DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM35
"Han, perkenalkan ini Bisma dan yang ini Candy. Bisma ini adalah intel yang gue ceritain kemarin." Gavriil memperkenalkan identitas dua tamu nya pada Hanabi.
Sedikit terkejut Hana menyambut tamu dadakan yang dibawa oleh sang sahabat, karena Gavriil sebelumnya tak memberi informasi pada dirinya bahwa intel yang berasal dari Aussie itu akan datang hari ini.
Hana segera mengulurkan tangannya pada Candy dan lekas memperkenalkan diri.
"Hanabi." Ucap Hana, dirinya merasa sedikit terintimidasi dengan sorot mata wanita cantik di hadapannya.
"Candy," jawab Candy datar.
Mata hazel Hana memindai Candy dari ujung kaki hingga ujung kepala.
'Cantik banget! Dia nyaris bagaikan dewi! Apa yang dimakan wanita ini sampai bisa memiliki kecantikan sesempurna ini?' Batin Hana bertanya-tanya.
'Bahkan ... dari pakaian yang ia kenakan, sudah jelas dia bukan rakyat jelata seperti ku. Apa dia anak konglomerat?' Hana terkagum-kagum.
Bola mata Hana mengerjap saat netra mereka bertabrakan, wanita berbadan dua itu seketika salah tingkah. Lekas ia melempar pandangannya pada Bisma dan mengulurkan tangannya.
Hana kembali memperkenalkan diri. Namun, kening wanita itu seketika berkerut saat Bisma tak menggubris tangannya yang menggantung di udara.
Melihat itu, Candy menarik ujung bibirnya. "Gwenchana~ Gwenchana~. Aku tidak akan mematahkan jemarimu hanya karena kau berjabat dengan wanita lain."
Kening Hana semakin berkerut dalam, ia semakin kebingungan.
"Bisma." Pria tatoan itu menjabat tangan Hana dengan wajah datar.
Ekspresi Bisma membuat Hana tersenyum canggung. Wanita itu segera mempersilahkan tamunya untuk duduk.
"Kopi atau teh?" Tawar Hana sembari menatap pasangan tampan rupawan dan cantik menawan itu.
"Ko-"
"Coca-Cola!" Candy memotong ucapan sang suami. Ia sengaja meminta minuman yang kemungkinan besar tak dimiliki Hana.
Hana menggaruk ujung pelipisnya.
"Saya tidak punya stok minuman seperti itu karena saat ini saya sedang mengandung. -- Saya akan membelinya sebent-"
"Tentu saja kau harus membelinya, aku tidak akan menyentuh minuman yang kau suguhkan kecuali Cola." Potong Candy, wanita itu nyaris tertidur saat menunggu Hana selesai bicara. Dia sudah tidak terbiasa dengan wanita yang nada bicaranya selalu lemah dan lambat.
"B-baik lah," Hana gugup akan jawaban Candy.
"Apa perlu gue temani?" tawar Gavriil.
"Gak usah, Gav, deket kok," tolak Hana.
Wanita itu lekas melangkah keluar rumah dan berpamitan. Ketiga tamu menatap punggung Hana yang semakin menjauh.
Begitu jejak Hana tak lagi terlihat, Candy menatap Bisma sangar.
"Kopi? Serius kau meminta kopi pada orang yang akan kita pasang kamera tersembunyi diam-diam di rumahnya?" sinis Candy.
"Sorry istri ku, sepertinya kecerdasan suami mu ini sedikit berkurang." Bisma menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
Candy memutar bola matanya jengah.
"Buruan pasang kameranya, mumpung si lemah itu lagi pergi," titah Candy.
Bisma lekas berdiri, menjalankan perintah sang istri.
BIIP!
BIIP!
Selagi memasang beberapa kamera, suara detektor muncul dari laptop di atas meja, yang tengah beroperasi memindai wajah pedagang sayur keliling.
Candy melirik layar benda canggih itu.
"Pria burik itu seorang narapidana dengan masa hukum tahanan 15tahun penjara," cibir Candy. "Statusnya saat ini bebas bersyarat. Total korban yang diketahui tujuh orang. Juga beberapa kali memiliki riwayat kasus membobol rumah warga."
Penjelasan Candy membuat wajah Gavriil kembali cemas.
"Apa tidak sebaiknya kita langsung lapor saja pada pihak yang berwajib? Sepertinya ini sangat berbahaya," Gavriil gelisah.
Tawa Candy pecah mendengar kalimat yang dilontarkan Gavriil.
"Hey, Bisma, lihatlah pria polos ini. Lapor pada yang berwajib katanya! Ah Gavriil, kau benar-benar lucu! Kau mau melapor dengan tuduhan apa? Pria yang ingin kau laporkan mungkin saat ini tengah mendorong gerobaknya kesana kemari, dia belum berbuat apa-apa!" Candy tersenyum smirk.
"Jika kau melapor sekarang, para aparat itu hanya akan mencatat laporan mu sambil menghisap sebatang rokok. Tidak akan ada tindakan dari mereka, so ... jika kau ingin Hana selamat dari penjahat kelamin itu, ikuti saja permainan ini dengan tenang." Candy menepuk-nepuk pelan pipi Gavriil.
Dokter tampan itu menghela napas panjang kala semua yang dikatakan Candy terdengar masuk akal. Hanya saja hatinya teramat cemas harus membiarkan Hana menjadi seekor domba yang akan memancing serigala.
Sementara Bisma, bola matanya menukik sinis saat menatap sang istri menepuk-nepuk wajah Gavriil.
'Apa aku tusuk aja ya wajah Gavriil pakai nih obeng?' batin Bisma hareudang.
Setelah kamera tersembunyi terpasang, Bisma lekas menghampiri sang istri. Pria itu merogoh sehelai tisu basah dari dalam tas Candy dan segera membersihkan jemari sang istri yang tadinya sempat menepuk-nepuk wajah Gavriil.
Candy tertawa gemas melihat tingkah sang suami yang acap kali cemburu melihat interaksi nya bersama pria lain. Wanita itu lekas mengecup pipi kiri Bisma demi menenangkan hati pria itu.
"Satu lagi." Bisma menyodorkan pipi kanannya, yang langsung di kecup mesra sang istri.
"Empet gue lihat kalian berdua," gerutu Gavriil.
Bisma cengengesan dan menjulurkan lidahnya. "Makanya nikah!"
Gavriil memutar malas bola matanya, lalu mengedarkan pandangan ke luar ruangan. Bola mata pria itu langsung berbinar melihat Hana yang baru saja tiba.
Hana lekas menyuguhkan tiga botol cola di atas meja dan juga beberapa cemilan.
Begitu Hana duduk, Bisma langsung membahas tentang job yang ia terima untuk mengetahui segala rahasia Tuti, adik sepupu Hana.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan jika sudah berhasil mengetahui rahasia itu? Balas dendam?" Candy menelisik dengan tatapan remeh.
Hana menghela napas panjang kala menerima tatapan seperti itu, ia sedikit tersinggung.
"Maaf, apa kamu tidak menyukai ku?" tanya Hana berusaha sopan.
Pertanyaan Hana membuat Candy tersenyum sinis. "Ya, aku tidak menyukai mu. Aku tidak akan pernah menyukai wanita-wanita lemah yang berusaha berlagak kuat seperti mu."
Bisma menutup bibirnya yang tersenyum dengan ujung jari. Ia tak sabar melihat Hana yang akan kena mental mendengar ceramah pembersih qalbu dari sang istri.
'Ah, sayang sekali gak ada popcorn!' batin Bisma bersemangat.
Sedangkan Gavriil, pria itu tengah menatap sinis Candy. Ia tak suka wanita itu meremehkan Hana.
"Lemah katamu?" ada nada tak suka dari pertanyaan Hana.
"Ya lemah, kau sangat lemah sebagai orang yang tengah meminta pertolongan untuk membongkar rahasia musuh mu. -- Bukti-bukti yang kau dapat nanti, memangnya akan kau gunakan untuk apa? Menghancurkan lawan mu? Atau sekedar ingin tau lalu akan kau simpan hingga berkarat begitu saja? Ha ... ha ... aku tidak ingin hasil kerja suami ku hanya jadi fosil-fosil nantinya." Candy menyilangkan kedua kakinya.
"Kau tau? Awalnya aku tidak mengizinkan suamiku untuk mengurus pekerjaan remeh seperti ini. Namun, saat aku mendengarkan kisahmu dari Gavriil, aku berbaik hati dan lekas memerintahkan Bisma untuk membantu mu. Tapi, apa ini? Setelah diperlakukan bagai hewan oleh keluarga mu dan keluarga suami mu, di tambah dengan perselingkuhan pria kere yang menyandang gelar suami mu itu ... hanya ini yang ku dapatkan darimu? Hanya bola mata dengan sorot yang lemah?" timpal Candy.
Hanabi meremas ujung bajunya dengan kedua tangan yang mengepal erat. Wanita itu berusaha meredam emosinya mendengar setiap kalimat yang diucapkan Candy.
"Lihatlah bola mata mu, Hanabi, tak ada kebencian di sana. Mata mu hanya menunjukkan mata seorang wanita yang lemah nan lelah, dan berharap semua masalah mu segera selesai. Tak ada rasa ingin bertarung di mata mu. Tak ada tatapan ingin mencabik-cabik musuh dalam bola mata mu itu. Aku tau kau wanita seperti apa, kau hanya seorang wanita yang hanya melawan musuhmu dengan kata-kata pedas, sementara kau berusaha menyembunyikan tubuhmu yang bergetar." Candy berdiri lalu mendekati Hana.
Telunjuk wanita itu mengangkat dagu Hana, ditatap nya bola mata Hana yang nyaris membasah.
"Ku tanya sekali lagi padamu. -- Apa kau ingin balas dendam?" bola mata Candy menatap bengis.
Hanabi mengangguk, emosinya menjadi ciut kala melihat wajah Candy menatapnya murka.
"Kalau begitu, tunjukkan sorot mata yang tepat. Bahkan semut pun tak takut melihat tatapanmu kini. Hey, Hanabi ... jika kau ingin menyerang, maka lakukan tanpa ampun. Atau musuhmu hanya akan kembali menjadi kuat," desis Candy. "Hey, Hanabi, apa kau ingin ku bantu menjadi kuat?"
Hanabi diam, matanya menerawang, wanita itu tengah mempertimbangkan tawaran Candy. Pemilik bola mata hazel itu lekas mengangguk, membuat senyuman di bibir Candy mengembang.
Candy menoleh, menatap Bisma. "Kapan kau akan menyelidiki masalah Hana?"
"Besok, karena hari ini kita akan banyak kerjaan." Bisma berusaha mengingatkan.
Bibir Candy sedikit menganga, ia nyaris lupa dengan misi mereka hari ini.
Gavriil beserta Candy dan Bisma berpamitan pulang pada Hana ketika hari sudah nyaris gelap. Mereka segera masuk ke mobil masing-masing yang terparkir tak jauh dari rumah Hana.
Senja kini berganti malam, suasana semakin sunyi nan mencekam. Gavriil sudah berpindah posisi, ia ikut menunggu di dalam mobil sepasang suami-istri itu.
"Hey, Gavriil, ini pakai lah!" Candy menyodorkan sebuah kotak hitam.
Gavriil lekas menyambar kotak tersebut, alisnya bertaut saat membuka kotak hitam pemberian Candy.
"Untuk apa aku memakai benda ini?"
"Pakai saja, benda itu akan berguna nanti."
Dokter tampan itu mengangguk-anggukkan kepala nya.
Samar-samar sebuah langkah mulai terdengar, seorang pria bertubuh gempal tampak mengendap-endap dan merusak kunci pagar kontrakan Hana.
Pria itu mengedarkan pandangan, memantau area sekitar dan kembali melangkah setelah merasa aman. Ia tak sadar, dirinya juga tengah di pantau dari dalam mobil yang gelap.
Ketiga orang dalam rubicon mewah itu memantau pria tersebut dari layar monitor. Gavriil tampak gelisah saat melihat sang pria tengah mengintai Hana. Pria itu nyaris beranjak pergi saat mendengar suara wanita yang sangat ia cintai, menjerit ketakutan.
Namun, Candy berhasil mencegah. "Tenanglah, Gavriil. Kau bisa mengacaukan rencana kita."
"Pria itu akan menyakiti Hana, Ndy! Aku tidak bisa diam saja!" geram Gavriil.
"Kata ku tenang, ya tenang! Tidak akan terjadi apa-apa dengan wanita mu, kau akan ku izinkan masuk sebelum hal mengerikan itu terjadi. Kita harus menangkap basah pria itu, kau paham?" Candy menatap tajam.
Gavriil menghempaskan kasar tubuhnya sambil tetap mengamati monitor. Tangannya mengepal erat saat menyaksikan pria mesum itu merusak pintu rumah Hana.
"Pakai benda ini di telinga mu." Candy menyodorkan sebuah alat komunikasi super mini.
"Pergi lah sekarang, tunggu lah di pagar. Kau boleh masuk, jika aku sudah memerintahkan mu masuk. Mengerti?!" tegas Candy.
Gavriil mengangguk, segera saja ia keluar dari mobil dan menunggu di sebalik pagar. Telinganya fokus menunggu aba-aba.
"Serang sekarang!" seru Candy.
Gavriil berlari kencang bagai Cheetah dengan amarah yang membuncah, dalam sekejap saja pria itu sudah berdiri di ambang pintu kontrakan Hanabi.
Dadanya bergemuruh hebat melihat aksi bejat yang dilakukan pria mesum di hadapannya.
BUGH!
Gavriil menerjang pria yang tengah melecehkan Hana hingga terjengkang, amarahnya kini meledak-ledak.
"SIAPA KAU, BEDEBAH?!" Tanya pria mesum sembari meringis kesakitan.
Gavriil membuka jaketnya dan menutup area bawah Hana yang nyaris terekspos, dokter tampan itu kembali menatap nyalang.
"Bukankah pertanyaan itu lebih pantas untuk mu? -- Dasar penjahat kelamin, kau benar-benar cari mati ya?!" Gavriil mengetatkan rahangnya.
BUGH!
BUGH!
Gavriil memukul, menendang, membanting dan menghajar tubuh pria tambun itu tanpa ampun.
Pria mesum tersebut mengerang kesakitan tanpa memiliki kesempatan untuk melawan. Tubuhnya seolah mati rasa, penuh luka lebam dan darah. Pria itu merasakan tulangnya ada yang retak, bahkan dua giginya tanggal akibat terkena amukan Gavriil.
"S-sialan! Gigi ku?!"
Pria tak bermoral itu merangkak ke arah pintu, berusaha berdiri dan melarikan diri. Namun, lagi dan lagi tubuhnya harus remuk akibat dihantam Gavriil.
Gavriil sudah dikuasai amarah, ia tak segan-segan untuk menginjak kepala pria yang berada di bawah kakinya kini sampai pecah. Gavriil mengangkat telapak kakinya tinggi-tinggi, bersiap untuk memecahkan kepala pria tersebut. Namun niatnya terpaksa urung saat mendengar suara Hana berteriak.
Gavriil menoleh, seketika ia lega melihat Hana sudah sadarkan diri. Pria itu lekas menurunkan kakinya dan berbalik badan.
Sembari mengulas senyum, Gavriil melangkah mendekati Hana.
Flashback Off.
"G-Gavriil, awas di belakang mu ...!" teriak Hana.
Gavriil lekas berbalik badan.
JLEB!
Darah segar mulai berceceran. Pria menyeramkan yang nyaris memperkosa Hana, menghunuskan benda tajam pada perut dokter tampan itu.
Gavriil meringis kesakitan ....
*
*
*
Selamat membaca 🥰
Jika berkenan, boleh di tap-tap gift nya & berikan rate ya 🥰
Buat yang bertanya-tanya Bisma & Candy dan penasaran sama kisahnya ... boleh cek profil Author ya. Kisah mereka ada di karya Candu Candy. Atau bisa langsung klik di link yang Author sisipkan di akhir cerita 🥰
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆