kilatan kamera.
"Kami berjanji untuk membantu mengatasi krisis ini. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait untuk membantu mereka yang terkena dampak ledakan energi. Dan kami akan melakukan yang terbaik untuk mencari tahu penyebab di balik semua ini."
Setelah konferensi pers, tim Arya kembali ke markas dengan perasaan campur aduk. Mereka tahu bahwa mulai sekarang, hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Dara kepada Arya.
Arya tersenyum lemah. "Seperti baru saja melompat dari tebing tanpa tali pengaman."
Bima menepuk pundak Arya. "Setidaknya kita melakukannya bersama-sama."
Malam itu, saat yang lain sudah tidur, Arya berdiri di atap markas, memandangi kota Jakarta yang perlahan pulih. Ia merasakan beban besar di pundaknya, tapi juga tekad yang kuat.
"Kita akan menemukan jawabannya," gumamnya pada diri sendiri. "Dan kita akan melindungi dunia ini, apapun yang terjadi."
Saat itu, Arya tidak tahu bahwa jauh di Pulau Seribu, sebuah kekuatan gelap sedang bersiap-siap. Kekuatan yang akan menguji tidak hanya kemampuan, tapi juga kemanusiaan mereka.