NovelToon NovelToon
Penyesalan Suami : Istri Yang Tak Dianggap

Penyesalan Suami : Istri Yang Tak Dianggap

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Perjodohan / Poligami / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:26.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Mommy Ghina

"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.

"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.

Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.

Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu di rumah dan di sekolah

“Gak ada yang jemput Ghina kok di sekolah. Ah paling itu alasan Om Edward aja mam, padahal makan siang bareng mbak Kiren,” jawab asal Ghina.

“Dah ... Ghina mau ganti baju dulu, habis itu mau bikin pesanan kue buat Bu Tayo,” Ghina menuju kamarnya.

“Ok nak, mama siapkan bahannya ya.”

“Makasih mama cantik,” sahut Ghina dari kamarnya.

Selesai ganti baju, dan makan siang Ghina langsung berkutat di dapur di bantu sama Bik Inem dan mama Sarah. Sudah hampir setahun, Ghina mulai percaya diri menerima pesanan kue mulai dari cake biasa lalu cake ulang tahun. Lumayan buat mengisi tabungannya, hobinya menjadi ladang rezeki buatnya. Dan mama Sarah sangat mendukung hobi anak perempuannya.

.

.

Menjelang malam tiba ...

 

Ghina sudah selesai membuat kue pesanan Bu Tayo, dan sekarang pergi untuk mengantar ke rumah Bu Tayo yang jaraknya hanya beberapa blok dari rumahnya.

Sekembalinya dari mengantar kue, Ghina menyipitkan matanya ketika melihat mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya, sepertinya sama dengan mobil yang lewat di depan sekolahnya.

Buat apa Om Edward ke rumah? ... asal tebak Ghina.

Ruang tamu tampak ada orang yang berbincang-bincang.

“Kamu dari mana, Nak?” tanya Papa Zakaria yang sedang mengobrol dengan Edward.

“Habis antar pesanan kue Bu Tayo, Pah,” jawab Ghina sambil salam takzim ke papa nya. Terlihat papanya baru pulang kerja.

Mau tidak mau dengan rasa tidak senang hati Ghina mencium punggung tangan Edward di depan Papanya.

Edward terlihat tersenyum. Tanpa berbasa-basi lagi Ghina masuk ke kamarnya.

“Ayo Edward silakan dimakan cakenya,” ucap Mama Sarah mempersilahkan.

Edward segera memakan sepotong cake yang dihidangkan mama Sarah. “Cakenya beli di mana Kak Sarah, enak sekali cakenya lembut dan tidak terlalu manis.” Edward terlihat sangat menikmati suguhan cakenya.

“Cakenya gak beli, ini buatan Ghina,” jawab mama Sarah.

“Uhuk ... uhuk ... uhuk!” Tiba-tiba tenggorokan Edward tercekat mendengar cake yang dia makan buatan bocah.

“Pelan-pelan aja makannya, kita gak minta kok. Kalau mau nambah masih ada di dapur,” goda mama Sarah.

Edward mengulas senyum tipis ...

“Bang, saya mau bicara dengan Ghina bisa?”

“Tunggu biar saya panggilkan!” ujar Mama Sarah.

“Maafkan Abang, kalau anak abang masih kelihatan seperti bocah. Ghina umurnya baru 17 tahun, harus banyak bersabar menghadapinya,” pinta Papa Zakaria.

“Saya mengerti Bang.”

“Pah, Ghina gak mau keluar dari kamar. Pintunya kamarnya dikunci,” ucap Mama Sarah ketika balik ke ruang tamu.

“Mungkin Ghina kecapean, gak pa-pa besok saya jemput dia di sekolah. Kalau begitu saya pamit pulang dulu Bang Zaka, Kak Sarah,” Edward pamit pulang.

“Ya sudah, hati-hati di jalan Edward,” ujar Papa Zakaria, mengantar Edward sampai pintu mobilnya.

Dasar bocah banyak amat tingkahnya, hati Edward geram setelah menerima penolakan dari Ghina.

Mendengar suara mobil pergi dari depan rumahnya, Ghina bernapas lega, lalu dia keluar kamar karena perutnya sudah kelaparan belum sempat makan malam.

“Seharusnya kamu sopan dengan tamu yang datang ke rumah ini,” tegur Papa Zaka saat mereka sekeluarga di meja makan.

Ghina masih cuek dengan omongan Papanya, fokus dengan makannya.

“Kamu punya telinga gak Ghin! Dengar omongan Papa!”

“Ingat Edward itu calon suami kamu ...!” lanjut ucap Papa Zakaria.

“Papa ... bisa tidak membahas itu terus, Ghina pusing Pah, sekali lagi Ghina menolak perjodohan ini!” pinta Ghina berusaha berkata lembut pada papanya.

“Atau jangan-jangan Papa punya hutang besar dengan Keluarga Thalib, sampai Ghina dijodohkan dengan anak mereka?”

“Berapa Pah hutangnya, biar Ghina bekerja keras untuk melunasinya ketimbang Ghina harus menikah dengan Om Edward?”

Papa Zakaria dan Mama Sarah tersentak dengan ucapan Ghina. Tidak satu pun jawaban yang keluar dari kedua orang tuanya.

“Papa sama Mama tega menjual anaknya sendiri, atau jangan-jangan Ghina ini anak pungut!” Ghina meninggalkan meja makan, dan kembali mengunci kamarnya.

Mata mama Sarah mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata Ghina, dan ikut meninggalkan meja makan.

Papa Zakaria terpaku di meja makan, sedangkan si bungsu Rio tidak menghiraukan dengan keadaan di meja makan barusan.

.

.

Selepas kejadian saat makan malam, pagi ini Ghina berangkat sekolah tanpa sarapan tapi membawa bekal sisa kue yang kemarin dia bikin dengan sekotak susu coklat, namun tidak berpamitan dengan mama Sarah. Sedangkan Papanya seperti biasa sudah berangkat kerja pagi-pagi untuk menghindari macetnya ibu kota.

Untungnya kegiatan hari ini tidak terlalu padat, khususnya kelas 12 tidak ada lagi materi pelajaran.

Sebagian siswa ada beberapa yang ke perpustakaan, ada juga yang menghabiskan waktu dengan temannya di kelas.

“Ada Ghina gak?” ujar Guru Piket yang masuk ke kelas Ghina.

“Ya Bu ... saya ada,” tunjuk Ghina.

“Ada tamu buat kamu di ruang tunggu,” ujar Guru Piket.

“Siap Bu, terima kasih.”

“Siapa yang mau ketemu gue di jam sekolah,” gumam Ghina sendiri, sambil melangkahkan kaki ke ruang tunggu.

Di ruang tunggu terlihat wanita cantik, dengan setelan baju kerjanya terlihat anggun duduk di kursi tunggu.

“Mbak Kiren,” sapa Ghina terheran, kenapa bisa tahu keberadaan sekolah dia.

“Ghina, Mbak mau bicara sebentar."

Ghina mendudukkan bokongnya di kursi berhadapan dengan Kiren.

“Mbak di sini mewakilkan Kak Edward, sepertinya kamu menghindari dia terus. Kamu tahukan Kak Edward itu CEO, punya kesibukan sendiri, tidak mungkin mengejar untuk ketemu kamu, harus meninggalkan pekerjaannya.”

“Tidak selamanya pria yang berjabatan CEO mengejar untuk ketemu bocah seperti kamu, yang tidak ada artinya apa-apa. Harusnya kamu mengerti dan jangan jual mahal!”

Ghina mulai melipat kedua tangannya di depan dadanya, lalu menaikkan salah satu kakinya bertumpu ke paha sebelahnya. Ditatapnya dengan tajam wanita dewasa yang ada dihadapinya.

“Lalu ...," ucap Ghina.

“Kamu harus menerima perjodohan kalian, agar Kak Edward dan aku bisa menikah juga. Dan kamu tenang saja, Kak Edward bisa membayar berapa pun yang kamu minta sebagai timbal baliknya,” jawab angkuh Kiren.

Tidak menyangka wanita yang selama ini terlihat lemah lembut di depan keluarga Thalib, bisa terlihat angkuh juga, batin Ghina

“Bilang sama kekasihmu yang CEO itu, sampai kapan pun saya tidak menerima perjodohan ini. Dan buat mbak Kiren, kenapa harus membujuk saya. Seharusnya kalau memang ingin dapat restu menikah dengan Om Edward, ambil hati kedua orang tua Om Edward. Mbak sudah salah datang ke saya.”

“Saya permisi, masih ada jam pelajaran,” Ghina meninggalkan Kiren begitu saja.

Dasar anak kurang ajar ... pandai melawan dia ... batin Kiren.

“Gak yang laki, gak yang perempuan ...satu tipe,” gerutu Ghina.

.

.

Jam pulang sekolah sudah tiba, kali ini Ghina berencana untuk mampir ke sanggar tarinya, tempat biasa dia berlatih nari.

.

.

bersambung

1
genta kusuma
kan ada mobil sendiri kok .menunggu ambulan
genta kusuma
kok edwat jahat banget kalau cinta jangan sok
Nur Hidayah
semua ori bos bkn sisa
Nur Hidayah
jgn jx pebinor pak rafael
Nur Hidayah
untung anaknya laki"
Nur Hidayah
visualnya edward kelihatan tuwir dan lecek
Nur Hidayah
mg cepat dipertemukan
Nur Hidayah
cepat sadar om edward bls tuh gina
Nur Hidayah
semua ada hikmahnya
Nur Hidayah
ya gagal dpt hati dan harta bosgan.
n
Nur Hidayah
temen gak setia ckp duwitnya sj anis pecat sekalian boos tar rahasia perusahaan jg dibocorin.
Nur Hidayah
n̈ssi suds jd bubur
Nur Hidayah
hati gina benar" lapang
Nur Hidayah
terlambat sudah edward tuk mengapai gina
Nur Hidayah
puyeng edwar tuh bielikan pabrik oskadon mantep
Nur Hidayah
terpesona yg ori
Nur Hidayah
ganteng kaya tapi tuwir klu byk marah tar strok yg penting warisanya.gina muda cantik byk yg mengharap
Nur Hidayah
dasar edwar sontoloyo
Nur Hidayah
semua ujian pasti ada hikmahnya
Nur Hidayah
kaya enggak cantik jg tidak +minim adapnya byk gaya lagi bu sari dsar gak guna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!