Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Rumah Masa Depan.
Aku udah sampai.
Chat dari Kanaka masuk ke ponsel Rere yang terletak di atas nakas.
Ibu sedang menengok tetangga yang sedang sakit di rumah sakit dan rumah Rere dalam keadaan tertutup rapat.
Tanpa membalas chat dari Kanaka, Rere menyambar tas dan ponselnya, lalu bergegas menghampiri tunangannya itu (boleh kan sekarang menyebut Kanaka tunangannya).
Pintu terbuka menampilkan Rere yang manis hanya dengan memakai baju putih dan celana jeans tujuh per delapan.
"Langsung aja kan?" tanya Kanaka sambil menyelipkan rambut Rere yang terlepas dari ikatannya.
"Iya," jawab Rere dengan wajah bersemu merah, canggung diperlakukan semesra ini oleh Kanaka.
"Eh mbak Rere.... kemarin habis tunangan ya?" celetuk salah satu tetangganya yang melintas di depannya.
Rere hanya melempar senyum menjawab pertanyaan tetangganya itu, sepagian ini bahkan berita dirinya dilamar sudah tersebar di kampung, pasti dengan bumbu yang sedap di dengar oleh telinga, tahu kan apa itu, yah Rere diisukan hamil duluan.
Mau marah tapi ya sudahlah tak ada faedahnya juga Rere membalas satu persatu julidan para tetangganya, toh dirinya memang tidak sedang hamil dan merasa gaya pacarannya dengan Kanaka terbilang wajar.
"Yuk ah." Kanaka membuyarkan lamunan Rere dan membantu Rere memakai jaket dan helm.
Rere naik ke boncengan Kanaka, dan melingkarkan tangan di perut Kanaka.
Memastikan Rere dalam posisi nyaman lalu Kanaka menarik gasnya dan meninggalkan rumah Rere.
"Udah sarapan belum?" tanya Kanaka sambil memegang tangan Rere yang melingkari perutnya.
"Udah, tadi makan roti," jawab Rere.
"Ntar mampir rumahku dulu, tadi Mimo masak nasi uduk, enak deh," ucap Kanaka lembut.
Rere mengangguk mengiyakan perkataan Kanaka, karena tak enak juga mereka mau melihat progres renovasi rumah yang bakal mereka tempati nanti setelah mereka menikah.
Dan yang bikin takjub, mertuanya itu membelikan rumah untuk Kanaka dan saudara-saudara nya tak jauh dari rumah mereka, masih disatu komplek hanya berbeda blok saja.
Alasannya biar mereka tetap dekat meskipun Kanaka dan saudara-saudara nya sudah berkeluarga nantinya.
Keren sih alesannya, hanya saja seperti tetap diawasi meski mereka Kanaka telah berkeluarga.
Motor Kanaka memasuki gerbang rumah tinggal orang tuanya, setelah memarkir motornya, Kanaka menggenggam tangan Rere dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
"Mo!" panggil Kanaka.
"Eh mantu Mimo udah dateng, sini Re." Rere mendekat, mencium punggung tangan Letta dan mencium kedua pipi Letta.
"Belum sarapan kan?" tanya Letta sambil menata piring untuk Rere.
"Biar Rere aja Mo," Rere berniat mengambil alih kerjaan Mimo, masak mertua yang harus melayaninya.
"Udah nggak papa," tolak Letta pelan.
Rere kembali duduk, memperhatikan Letta yang sibuk kesana kemari, ya meskipun tetep dibantuin simbok juga sih.
Rere menikmati sarapannya yang lumayan berat itu, Kanaka hanya menemani, sesekali minta disuapi sama Rere.
Letta mendesah melihat kelakuan Kanaka yang persis dengan kelakuan Devano itu, bucin parah tanpa melihat tempat, meski ada orang tuanya di depannya, Kanaka cuek bebek dengan kelakuannya ini.
"Mimo rasa memang lebih baik kalian buru-buru menikah deh, pusing Mimo kalau membiarkan kalian berdua-duaan terus," ucap Letta membuat Rere berhenti menyodorkan makanan ke mulut Kanaka.
"Kenapa berhenti? Malu sama Mimo?" tanya Kanaka melihat Rere kikuk.
Tak mendapat jawaban dari Rere, Kanaka terkekeh. "Mimo kan pernah muda, pasti pahamlah sama orang pacaran, yang penting kan kita nggak mesum."
Kalimat Kanaka itu membuat Rere tersedak nasi yang tersangkut di tenggorokannya.
"Astaga, hati-hati dong Yang!" tegur Kanaka sambil menyodorkan air putih dan tak lupa menepuk-nepuk punggung Rere pelan.
Rere melotot, sekedar memperingatkan Kanaka agar tak berkata macam-macam, masak di depan Mimo nya kelakuannya absurd kayak gini sih, Rere kan malu.
Sementara Rere masih melotot, dengan seenak jidatnya Kanaka kembali membuka mulutnya meminta Rere melanjutkan menyuapi nya.
Rere dan Kanaka menghabiskan beberapa jam di rumah Kanaka, lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka ke rumah Kanaka.
Rumah itu tak seluas rumah orang tua Kanaka, tapi gaya modern minimalis jelas tergambar dari rumah di hadapannya yang bernuansa putih dan hitam itu.
Rere sempat menahan nafasnya, mengucap syukur yang tak henti akan kebaikan Tuhan atas hidupnya.
Rere bahkan tak. merasa melakukan sesuatu yang luar biasa baiknya hingga Tuhan menganugerahkan rejeki seperti ini.
Punya calon suami dan calon mertua yang luar biasa baiknya, menerima dirinya yang bahkan kekayaannya tak ada seujung kukunya dibandingkan keluarga Kanaka, tapi mereka menghargai dia dan ibunya sedemikian rupa.
"Ngelamunin apa sih, dari tadi bengong mulu," tegur Kanaka sambil mencopot tali rambut yang mengikat rambut Rere.
"Kok dilepas ikatannya?" protes Rere meminta kembali tali rambutnya.
"Rambutnya nggak boleh diikat kalo di depan cowok lain!" perintah Kanaka membuat Rere mengangakan mulutnya.
Rere merosot kan bahunya, bahkan ini bukan pertama kalinya Kanaka memintanya mengurai rambut di depan cowok lain, ada apa sih dengan cowok yang terganggu dengan cewek yang mencepol rambutnya? Aneh!
Tapi alih-alih protes Rere memilih diam dan mengikuti langkah kaki Kanaka yang menariknya lembut untuk masuk ke dalam rumah.
"Gimana pak? Ada kendala nggak?" tanya Kanaka kepada arsitek yang menangani proses renovasi rumahnya ini.
"Nggak sih mas, mudah-mudahan selesai tepat waktu ya," ucap pria yang bekerja di perusahaan opa Gino kakak dari oma Gelsey itu mantap.
"Terus taman yang indoor itu bisa nggak pak?" tanya Kanaka.
"Bisa mas, tenang aja, ini lagi proses membongkar temboknya."
"Oke Pak, makasih banyak." ucap Kanaka, lalu masuk dengan tetap menggandeng Rere sambil memperlihatkan progres renovasi rumahnya.
"Rencananya ini kamar untuk ibu," ucap Kanaka sambil membuka kamar yang jendelanya menghadap ke taman belakang.
"Kata ibu, ibu mau di rumahnya aja Ka, dia nggak mau ikut kita," sahut Rere.
"Kenapa?" tanya Kanaka sambil mengernyitkan kening bingung.
Sejak awal saat Kanaka tahu bahwa Rere hanya tinggal berdua dengan ibunya, Kanaka sudah bertekad akan membawa mertuanya untuk tinggal bersama mereka.
"Kata ibu, biar kita mandiri."
"Tapi kan kasihan ibu Re, masak dia tinggal sendirian?" bujuk Kanaka lembut.
"Tapi ibu tetap nggak mau ikut kita sayang," ucap Rere pelan.
Kanaka mematung, mendengar Rere memanggilnya dengan panggilan sayang, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
Kanaka menutup pintu kamar itu dan mendorong dengan lembut tubuh Rere hingga tubuh mungil itu menempel ke tembok di belakangnya.
"Coba panggil sayang sekali lagi," pinta Kanaka lembut.
"Apa sih!" tolak Rere dengan raut wajahnya yang memerah seperti tomat itu.
"Coba panggil sayang!" perintah Kanaka sekali lagi.
"Sa sayang," ucap Rere pelan.
"Shi*!" Kanaka menekan tengkuk Rere pelan, dan mengakuisisi bibir tipis sang kekasih dengan lembut.
Ciuman Kanaka terasa dalam dan lama, Rere sampai hampir kehabisan nafas karena Kanaka seperti kehilangan kontrol dalam dirinya.
Rere mendorong tubuh Kanaka agar sedikit menjauh dari dirinya, dia membalas tatapan Kanaka yang terasa seperti memujanya itu.
"Makanya aku mau pernikahan kita cepet dilaksanakan, karena aku tak akan sanggup menahan diriku saat deket sama kamu," ucap Kanaka serak.
Rere melepaskan tautan tangan mereka, dan mencoba melepaskan diri, tapi tangan Kanaka masih erat mengungkung tangannya di tembok.
"Jangan salahin aku kalo aku nggak bisa nahan diri kali ini!"
_______
Tetot.... sudah ya, jangan keterlaluan ya kemesraan mereka, aku nulisnya sambil nahan nafas.... hahahaha
Betewe makasih kesayangan aku semua yang sudah terus kasih suport ke aku, banyak-banyak sayang buat kalian semuaa.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu