Pembalasan Anak Pungut

Bab 31

"Callista adalah putri kandung kami. Semua bukti sudah kami dapatkan. Orang-orang yang tahu kebenaran ini juga sudah memberikan kesaksian," kata Felix dengan suara bariton yang terdengar seperti bunyi halilintar di telinga istri Michael.

"Ti-dak mung-kin," ucap Zanetha tanpa sadar.

Hannah dan Zanetha shock mengetahui kebenaran ini. Wanita itu tidak pernah menyangka kalau Callista adalah seorang putri dari keluarga Kinsey. Bayangan dia sering berbuat tidak adil kepada gadis itu berputar seperti sebuah film di dalam ingatannya.

Wajah Zanetha pucat pasi seperti tidak teraliri oleh darah. Kening dan lehernya dipenuhi oleh keringat dingin sebesar biji jagung. Selama ini dia selalu berbuat semena-mena kepada Callista karena menduga sebagai anak haram ayahnya. Setelah mengetahui tidak memiliki ikatan darah, dia malah punya kepikiran untuk menyingkirkan gadis itu. Namun, sekarang setelah mengetahui identitas asli Callista membuat dia ketakutan setengah mati.

"Malam ini juga kami akan membawa Callista," ucap Margareth.

Istri Felix itu tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada putrinya lagi. Selain itu dia juga ingin melepas rindu setelah belasan tahun lamanya terpisah.

Callista mendengar itu sangat senang sekali. Dia sudah ingin segera berkumpul bersama keluarganya. Rasa rindu kepada orang yang benar-benar tulus sayang kepadanya ini membuat dirinya ingin segera pergi meninggalkan tempat ini.

"Callista, ambil barang penting saja milikmu. Untuk pakaian nanti kita akan membeli yang baru," lanjut Margareth.

"Tidak. Kalian tidak bisa seenaknya mengambil Callista begitu saja. Semua orang di negeri ini sudah tahu kalau Callista adalah putri sulung dari keluarga Owen," ucap Hannah akhirnya bisa berbicara setelah berhasil mengendalikan diri dari rasa keterkejutan tadi.

Hannah tidak akan melepaskan Callista begitu saja. Dia memerlukan ginjal miliknya untuk Zanetha. Wanita itu tidak akan membiarkan putri kesayangannya meninggal begitu saja. Selain itu dia dan suaminya sudah susah payah membesarkan Callista, sekarang giliran dia memberikan balasan atas apa yang dia dapatkan dari keluarga Owen.

"Apa Anda ingin di penjara karena sudah menyandera atau menyekap putri dari keluarga Kinsey!" teriak Felix dan suaranya menggelegar memenuhi ruang makan di kediaman keluarga Owen.

Hannah dan Zanetha mengkerut ketakutan akan ancaman dari pemimpin keluarga Kinsey. Mereka pun diam tidak berani melawan.

Callista mengambil beberapa barang miliknya yang dianggap penting. Casandra menangis karena akan berpisah dengan nona muda yang selama ini dia layani.

"Nanti aku akan minta kepada kedua orang tuaku untuk menjadikan kamu pelayan pribadi aku. Aku harap kamu segera keluar dari rumah ini. Jangan sampai melewati musim semi ini. Kalau bisa secepatnya," kata  Callista kepada Casandra.

Gadis itu tidak mau Casandra sampai meninggal seperti di kehidupan sebelumnya. Dia ingin pengasuhnya ini hidup dan mendapatkan kebahagiaan.

Hannah dan Zanetha hanya memasang muka masam ketika Callista berpamitan, karena akan pergi dari rumah yang seperti penjara baginya. Tidak bebas melakukan apa pun sesuka hati dan harus menuruti segala keinginan ibu dan saudaranya.

Margareth dan Felix langsung memeluk Callista, lalu membawa ke dalam mobil. Kendaraan mereka pun meninggalkan kediaman keluarga Owen.

"Akhirnya kamu kembali ke dalam pelukan kita," ucap Margareth dengan mata berkaca-kaca saking bahagianya.

Dalam perjalanan kedua orang itu mengungkapkan rasa haru, bagaimana perjuangan mereka sampai bisa bertemu dengan Callista. Mereka sempat berputus asa akan nasib putri yang tidak didapatkan sedikit pun informasi tentangnya.

"Kamu itu seperti sudah tertelan bumi saja. Karena selama kami memasang iklan di koran, tidak ada sedikit pun informasi mengenai kamu," kata Margareth sambil membelai rambut panjang di punggung Callista.

"Papa sudah mengurus segala administrasi tentang identitas kependudukan kamu. Kita akan mengadakan pesta kedewasaan kamu secepatnya dan memperkenalkan dirimu sebagai putri kami yang hilang," ucap Felix sambil tersenyum kepada Callista.

"Terima kasih, Papa ... Mama. Aku senang sekali sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi," balas Callista dengan mata yang berkaca-kaca.

Begitu mereka sampai ke kediaman Kinsey yang bak istana, di sana Charlie sudah menunggunya. Pemuda itu langsung berlari begitu melihat adik kembarannya. Dia memeluk erat tubuh Callista.

"Selamat datang di rumah, adikku ... Callista!" ucap Charlie dengan penuh semangat.

"Terima kasih. Akhirnya kita bisa bersama," balas Callista.

***

Keesokan harinya Felix dan Margareth mendatangi penjara. Mereka ingin bertemu dengan Michael Owen. 

Laki-laki yang dahulu terlihat gagah dengan pakaian mewah. Wajah bersih bersedih dan senyum ramah sering terukir. Kini semua itu tidak ada. Penampilan Michael sangat kontras sekali dan pastinya akan banyak orang yang tidak percaya kalau itu adalah kepala keluarga Owen.

"Ada apa Anda mencari ku?" tanya Michael begitu berhadapan dengan dua orang tamunya.

"Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku dengar jawabannya dari mulut kamu langsung," jawab Felix.

Michael menatap tajam kepada Felix. Dia tidak tahu apalagi yang ingin didengar oleh pemimpin keluarga Kinsey darinya.

"Aku tanya, kenapa kamu diam saja dan tidak memberi tahu aku kalau Callista putriku bersama denganmu?" tanya Felix langsung to the point.

Ekspresi muka Michael langsung berubah. Laki-laki itu terkejut karena rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari siapa pun itu bisa bocor ke telinga Felix. Setahu dia yang mengetahui kebenarannya adalah dirinya, Paul si supir, dan Maria si pengasuh sementara.

'Apakah mereka yang sudah membocorkan rahasianya?' batin Michael.

Felix dan Margareth menunggu jawaban kejujuran dari mulut Michael. Jika berbohong dan menyembunyikan informasi kebenaran, mereka tidak akan segan-segan mengirimnya ke tiang gantungan.

***