Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Bryan keluar dari mandi, pria itu hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin Bryan tidur menggunakan celana panjang dan kemeja. Alhasil semua pakaiannya di lepas dan menyisakan celana boxer saja. Untungnya Annelise sudah tidur pulas. Lagian Bryan juga tidak berani bertelanjang dada di depan Annelise, bisa-bisa Annelise berteriak karna mengira akan di lecehkan.
Duduk di tepi ranjang, Bryan mengamati posisi tidur Annelise yang terlihat tidak nyaman karna ruang geraknya terbatas. Di tambah keadaan tangannya yang terluka karna bekas sayatan. Kalau kelamaan di perhatikan, Bryan jadi tidak tega melihatnya. Tapi Bryan enggan menggantikan Annelise tidur di sofa. Badannya sudah terbiasa di manjakan dengan kasur empuk seharga puluhan juta. Jadi tidak akan bisa tidur di sofa.
"Wanita memang merepotkan." Desis Bryan. Dia tidak sadar kalau dirinya terlahir dari rahim seorang wanita. Mommynya bahkan masih hidup dan sehat sampai sekarang, tapi selalu anti dengan yang namanya direpotkan wanita.
Bryan tampak bersikap masa bodo dengan Annelise, hatinya masih belum terketuk meski sempat merasa kasihan melihat Annelise kesulitan tidur di sofa. Nyatanya sekarang Bryan sudah berbaring di ranjang, membalut tubuhnya menggunakan selimut sampai sebatas dada.
Kalau pria normal, mungkin Annelise sudah di paksa tidur satu ranjang. Tapi karna ini seorang Bryan yang belum jelas statusnya, entah normal atau tidak, jadi mereka tidur terpisah seperti sekarang.
Malam itu, Bryan baru tertidur pukul 1 malam. Sempat memperhatikan Annelise sekitar setengah jam, akhirnya Bryan tertidur juga.
Pagi harinya Bryan terbangun dan di kagetkan dengan keberadaan Annelise yang tidur di ranjangnya. Bryan melotot tidak percaya ketika melihat wajah Annelise tepat berada di depannya.
"Berani sekali naik di ranjang ku." Desis Bryan sebal. Padahal Annelise sudah menolaknya berkali-kali, kini dengan santainya malah tidur di sampingnya tanpa ijin. Walaupun ini kamar Annelise, tapi biayanya di tanggung oleh Bryan. Itu sebabnya Bryan menganggap ranjang ini juga miliknya.
Annelise tidak terusik sama sekali meski Bryan menggerutu. Wanita cantik itu tertidur pulas karna semalam jatuh dari sofa dan sulit tidur lagi lantaran takut jatuh untuk kedua kalinya. Jadi tidak heran kalau tiba-tiba Annelise ada di ranjang yang sama dengan Bryan. Annelise memutuskan pindah pukul 4 pagi setelah hampir 1 jam bergadang karna tragedi jatuh dari sofa.
Melihat Annelise yang tidak bergerak sama sekali, Bryan tiba-tiba menyeringai licik.
"Setelah ini, aku pastikan kamu tidak akan berani membantah ku." Lirih Bryan seraya mengambil ponselnya di atas nakas.
Bryan merapatkan tubuhnya ke arah Annelise, kini tidak ada jarak lagi di antara mereka. Setelah memastikan posisinya bagus, Bryan mengarahkan kamera ponsel ke arah dia dan Annelise. Kedekatan yang intim itu berhasil diabadikan oleh Bryan sebanyak 4 kali dengan posisi yang berbeda-beda.
Sudut bibir Bryan terangkat, pria tampan itu menyeringai licik setelah mendapatkan hasil yang memuaskan. Ada untungnya juga dia tidak memakai baju dan Annelise pindah ke ranjang. Sekarang Bryan punya alat yang bisa dijadikan senjata untuk memaksa Annelise.
...******...
Annelise terbangun pukul 7 pagi. Dia tampak mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar. Siapa lagi yang Annelise cari kalau bukan Bryan. Tapi Bosnya itu sudah tidak ada di dalam kamarnya. Annelise tidak tau kapan Bryan keluar dari kamarnya. Yang jelas saat ini wajah Annelise sedang memerah karna malu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Bryan ketika mereka bertemu. Bryan pasti akan marah padanya karna sudah lancang pindah ke ranjang.
"Semoga saja pria dingin itu tidak marah." Gumam Annelise dan buru-buru beranjak ke kamar mandi. Dia harus bersiap karna jadwal meeting jam 9 nanti.
Annelise tidak tau saja kalau Bryan cukup licik karna mengambil keuntungan dalam kesusahan yang di rasakan Annelise.
'Aku tunggu di depan. Kita sarapan dulu sebelum meeting.'
Annelise membaca pesan dari Bryan yang masuk ke ponselnya 2 menit lalu. Dia langsung membalasnya dan meminta Bryan untuk menunggu sebentar karna baru selesai mandi.
'5 menit, tidak ada toleransi.!'
Balasan Bryan membuat Annelise kalang kabut, dia langsung memoles skincare dengan buru-buru dan hanya menyisir rambutnya tanpa mengeringkannya lebih dulu.
Annelise setengah berlari untuk membuka pintu. Di luar sudah ada Bryan yang menatap ke arahnya dengan ekspresi datar.
"Pak Bryan, saya minta maaf soal tadi malam." Ucap Annelise tanpa berani menatap mata Bryan. Annelise inisiatif meminta maaf duluan sebelum mendapat amarah dari Bryan.
"Sepertinya kamu sangat menikmati tidur satu ranjang dengan atasanmu." Balas Bryan acuh.
Annelise melongo tak habis pikir ketika melihat Bryan berlalu begitu saja tanpa marah-marah padanya. Jangan-jangan.??
Wajah Annelise berubah pucat, dia berfikir kalau Bryan sempat berbuat mesum selama dia tertidur.
"Pak Bryan tunggu dulu.!" Annelise berlari menyusul Bryan. Dia berhasil mensejajarkan langkahnya di samping Bryan.
"Bapak tidak macam-macam sama saya kan.?"
Mendengar pertanyaan Annelise, Bryan langsung menghentikan langkah karna merasa tertarik untuk menanggapinya.
"Kamu berharap diapakan.?" Goda Bryan dengan sebelah alis terangkat. Dia memperlihatkan wajah yang menjengkelkan di mata Annelise.
"Bukan begitu maksud saya. Saya hanya khawatir Pak Bryan mengambil keuntungan karna saya pindah ke ranjang. Semalam malam saya jatuh dari sofa dan tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan pindah ke ranjang. Maaf." Annelise semakin menundukkan wajahnya, antara malu, merasa bersalah sekaligus kesal melihat respon Bryan.
"Memangnya benda berharga apa yang kamu miliki sampai aku bisa mengambil keuntungan. Mulutmu bahkan terbuka lebar saat tidur, benar-benar jelek." Cibir Bryan kemudian kembali melangkah.
Dengan perasaan dongkol, Annelise memilih diam dan membuntuti Bryan. Rasanya percuma saja bicara panjang lebar kalau partner bicaranya type kulkas 4 pintu.
...******...
3 hari di Batam di lalui dengan penuh drama dan tragedi tak terlupakan. Datang dengan keadaan mulus, kembali dengan bekas sayatan. Annelise menyandarkan kepalanya di kursi pesawat. Dia tampak menghela nafas lega karna pekerjanya lancar meski banyak kendala.
Di samping Annelise ada Bryan yang sibuk mengotak atik laptopnya. Mata Annelise terbelalak ketika tidak sengaja melihat foto dirinya dan Bryan di atas ranjang.
"Pak Bryan.!" Pekik Annelise. Suaranya membuat beberapa penumpang menatap tajam ke arahnya karna mengagetkan.
Annelise menunduk malu, tapi tidak melepaskan tatapan tajamnya pada Bryan.
"Bapak jangan macam-macam, foto seperti itu akan membuat orang salah paham." Lirih Annelise seraya mencengkram lengan Bryan kuat-kuat.
Bryan menoleh dan menunjukkan senyum mengejek. "Foto ini aman di tanganku, asal kamu bersedia menuruti apa yang aku inginkan." Balas Bryan dengan senyum puas. Akhirnya sebentar lagi dia bisa mengetahui jati dirinya. Tidak peduli meski harus dengan cara mengancam Annelise melalui foto syur mereka.
"Jangan bercanda Pak, reputasi Bapak juga akan hancur kalau foto itu di sebar."
Bryan terkekeh kecil. "Aku bisa menutupi wajahku sebelum di sebar. Jadi bagaimana tawaranku.?" Bryan tampak percaya diri karna yakin Annelise tidak akan bisa menolak lagi.
"Saya tetap tidak mau.!" Tegas Annelise.
"Nanti malam pukul 7, kamu sudah bisa melihat foto kita di internet." Ujar Bryan dengan seringai licik.
"Saya akan melaporkan ini pada Pak Shaka.!" Ancam Annelise.
"Kalau begitu siap-siap kita dinikahkan dalam waktu dekat."
Annelise kehabisan kata-kata, sepertinya memberitahu Shaka bukan jalan keluar. Yang ada malah dinikahkan karna mengira sudah di unboxing oleh Bryan.
wajar klo sll salah paham...