NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:30.9k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Liliana

"Mas," panggil Jelita saat melihat Dipta seperti melamun.

"Aku harus pulang Je," elak Dipta yang ingin segera berlalu dari hadapan sang kekasih.

"Aku akan pindah hari ini mas. Apa enggak bisa kamu bantu aku?" pinta Jelita manja.

Dipta mengeraskan rahangnya dan menatap sang kekasih datar.

Hatinya berkecamuk, dia harus segera bertindak. "Hubungan kita salah Je, kita akhiri saja sekarang."

"Mas?" lirih Jelita syok mendengar jawaban sang kekasih.

"Kamu pasti cape, lebih baik kamu pulang dari pada ngelantur kaya gini," ucap Jelita yang mengelak pernyataan Dipta.

"Je?" balas Dipta frustrasi.

Kini berganti Jelita yang berbalik dan meninggalkan sang kekasih dengan hati yang penuh dengan luka.

Dia akan mencari tahu apa yang terjadi, hingga membuat sang kekasih berubah seperti ini.

Jelita tak mau dan tak bisa kehilangan Dipta. Tidak! Apa yang sudah jadi miliknya, tak akan pernah dia lepaskan.

Dipta yang melihat kepergian sang kekasih hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.

Dia yakin besok akan semakin sulit, karena dirinya harus bisa menyakiti Jelita lebih kejam lagi.

Biarlah Jelita membencinya, dari pada Jelita terluka karena sikap plin-plannya.

Di dalam mobil, air mata Jelita luruh seketika. Dia tak bisa membendung kesedihannya karena sikap dingin Dipta padanya.

Dirinya berjanji akan bersikap lebih baik lagi besok. Dia akan memasak makanan favorit Dipta. Dia juga akan mendekor apartemen yang sudah di sewa dengan nuansa favorit lelaki itu.

Jelita mengusap pipinya dan merapikan penampilannya setelah sampai di kosan.

Dirinya sungguh tak sabar pindah dan tinggal di apartemen sewaan Dipta.

Yang Jelita tahu, apartemen itu cukup mewah. Jelita tersenyum saat mengingat betapa perhatiannya sang kekasih.

Saat Jelita tengah membereskan barangnya, pintu kamarnya di ketuk oleh Vera.

Jelita bergegas membuka pintu untuk sahabatnya itu.

"Kamu beneran mau pindah Lit?" ucap Vera sendu.

Jelita mengangguk mantap. "Maaf ya aku ngga bisa ajak kamu."

Vera menghela napas panjang. "Kamu pindah, James juga pindah," lirihnya.

"James pindah? Bukannya James akan pulang ke negaranya?"

Vera menggeleng, "dia dapat pekerjaan di sini. Jadi untuk beberapa waktu dia akan tinggal di indo."

Jelita mengernyit heran, "bukankah seharusnya kamu senang? Kok malah sedih?"

"Ya aku memang senang, tapi sedih juga. Soalnya dia di sewakan apartemen sama kantornya," jelasnya.

"Di tambah kamu juga ikutan pindah," sambungnya.

"Kenapa ngga ikut dia aja?"

Vera menggeleng, "James ngga memperbolehkan, katanya dia khawatir dan enggak enak karena itu kan fasilitas kantor."

Jelita tersenyum lalu memeluk sang sahabat. Meski kemarin-kemarin dia sempat kesal dengan Vera, tapi ia sadar saat ini hanya Vera dan Dipta yang ia miliki, jadi dia tak mau berlarut marah dengan sahabatnya itu.

"Kamu pindah sama siapa? Kok aku ngga lihat mobil Dipta?"

Mendengar nama sang kekasih di sebut, Jelita berubah murung.

"Hei kenapa?"

"Dia kayaknya sibuk. Kamu tahu sendiri, ibunya kan menginap di rumah, gerak-geriknya terbatas. Entah sampai kapan kami akan terus seperti ini."

Vera lantas kembali memeluk sang sahabat. Dia tak tahu harus berkata apa. Di satu sisi hati kecilnya tak membenarkan apa yang di lakukan sang sahabat.

Namun, dia tak berani berkata banyak. Vera takut Jelita akan tersinggung, terlebih lagi gadis itu nampak murung sejak tadi.

.

.

Di rumah sakit, Liliana melakukan pemeriksaan seperti rencananya tadi.

Dia hanya harus menunggu hasil visumnya keluar lalu melayangkan gugatan cerai untuk Zaky.

"Mamih benar akan menceraikan papih?"

Liliana lantas menatap sang putri tak mengerti. "Kenapa? Kamu keberatan?"

Meta menggeleng. "Meta mendengar pertengakaran kalian. Apa benar papahnya Dipta selingkuh sama mamahnya Jelita mih?"

Liliana menghela napas dan mengangguk.

"Apa mamahnya Dipta tahu?"

Liliana lalu kembali menerawang kejadian masa lalu.

Saat orang kepercayaan-nya memberikan sejumlah bukti tentang perselingkuhan suaminya yang kembali dengan Risma.

Saat itu juga hal lain dirinya ketahui. Yaitu hubungan antara ayahnya Dipta dan ibunya Jelita.

Risma memang cantik, tapi sayang, sepupunya itu menjadikan kecantikannya sebagai pemikat suami orang.

Bahkan Lilianan juga tak habis pikir, ayah Dipta yang bernama Arman yang seorang family man, bisa berselingkuh dengan Risma yang notabenenya sahabat sang istri dulunya.

"Kamu tahu, Risma kecelakaan setelah menghabiskan waktu bersama Arman di sebuah hotel."

"Ternyata papihmu sudah lama mencurigai gerak-gerik mereka dan karena kuasa papihmu, dia bisa menghabisi Risma dan Arman saat keduanya hendak pulang dari sana."

"Karena Arman dan Risma berkendara sendiri-sendiri, jadi Lauren sepertinya tak tahu kalau suaminya kecelakaan setelah mereka berselingkuh. Bahkan mungkin sampai saat ini dia tak tahu penyebab kematian Risma."

"Setelahnya Papih kamu menitipkan Jelita sama orang tuanya Risma—" jelas Lilianan sembari menerawang.

Dia memilih memanggil nama Risma pada sang putri dari pada menyebut nama 'tante' sungguh Liliana tak sudi menganggap wanita itu sebagai bagian dari keluarganya.

Setelahnya, dia menatap sang anak. "Memang keluarga itu terlalu rumit. Tak heran kalau sikap Risma dan Jelita itu hampir sama. Nenek dan kakeknya Jelita tak terima karena papih dan mamih hidup makmur, makanya menyerahkan Jelita kembali."

"Tadinya mamih mau menaruhnya di asrama karena mamih khawatir kalau suatu saat dia akan menyakiti kamu. Dan benar saja, andaikan papih kamu enggak merasa bersalah, mungkin dia akan mendengarkan mamih."

Tak lama ponsel Meta berdering, tertera nama Dipta di sana.

"Iya Dip?"

"Boleh kita bertemu Met? Bersama mamahku. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan."

Liliana meminta ponsel sang putri. Dengan terpaksa, Meta menyerahkannya.

"Mau apa kamu ketemu Meta lagi Dip?"

"Mamih?" ucap Dipta gugup.

"Iya, ini mamih. Sebaiknya kamu tak perlu lagi menemui Meta. Biar nanti mamih yang urus perceraian kalian. Kamu mau sama Jelita bukan?"

"Mih, tolong dengarkan Dipta dulu. Kami berjanji akan memperbaiki rumah tangga kami. Apa mamih tak mau memberi kesempatan pada Dipta Mih?"

"Selingkuh adalah penyakit, suatu saat pasti akan kambuh lagi."

"Mih, Dipta mohon, tolong dengarkan Dipta."

Liliana yang kesal, segera mematikan panggilan mereka secara sepihak.

"Kamu sedih?"

"Meta ... Sudah berjanji memberi Dipta kesempatan Mih, apa Meta salah?"

"Kamu masih mencintai Dipta, setelah apa yang dia lakukan? Apa cerita mamih enggak buat kamu takut? Dia sama seperti papahnya dan papih kamu, tukang selingkuh!"

"Mih, Meta mohon, ayo kita temui Dipta dulu biar mamih bisa tahu apa Dipta sungguh-sungguh atau enggak!" pinta Meta.

Liliana menghela napas dan menatap sang putri. Dia seperti melihat masa lalunya, di mana dirinya luluh dan menerima kembali sang suami meski terpaksa.

Sungguh Liliana hanya takut jika putrinya akan mengalami nasib sama sepertinya.

Namun menolak keinginan Meta sama sulitnya seperti menolak keinginan ayahnya dulu, dia selalu saja lemah pada orang yang dia sayangi.

"Baiklah, ayo temui dia! Tapi biarkan mamih biacara, jika Dipta meragukan, maka kali ini kamu harus menuruti keinginan mamih," putus Liliana.

Mereka akhirnya bertemu di kediaman Meta dan Dipta. Di sana sudah ada Lauren yang menunggu dengan bingung.

Setelah melihat keberadaan sang besan, hatinya semakin cemas, karena dia yakin Liliana sudah tahu akan permasalahan rumah tangga anak-anak mereka.

"Li ..." sapa Lauren sembari memeluk Liliana.

Lilianan tetap membalas sapaan sang besan, karena dia tahu seperti apa Lauren. Wanita itu adalah wanita baik. Dia juga memperlakukan anaknya dengan baik, jadi tak ada alasan Lilianan membenci besannya itu.

"Sungguh maafkan aku Li. Maaf aku enggak bisa mendidik Dipta dengan baik," lirih Lauren sendu.

"Kamu enggak salah Ren. Biarkan aku mendengarkan alasan Dipta, bolehkan?"

Lauren tak punya kuasa. Dia pasrah dan hanya mengangguk.

"Kamu mau bicara apa Dipta?" tanya Liliana langsung.

"Dipta mengaku salah Mih, maafkan Dipta. Tolong beri Dipta kesempatan satu kali lagi," ucap Dipta berusaha meyakinkan.

Liliana tertawa mendengar ucapan sang menantu.

"Mamih banyak menemui seorang peselingkuh seperti kamu Dip. Dan rata-rata mereka akan mengulangi kesalahan yang sama. Jaminan apa yang akan kamu berikan sama mamih kalau kamu tak akan mengulanginya lagi."

"Dipta akan resign Mih, Dipta akan menjauh dari Jelita."

Liliana tersenyum miring, dia tak percaya ucapan menantunya.

"Lalu kamu akan kasih makan Meta apa kalau Resign?"

"Dipta akan buat perusahaan sendiri sama teman Mih. Usaha kecil-kecilan."

Liliana makin sinis saja dengan sang menantu. Lauren yang melihat jika besannya tak percaya dengan ucapan sang putra hanya bisa terdiam.

Bagaimana pun dia tahu putranya yang salah, jadi dia tak bisa berbuat banyak.

"Baru membangun perusahaan membutuhkan banyak usaha dan kesabaran. Kamu meminta Meta menemani perjuanganmu?"

Dipta menunduk, dia paham maksud ucapan sang mertua. Dia tak punya apa pun lagi untuk menyakinkan mertuanya.

Namun, Liliana tersenyum tipis, di pikiran wanita paruh baya itu dia tengah merencanakan sesuatu.

Jujur dia sangat sakit hati dan tak terima dengan sikap Dipta pada putrinya dan dia ingin menantunya itu merasakan sakit yang putrinya alami.

"Baiklah, mamih beri kamu kesempatan."

Semua orang terkejut dengan jawaban Liliana yang tak di sangka-sangka.

Namun hanya Meta yang justru khawatir karena dia yakin ibunya memiliki rencana lain.

.

.

.

Lanjut

1
Soraya
ditunggu updatenya ya thor
Soraya
gpp meta ksh pelajaran buat jelita bibit pelakor
Rike
bagus trus up ny kk
Lovita BM
meta pun belum lahiran anaknya twins apa gimana gtu
Lovita BM
ada bonchapnya kan Thor
jgn sampai ada jaminan keringanan,jelita keluar tahanan bikin ulah karna hidupnya terlunta² dan bikin nyerang mentalnya meta
Teh Euis Tea
ko udah tamat aj thor?
yp makasih untk novelnya bagus ga bertele2 di tunggu cerita yg lainnya
Rike
nah bkal ad pelajaran bru buat jelita
Lovita BM
zaman kyk Dipta dulu,harus diculek matane sek baru melek dg keadaan
Teh Euis Tea
pdhal jelita di jemput difta untk di serahkan ke polisi pinter jg taktiknya difta
Soraya
update lagi thor lanjut
Viela
dasar jelita gemblong
Lovita BM
kenapa sih Thor jelita masih dikasih ngomong lancar
Soraya
seru lanjut lagi thor
Lovita BM
setiap notif lsg cus baca ,
dan dibab brp meta sudah melakukan kewajibannya sebagai seorang istri seutuhnya Dipta ,,,kasih tau Thor aq , masak aq lupa
dan apa skrg meta sdg hamil ?
Teh Euis Tea
jgn2 meta ke guguran ya
Lovita BM
biarkan jelita cari solusi sdri Thor ,
jgn biarkan zaman tanggung jawab ke jelita,bikin gedeg ih ...
Lovita BM
jgn biarkan jelita semena² dg milik org ,bikin dia senjata makan tuan Thor , perlihatkan kebusukan sejatinya
Soraya
sifat jelita dn ibunya sama
Teh Euis Tea
si jelita emang ga tau diri ya
Lovita BM
iya kasih Zaky umur panjang biar bisa melihat dan mendengar klu Liliana dan meta bahagia dan sukses tanpa kelicikan dan penghianatan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!