NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 30 : PEREMPUAN MASA LALU PAPI

Setelah sarapan dalam keheningan juga kecanggungan, lalu kepergian Arrazi ke rumah sakit karena ada urusan, sedangkan Daniah tidak ikut kerumah sakit, karena masih terhitung waktu cutinya, hingga besok, Daniah baru masuk, kembali beraktivitas.

Dan hari ini Daniah ingin pulang ke rumah orangtuanya. Rencananya ia akan membawakan oleh-oleh yang dibawanya dari Bandung untuk keluarganya. Sebelum Arrazi pergi, Daniah sempat meminta izin untuk pulang, Arrazi hanya menganggukkan kepala isyarat mengizinkan.

Daniah pergi ke rumah orangtuanya dengan memesan ojek online. Sampai di rumah, ia si sambut dan ditemani sang Mami di ruang keluarga mereka berbincang sambil membuka oleh-oleh yang dibawanya. Sedangkan Papinya sudah di kantor, Atha, Abangnya sedang pergi ke Surabaya, ada proyek katanya dan si kecil Fadillah masih di sekolah.

Awalnya sang Mami menanyakan keberadaan menantunya yang tidak turut hadir bersama Daniah. Dengan alasan pekerjaan yang penting di rumah sakit, Mami Faiza hanya ber-oh, memaklumi dan tidak banyak bertanya.

"Banyak banget oleh oleh-olehnya Nia!" seru Mami Faiza, melihat oleh-oleh yang dibawakan putrinya dari kampung halaman sang suami begitu banyak.

"Ya nggak papa Mi. Ini juga yang beliin menantu Mami kok. Di coba deh Mi, dasternya kayaknya Mami makin cantik kalau pake daster yang ini." ujar Daniah memberikan daster dengan corak abstrak berwarna pastel berlengan pendek kepada Maminya.

"Ya Allah Nia, ini mah cocoknya di kamu, dari model sama coraknya buat anak gadis. Mami mah yang ini aja Nia. Bagus yang juga ini." ujar Mami Faiza mengembalikan daster yang diberikan Daniah dan memilih daster bercorak batik berwarna biru.

"Ish Mami tuh, sengaja Nia pilihin buat Mami yang ini. Lagian umur Mami belum tua-tua amat kok, muka Mami aja masih awet muda gitu. Cantik. Cocok Mi, kalau Mami pake daster ini." paksa Daniah kembali memberikan daster pilihannya untuk sang Mami.

"Nia yakin, kalau Papi liat Mami pake daster ini, beuuhh Papi makin tergila-gila sama Mami. Makin bucin deh si Papi sama Mami." goda Daniah sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ah, kamu bisa aja Nia." ujar Mami Faiza malu-mal, terlihat jelas rona merah langsung timbul di pipinya yang putih. Nah, hal itu menandakan Daniah tidak ragu dan tidak harus tes DNA lagi kalau ia benar-benar anak dari Faiza Kayla Alyssa, karena Daniah begitu mirip dengan wajah Maminya dan memiliki kesamaan saat tersipu malu. Cepat sekali rona merah timbul di pipinya, juga ada sedikit lesung pipi sedikit di bagian pipi bawanya.

"Kamu sendiri gimana tuh, apa udah bikin Mas mu bucin sama kamu?" tanya Mami Faiza balik menggoda sang putri. Namun godaannya itu membuat Daniah teringat kejadian pagi tadi. Ah, miris sekali.

"Tenang Nia, butuh proses dalam merajut cinta dalam rumah tangga, apalagi didasari dengan perjodohan. Insyaallah suatu hari nanti, kamu akan merasakan di bucinin sama suami kamu Nia. Tapi harus sabar aja, kalau suami sudah bucin, akan manja, melebihi balita." ujar Mami Faiza lalu terkekeh.

"Kayak Papi kan Mi?"

Daniah ikut terkekeh, melupakan kekecewaannya pada sang suami dan meladeni godaan Maminya. Sepertinya Maminya ini sedang menyinggung kebucinan sang suami yang Hampir setiap hari Daniah saksikan di rumah.

"Ya, kamu tau sendiri lah ya."

Lagi, seorang Ibu dan anak itu kembali tertawa.

"Mi, gimana sih awal drama pernikahan Mami sama Papi?" tanya Daniah setelah menyelesaikan tawanya.

"Hmmm, penuh drama sih Nia, apalagi drama kebucinan Papi kamu tuh, hhhsss....Mami sampai bingung ngadepinnya. Semanja-manjanya Dilla, lebih manja Papi kamu." ujar Mami Faiza tak lepas tersenyum mengingat kelakuan sang suami waktu awal pernikahan.

"Apa Papi langsung sebucin itu sama Mami?"

Mami Faiza mengangguk.

"Langsung bucin sih nggak, pastinya proses Nia. Tapi Papi kami tuh romantis banget Nia. Paling bisa membuat Mami tuh berbunga-bunga setiap harinya, merasa nyaman, aman, di sayangi, di cintai. Pokoknya Masya Allah banget Papi kamu, Nia. Kalau bahasa orang sekarang mah ya, Mami menikah dengan orang yang tepat. Ya sampai sekarang buktinya Papi kamu tuh setia dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Mami dan keluarga kita." ujar Mami Faiza dengan ekspresi wajah yang begitu bahagia, tak di buat-buat.

Sementara itu, Daniah memikirkan kembali sikap sang suami, bahkan kalau dibandingkan dengan Papinya. Arrazi jauh dari kata romantis bahkan bucin sekaligus.

"*Dengan luka masa lalunya yang belum sembuh dan sikapnya yang seperti itu, apa bisa Mas Arrazi seromantis dan sebucin Papi?" bisik Daniah dalam hati*.

"MAMIIIII!" teriak Fadillah tentu membuat Mami dan Kakaknya kaget.

Si anak bungsu itu baru pulang dari sekolah dan berlari kearah Maminya, namun larinya terhenti mendengar suara Kakaknya.

"Ish si ompong berisik banget!" ceplos Daniah melihat Adiknya.

"Ih Kakak kok disini?" tanya Fadilah menunjuk Kakaknya dengan mata membulat.

"Kenapa emang?" Daniah berkacak pinggang.

"Kak Dilla mau ke sana Kaaaakkkk......" pinta Fadillah dengan manja merayu sang Kakak.

Daniah bergeser saat Fadillah hendak mendekatinya.

"Nggak usah deket-deket."

Fadillah mencebikkan bibirnya.

"Miii.......Kakak nakal tuh." adu Fadillah, ia menghampiri sang Mami dan menghambur ke pelukan.

"Ish, manja, tukang ngadu." ledek Daniah yang membuat Fadillah melayangkan bombastis side eyes kepadanya. Daniah terkekeh melihat kelakuan sang Adik.

"Nih Kakak beliin Dilla baju, sama gelang-gelang mau nggak? Ada stiker-stiker lucunya juga."

Daniah memberikan goodybag berwarna pink yang sudah ia pisahkan untuk sang Adik. Mata Fadillah langsung berbinar, ia mengambil goodybag itu dan mengeluarkan isinya.

"Huaaa lucu banget stikernya, gelangnya juga! Bajunya juga!" seru Fadillah mengeluarkan isi goodybag tersebut.

"Makasih Kakak!"

"Hmmm.....nurut ya sama Kakak." ujar Daniah mengelus rambut sang Adik. Namun Fadillah tidak menyahuti, ia kesenangan mendapati barang yang disukainya.

"Ini ada coklat sama permen buat kamu. Tapi jangan langsung dihabisin, bisa nambah ompong kamu."

Fadillah merebut bungkusan coklat dan permen dari tangan sang Kakak.

"Biarin, nanti juga tumbuh lagi, kata Dokter Ghaliya."

"Ish ngeyel dibilangin, sini balikin nggak jadi Kakak kasih bua kamu!" Daniah mengulurkan tangan hendak merebutnya kembali. Namun Fadillah memeluk dua bungkusan coklat itu dan menghindari sang Kakak.

"Nggak........nggak.....iya nanti Dilla makannya sedikit aja." ujar Fadillah sambil terkekeh. Daniah ikut terkekeh, lalu mencubit gemas pipi Adiknya.

Sementara itu Mami Faiza tersenyum melihat interaksi kedua putrinya itu. Bahagia sekali melihatnya.

***

"Gimana perasaan kamu sudah jadi istri orang, Nia?" tanya Papi Dhiau sambil menatap anak gadisnya yang kini berstatus sebagai seorang istri.

"Hmmm.....ya begitu deh Pi." jawab Daniah sekenanya. Namun di lubuk hati yang paling dalam, ia ingin sekali menceritakan perihal suaminya itu dan apa yang terjadi di pernikahan yang baru 7 hari itu.

Saat ini, Daniah dan Papinya sedang berada di rooftop sebuah cafe. Papi Dhiau sengaja mengajak Daniah ke cafe dahulu sebelum sampai apartemen suami sang anak. Memang, Papi Dhiau menawarkan diri untuk mengantarkan Daniah kembali ke apartemen.

Sekalian, Papi Dhiau ingin rutinitas yang biasa dilakukan setiap bulannya tetap berjalan meskipun sang anak sudah menikah. Yaitu quality time antara Papi dan anak. Sejak anak-anaknya kecil, Papi Dhiau selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Dan masing-masing dari ketiga anaknya itu mendapatkan jatah setiap setiap bulan untuk berquality time bersamanya, entah itu sekedar jalan di taman, makan di cafe, main di Mall atau yang lain.

Selain denga Papinya, ketiga anaknya juga mendapatkan jatah quality time dengan Maminya. Dan itu sudah menjadi rutinitas wajib dikeluarga Dhiau Alief Eqbal. Dan ada juga quality time sekeluarga, biasanya dilakukan di akhir bulan atau pertengahan bulan. Mereka sekeluarga akan jalan-jalan ke berbagai tempat yang di request sang anak.

"Nia."

"Ya Pi?"

"Papi ada cerita buat kamu. Mau dengar?" ujar Papi Dhiau menatap wajah sang anak. Tentu Daniah mengangguk antusias. Karena Papinya selalu memiliki cerita yang menarik untuk didengar.

Sebelum mulai bercerita, Papi Dhiau meneguk air mineral yang menjadi salah satu pesanannya diantara pesanan lain. Sementara Daniah siap mendengarkan cerita sang Papi.

"Waktu waktu Papi baru menjabat sebagai CEO di perusahan Kakek, ada seorang karyawan perempuan. Dia cantik Nia, pintar, sangat penurut dan pekerja keras, tapi pendiam banget. Ya Papi akui kalau Papi langsung tertarik dengan perempuan itu.."

Daniah mengangkat tangan kanan ke arah Papi.

"Tunggu Pi, ini kejadiannya sesudah atau sebelum Papi nikah sama Mami?" ujar Daniah menginterupsi cerita Papinya. Baru juga mulai, kok Papinya sudah membuat panas hati Daniah dengan kalimat pembukaannya. Tidak biasanya Papi bercerita tentang perempuan lain selain Mami, Nenek serta perempuan di keluarganya.

"Ya sebelum dong Nia. Kejadian itu kan 30 tahun yang lalu." jelas Papi Dhiau. Daniah mengangguk dengan membulatkan matanya ber-oh."

"Oke, lanjut Pi."

"Kebetulan dia kenal Papi sebagai CEO disana, akhirnya Papi pdkt sama dia dengan nama panggilan Papi yang lain. Bukan nama Papi yang dikenal sebagai CEO di perusahaan itu. Ya anggap aja Papi menyamar menjadi orang lain kalau sama dia dan kebetulan dia memang lagi ada kebutuhan sama Papi. Dekat sama dia, membuat Papi jadi tau kedok para karyawan yang berbuat kecurangan di perusahaan. Karena dia sering diminta tolong beberapa karyawan buat ngebantu ngerjain kerjaan mereka yang belum selesai. Meskipun dia nggak pernah kuliah, tapi kecerdasannya itu nggak usah di tanyakan lagi, dia mampu memahami soal perusahaan dengan baik. Katanya sih belajar otodidak dan mempelajari dari beberapa karyawan yang minta tolong sama dia...."

"Loh? Dia ngerjain kerjaan karyawan lain? Emang dia sendiri kerjaannya apa Pi?" lagi-lagi Daniah menginterupsi cerita Papinya.

"Office girl, Nia."

Mata Daniah terbelalak kaget. Apa iya seorang office girl bisa melakukan itu? Ngarang nggak sih si Papi ini? Ingin komentar seperti itu, tapi Daniah tahan, 'Dengarkan saja dulu cerita Papi' bisik hati nuraninya.

"Oh oke. Lanjut Pi."

"Hubungan Papi sama dia semakin dekat. Sampai ke tahap pacaran. Sampai akhirnya Papi tau tentang kehidupan perempuan itu." Papi Dhiau menghela nafas, kemudian melanjutkan ceritanya. Sementara Daniah masih setia mendengarkan.

"Dibalik sikap pendiam, penurut dan kerja kerasnya, ada luka yang sedang dia rasakan bertahun-tahun lamanya. Dia korban broken home, juga sering mendapatkan siksaan dari orangtuanya, sampai akhirnya orang tuanya itu bercerai, dia tinggal dengan Ayahnya yang keras dan kasar. Luka di rumah masih menyayat-nyayat hatinya, ditambah dia berada dilingkungan teman kerja yang toxic."

Entah kenapa Daniah langsung mencelos iba kepada perempuan yang sedang di ceritakan Papinya ini. Sampai seolah-olah ia sedang merasakan apa yang dirasakan oleh perempuan itu. Sakit sekali rasanya.

"Terus Pi." pinta Daniah penasaran.

"Waktu dia tau tentang Papi yang sebenarnya adalah CEO di perusahaan, dia udah nggak pernah keliatan lagi di kantor. Dan ternyata dia langsung resign, Nia......"

"Terus Papi cari dia nggak?"

"Iyalah Papi cari dia. Papi samperin dia ke rumahnya. Sayangnya dia udah nggak tinggal disana lagi. Kata Mbok di rumahnya, dia di usir sama Ayahnya sehari sebelum Papi ke rumahnya. Akhirnya Papi cari dia kemana-mana. Minta banuan ke Om Joshua dan Om William buat nyariin juga......"

"Ketemu nggak Pi?"

"Alhamdulillah ketemu Nia. Waktu Papi berhasil nemuin dia, dia hampir mati karena mencoba bunuh diri dengan cara loncat dari lantai enam gedung yang ada di dekat kantor."

Daniah membulatkan mata.

"Astaghfirullah, tapi berhasil di cegah Pi?"

"Iya, tapi kondisinya lumayan mengenaskan Nia. Wajah dan beberapa bagian tubuhnya penuh lebam, karena siksaan dari Ayahnya yang sampai akhirnya dia di usir dari rumah dan saat itu dia sudah sampai depresi berat, makanya sampai mencoba bunuh diri.." Papi Dhiau kembali menghela nafas, lalu ia meneguk air mineralnya hingga habis.

Daniah meringis membayangkan penderitaan yang dialami perempuan yang diceritakan sang Papi. Kasihan sekali perempuan itu.

"Terus perempuan itu masih ada Pi? Gimana sekarang kondisinya?" kepo Daniah. Ia sangat ingin mengetahui perempuan itu, kalau bisa, Daniah dengan senang hati akan menjadi teman terbaik untuknya, meskipun usianya mungkin jauh diatas Daniah.

"Alhamdulillah masih ada. Sekarang dia sudah berkeluarga, memiliki suami yang sangat mencintainya dan anak-anaknya yang baik-baik, juga sayang kepadanya........"

"Oh, alhamdulillah, Nia ikut senang dengarnya." Daniah menghela nafas lega, setidaknya perempuan itu sekarang sudah menjalani kehidupan yang lebih baik.

"Pi, boleh Nia ketemu sama perempuan itu?" pinta Daniah, Papi Dhiau tersenyum lebar menatap wajah putrinya yang begitu cantik, mirip sekali dengan sang istri.

"Kamu sudah sering bertemu dengan perempuan itu, Nia." ucap Papi Dhiau, membuat Daniah mengerutkan keningnya.

"Hah? Siapa perempuan itu Pi?" tanya Daniah heran. Papi Dhiau masih tersenyum lebar.

1
LISA
Pasti itu Maminya Daniah
Sri Murtini
arogan krn blm menyetuh sang istri, ntar klu sudah pasti jd suami takut istri .
ha..ha...ha
Sri Murtini
Daniah sanggup menerima hukuman dr tantangan suami?
Sri Murtini
ntar cinta Nia ...jgn nyumpahi dr Arrazi lho
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!