Savira tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda. Dia menolongnya sampai membiarkan dia tinggal di rumahnya. Namun, seiring waktu berjalan, dia merasakan hal berbeda dengan pemuda ini. Hingga benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
Namun, mengetahui jika pemuda yang dia tolong ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang pewaris utama dari Perusahaan besar tempatnya bekerja.
Bagaimana setelah ini? Savira hanya merasa dibohongi oleh pemuda itu. Apa dia akan memaafkannya? Atau mungkin segala rintangan akan membuat dia menyerah begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Situasi Yang Semakin Rumit
Waktu berlalu cukup cepat, bahkan Savira sudah hampir dua minggu berada di Kota ini. Hanya membantu Kak Mena dalam pesanan catering dan mengasuh Megan saja.
Sore hari, berdiam seorang diri di dalam kamar dengan menatap keluar jendela. Ketika sedang sendirian seperti ini, maka dia tidak bisa untuk tidak memikirkan tentang Shandy. Meski hatinya mencoba untuk melupakan tentang pria itu, namun ternyata dia tetap tidak bisa. Hatinya sudah terlanjur mencintainya. Bagaimana dia bisa melupakan pria yang mampu membuatnya merasa begitu dicintai.
"Semakin hari, aku makin sakit mengingat kamu"
Nyatanya perasaannya begitu terluka dengan ini. Meski mencoba untuk melupakan, nyatanya tidak bisa. Savira mulai ragu dengan keputusannya sendiri. Entah dia bisa benar-benar berpisah dengan Shandy atau tidak. Semua bayangan saat bersama pria itu terus berputar di ingatannya.
"Ya Tuhan, begitu menyakitkan"
Ketika cinta yang begitu besar, namun dia berusaha untuk melepaskan orang yang dicintainya karena keadaan. Namun, sakitnya malah semakin dia rasakan. Sampai sekarang, Savira tidak bisa melupakan semua kenangan bersama dengan Shandy.
Suara ketukan pintu membuat Savira mengusap air mata yang mengalir begitu saja di pipinya. Dia segera turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu.
"Iya Kak, ada apa?"
"Dek, itu ada yang nyariin kamu"
Savira langsung mengerutkan keningnya, siapa yang akan mencarinya kesini? Sementara tidak ada yang tahu jika dia pergi kesini, meskipun teman kerjanya. Mereka juga tidak tahu kalau Savira pergi ke Kota ini.
"Siapa ya Kak? Aku tidak merasa punya janji dengan siapapun"
"Kamu lihat dulu saja"
Dan ketika Savira pergi keluar, dia melihat Gilang disana. Berdiri di teras rumah. Savira cukup terkejut melihat kehadiran pria itu. Dan Gilang yang bisa sampai mengetahui keberadaannya disini.
"Gilang? Kenapa kamu bisa tahu aku ada disini?"
Gilang menghembuskan nafas lega, setelah mencari alamat rumah ini, akhirnya dia bisa menemukannya.
"Kak, aku datang untuk membawa Kakak kembali ke Ibu Kota"
Savira mengerutkan keningnya, cukup terkejut dengan ucapan Gilang yang to the point itu. "Apa maksudmu? Aku sedang liburan disini, dan belum ingin kembali"
"Kak, aku mohon untuk kembali. Shandy harus bertemu Kakak sekarang"
Ketika nama pria itu di sebut, debaran di hatinya masih sama. "Shandy? Kenapa memangnya?"
"Kak, mohon untuk menemui Shandy. Dia benar-benar membutuhkanmu"
Semakin bingung dibuatnya, apalagi ketika Gilang sampai memohon seperti ini. Dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang, sementara dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Dek, sebaiknya ajak masuk dulu tamunya" ucap Kak Mena.
Akhirnya Savira membawa Gilang untuk masuk ke dalam rumah. Dia harus tahu apa yang terjadi sampai Gilang menyusulnya ke Kota ini.
"Jadi, Shandy kenapa?"
"Dia sakit Kak, sudah parah. Bahkan dia sudah menderita penyakit ini sejak kecil. Dan belum bisa disembuhkan, ketika sekarang ada penyembuhan di Luar Negara, namun dia tidak ingin berangkat. Semangat hidupnya hilang sejak Kakak pergi dari hidupnya"
Savira hanya terdiam membeku dengan tatapan yang kosong. Bayangan ketika dia masih bersama Shandy, kembali melintas dalam pikirannya. Melihat beberapa kali anak itu meminum obat, lalu keadaannya tiba-tiba drop dan wajahnya yang sering terlihat pucat. Pernah sampai bibirnya terlihat membiru. Bodohnya, Savira tidak pernah benar-benar ingin tahu keadaan Shandy saat itu.
"Aaa.. Apa yang aku lakukan!!"
Gilang cukup terkejut melihat Savira yang berteriak dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis terisak. Melihat itu, Kak Mena langsung mendekatinya. Memeluk Savira yang pasti terpukul dengan kenyataan ini.
"Vira, kamu harus tenang. Sekarang kamu temui Shandy, dan jangan sampai menyesal"
"Kak, kenapa seperti ini? Kenapa aku bodoh sekali. Aku tidak menyadari sikapnya. Padahal sering aku melihat dia terlihat lemah. Aaa.. Aku bodoh sekali.. Hiks.."
Kak Mena menghela nafas pelan, bisa merasakan sakit yang dirasakan oleh adiknya. Kenapa kenyataan bisa begitu rumit dalam hidup mereka. Meski Savira terus mencoba menghindar dan ingin melupakan Shandy, setelah mengetahui jika Kakaknya Shandy yang telah menabrak Kakak laki-lakinya. Namun, nyatanya hati Savira tetap milik pria itu. Mengetahui keadaan Shandy yang seperti ini, pasti akan hancur.
"Sekarang kamu akan tetap seperti ini atau langsung menemui Shandy?"
*
Prank..
Piring berisi makanan itu melayang begitu saja ke atas lantai. Makanan berhamburan bersama pecahan piring. Mama sampai tidak mengerti lagi harus bagaimana sekarang. Keadaan anaknya yang memburuk, namun dia sama sekali tidak mau di bawa ke Rumah Sakit. Bahkan untuk makan pun sudah tidak mau. Jika di paksa, maka akan marah dan berakhir seperti ini.
"Shan, cukup ya! Lo tuh maunya gimana si? Semua orang khawatir sama keadaan lo" tekan Erlangga, dia juga ikut frustasi menghadapi sikap adiknya ini.
Shandy langsung menatap Kakaknya dengan tatapan dingin. "Semua gara-gara lo, Kak. Kalo aja lo gak mabuk malam itu, lo gak bakal nabrak orang sampe meninggal. Sialnya orang itu adalah Kakak dari perempuan yang aku inginkan"
Shandy sudah mengetahui semuanya beberapa hari lalu. Dan dia benar-benar membenci Kakaknya sekarang. Meski pada awalnya dia menganggap kejadian yang menimpa Erlangga hanya sebuah kecelakaan tak disengaja, namun ketika dia tahu yang menjadi korban adalah Kakak dari perempuan yang dia cintai. Maka kemarahan itu memuncak.
"Gue juga gak mau hal itu terjadi. Gue gak pernah menyangka kalau ternyata kejadian itu akan menjadi rumit dalam hubungan lo sama pacar lo. Gue juga gak pernah mau ini terjadi"
"Gue kehilangan wanita gue, gara-gara lo, Kak! Sekarang sebaiknya lo keluar. Semuanya keluar!! Gue pengen sendiri!" teriak Shandy.
Dan bila sudah seperti ini, maka semua orang hanya bisa keluar untuk membiarkan Shandy seorang diri untuk tenang.
Ketika keluar dari dalam kamar, Erlangga langsung merangkul Mama. Melihat Ibunya selalu menangis penuh kesedihan dengan keadaan adiknya itu.
"Maafkan aku Ma, seandainya aku lebih hati-hati malam itu, mungkin hal ini tidak akan akan terjadi"
Mama menggeleng pelan, dia mengusap air matanya. Lalu menatap anak pertamanya dengan lekat. "Semua orang juga tidak pernah mengharapkan semua ini terjadi. Tidak ada yang menginginkan sebuah kecelakaan terjadi. Mama hanya sedih saja melihat keadaan adik kamu, dia bahkan sudah tidak mempunyai semangat untuk melanjutkan hidupnya lagi. Perjuangan Mama dan Papa selama ini, seolah sia-sia sekarang"
Erlangga menggeleng cepat, dia memeluk Mamanya dengan hangat. "Tidak Ma, aku tidak akan membiarkan perjuangan kita semua sia-sia. Shandy akan mau berobat dan sembuh. Sekarang aku sudah suruh Gilang untuk mencari Savira, dan pasti Gilang bakal membawanya datang kesini. Semoga Savira bisa menerima semuanya, dan memaafkan aku"
Situasi saat ini semakin rumit, Erlangga bahkan tidak menyangka jika kejadian hampir satu tahun lalu, ternyata bisa berdampak begitu buruk saat ini pada adiknya.
Bersambung
Semangat Shandy 💪💪💪💪💪
lanjut ya kak tetap semangat