Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar
Terik cahaya matahari memasuki ruabg rawat Azka membuat tidur Dyah tergangu, semalam Aquira tak ingin Dyah tidur di sofa hingga memaksanya tidur bersama brankar kosing yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga yang menunggu pasien.
" Um sudah pagi, sepertinya tuan muda masih tidur tadi subuh rasa badan ini sangat lelah hingga melanjutkan tidur.Sebaiknya aku membersihkan diri baru bangunkan nona" Dyah mencium dan merapikan selimut Aquira. Dyah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak membutuhkan waktu yang lama Dyah keluar dari kamar mandi dan tersenyum melihat Aquira sudah bangun dan duduk di brankar.
" Aquira sudah bangun ayo mandi biar wangi" Dyah tersenyum dan membawa Aquira ke kamar mandi.
Keadaan ruang VVIP 1 dimana Azka dirawat tanpa ada yang tahu bahwa Azka sudah sadar dari obat bius yang di berikan oleh dokter.
Azka membuka matanya melihat keadaan sekelilingnya. " Sepertinya ini rumah sakit" Azka melihat kamar yang dicat warna putih, dia pun mengingat kejadian kemaren sebelum dia jatuh pingsan.
" Papi, bunda lihat papi sudah bangun" kata Aquira dengan gembiranya melihat Azka sudah sadar ketika dia selesai mandi. Azka tersenyum melihat putrinya terlihat bahagia.
" Tuan muda saya senang melihatmu sudah sadar, Aquira duduk disini dulu ya bunda mau ambil air minum untuk papi Ira" kata Dyah. Aquira menanggukan kepalanya kemudian duduk dengan manis sambil memegang handuk yang melilit ditubuhnya.
" Tuan muda semalam dokter Ryan memberitahu saya jika tuan sudah sadar pagi garus di beri air minum hangat " kata Dyah, membantu Azka meminum airnya, Azka menatap Dyah sambil tersenyum tipis sedangkan Dyah berusaha menenangkan getaran di jantungnya.
" Terimakasih atas minumannya, kamu sudah beritahu orangtuaku? " Azka. Dyah yang masih menunduk karena malu tadi dia sangat dekat dengan Azka.
" Sudah tuan muda, nyonya dan tuan besar tadi malam datang karena sudah malam saya suruh ustirahat habis melalui perjalanan yang jauh" kata Dyah.
Tak ada lagi pembicaraan antara mereka seakan larut dalam pemikiran masing-masing. Tiba saja mereka dikejutan rengekan Aquira.
" Bunda, hiks hiks Ira dingin belum pakai bajunya" Aquira merengek karena kedua orang kesayangannya mengacuhkannya ditambah lagi dia belum berpakaian.
" Hahaha, bunda lihat anaknya belum berpakauan" Azka mencoba mencairkan suasana. " Maaf tuan muda, Aquira maafkan buda ya sayang sampai melupakan anak bunda cantik ini" Dyah mencium pipi temben Aquira dan memakai pakaian Aquira.
Ternyata dokter Ryan sudah datang untuk melakukan pemeriksaan, ketika dia akan membuka pintu tanpa sengaja dia melihat permandangan aneh di antara Azka dan Dyah. Maka dia lebih memilih untuk menunggu.
Kret pintu terbuka masuklah dokter Ryan bersama suster, dia tersenyum melihat suasana ada di dalam dengan Azka memandangi Dyah membantu Aquira berpakaian.
" Selamat pagi semuanya" kata dokter Ryan. Azka memalingkan wajahnya takut diketahui oleh Ryan dan Dyah bahwa dia sedang memandang Dyah.
" Selamat pagi dokter, dokter ingin memeriksa tuan muda" kata Dyah. Dokter Ryan menanggukan kepalanya.
" Kalau begitu saya permisi dulu dokter, tuan muda saya ingin membawa Aquira ke kantin untuk sarapan pagi " kata Dyah. Mereka menanggukan kepalanya.
Dyah membawa Aquira ke kantin untuk mengisi perut mereka karena sudah waktunya sarapan pagi.
" Azka dia gadis yang baik bahkan putrimu sangat menyayanyanginya, apa kamu tidak" kata dokter Ryan sambil memeriksa Azka.
" Aku tahu maksudmu Ryan, kamu tahu sendiri aku sudah memiliki Helena dan dia hanya pengasuh putriku" sahut Azka.
" Aku tak percaya kamu masih berhubungan dengan dia, sekarang sampai saat ini dia belum menghubungimu" kata dokter Ryan. Dikter Ryan mengetahui hubungan antara Azka dengan Helena tapi dia tak menyukainya.
" Aku tidak memberitahunya takutnya dia khawatir" kata Azka, Dokter Ryan menanggukan kepalanya kemudian pamit karena harus memeriksa pasien lain.