Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONSPIRASI 4
“Apa yang kau lakukan pada pelangganku?”
Sebuah suara berat tiba-tiba menginterupsi. Deon memandang horor pria yang menempel pada putrinya. Henzo menelan saliva kasar. Namun demi sebuah peran, ia pun hanya diam saja. Pelayan membalikkan tubuhnya. Wanita itu tidak mengenali Deon sebagai pemilik restauran. Melihat dandanan pria yang memakai outfit mewah, ia merasa di atas angin..
“Maafkan kelalaian saya Tuan. Ini ada dua orang bersama anaknya datang, berusaha untuk masuk ke restauran ini,” jelasnya mengambang.
“Lalu kenapa kau tidak membiarkannya masuk?” tanya Deon ingin tahu.
“Tuan, anda bisa lihat sendiri penampilannya. Manalah bisa ia membayar makanan yang ada di sini? Bahkan saya yakin, uangnya tak cukup membayar salad sekalipun,” jelasnya lalu memandang rendah dua orang dengan kereta bayi di depannya.
Wajah Deon seketika mengelam, ia kalah bertaruh dengan putrinya kali ini. Selama ini ia menutup telinga jika ternyata beberapa pegawai restauran bahkan manager mereka menggelapkan dana buat gerakan sosial, memberi makan gratis , untuk kalangan tak mampu.
“Tapi bukankah, restauran ini mengedepankan slogan, melayani siapa saja yang datang?” tanya Deon lagi ingin mengorek keterangan lebih banyak.
“Itu hanya slogan, Tuan. Sekarang apakah anda ingin satu meja bekas dua orang miskin ini?” tanya pelayan itu benar-benar menghina Luien dan Henzo.
“Saya yakin, ia mengambil sendok dan garpu di tempat ini,” tuduhnya lagi.
Deon mengepal tangannya kuat-kuat, ia benar-benar murka dengan hinaan yang dilontarkan dari pelayan ini. Ia pun masih ingin mencari tahu, sedangkan Luien dan Henzo masih setia berdiri di sana. Bahkan bayi mereka malah asik memainkan kaki sambil menyemburkan ludah, tak peduli dengan sandiwara yang terjadi di sekitarnya.
“Lalu bagaimana dengan acara amal yang diselenggarakan tempat ini?” tanya Deon lagi dengan suara datar.
Wanita itu hanya tersenyum miring.
“Tetap ada, kami mengadakannya setiap dua bulan sekali, itu pun kami menyeleksi siapa saja yang bisa mendapatkan makan gratis. . Sebagian kami bawa pulang,” jelasnya santai.
“Untuk berapa orang?” tanya Deon makin datar dan dingin.
“Tidak lebih dari sepuluh orang,” jawab pelayan itu dengan santainya.
“Mana manager tempat ini?” tanya Deon langsung.
“Tuan Gerard mungkin ada di ruangannya bersama Claudia,” jawab pelayan yang memakai name tag Lolita.
“Anda bertiga boleh, masuk. Saya yang akan membayar semua makanan yang mereka makan!” titah Deon dengan wajah datar.
“Tuan, jangan merepotkan diri anda, biarkan saja kedua orang ini makan di tempat lain, agar tak mengotori tempat ini,” sahut Lolita sambil memandang sinis Luien dan Henzo.
“Apa kau mengaturku?” tanya Deon menatap tajam pelayan wanita di depannya.
Lolita terdiam, ia hanya menunduk. Luein dan Henzo membawa masuk keretanya dan mengambil tempat. Deon mengikuti mereka. Lalu meminta pelayan untuk melayani dua orang itu. Lolita hanya mencebik kesal melihat dua orang miskin tadi.
Deon melangkahkan kakinya menuju ruang manager. Pintu tertutup rapat, baru saja ia hendak memegang gagang pintu, tiba-tiba pria itu mendengar kasak-kusuk dan suara-suara aneh di dalam. Perlahan ia pun membukanya. Betapa terkejutnya Deon ketika melihat adegan ranjang yang dilakukan dua manusia di sofa, terlebih keduanya bukan suami istri.
Deon langsung membuka pintu keras-keras. Sepasang insan yang ingin masuk pelayaran birahi langsung terkaget.
“Siapa yang berani-beraninya ….!”
Pria berstatus manager itu langsung pucat melihat siapa yang datang. Kini keduanya berdiri dengan tubuh nyaris telanjang. Mereka hanya di tutupi pakaian dalam saja. Sedangkan Claudia menutupi area dada dan intimnya dengan tangan. Ludwina yang masuk sampai terkaget melihat ada wanita nyaris tanpa busana. Ia pun memberikan baju milik Claudia.
“Pakai bajumu!” titah wanita itu dengan lembut.
Claudia yang sedari tadi menahan tangis, akhirnya menitikkan air mata karena malu. Deon menjadi sangat kesal mendengar tangisan perempuan tak tau malu itu.
“Kenapa kau menangis?!” tanya Deon sedikit meninggikan suaranya.
“Kau melakukan aksi mesum tadi tidak merasa malu sama sekali!” bentaknya.
“Sayang, sudah. Tidak baik kau marah-marah seperti ini, tidak akan menyelesaikan apa pun,” ujar Wina bijak dan menenangkan suaminya.
Deon menghela napas panjang. Tiba-tiba sosok tampan datang, ia sangat terkejut mendapat manager restauran nyaris tanpa busana. Pria itu langsung menatap atasannya yang kini bermuka sangat marah. Ia pun langsung membungkukkan tubuhnya.
“Saya meminta maaf atas keteledoran saya, Tuan. Sungguh saya telah mencari orang-orang yang memiliki kualitas dan berdedikasi tinggi!”
“Bahkan saya telah menguji mereka!” lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.
“Sudah, tidak apa-apa Ken. Terkadang kita berbuat salah dan keasikan, lalu baru teringat ketika ada yang memberitahunya,” jelas Wina menenangkan situasi.
Ludwina, memang jauh lebih bijak semenjak menyadari kesalahannya. Wanita itu meminta Gerard juga memakai bajunya. Ken diperintah Deon untuk memanggil Lolita, pelayan yang menghina putrinya tadi.
Wanita itu pun datang dengan wajah sedikit panik ketika melihat pria yang menanyainya tadi duduk di kursi kebesaran managernya.
Lalu terlihat lukisan besar yang menggantung di sudut kiri ruangan. Dua wajah sama dengan lukisan kini dilihat oleh Lolita, tengah berdiri dan duduk berdampingan
“Tu-tuan ….”
Lolita menelan saliva kasar. Deon menatap datar tiga orang yang kini menunduk takut.
“Katakan yang tadi barusan kau katakan Lolita!” titah Deon penuh penekanan dan arogansi.
“Tuan, ini semua data yang tercatat. Memang terjadi penyelewengan uang di sini laporan jika bazar sosial tetap dilakukan, tetapi menurut laporan dan keluhan jika ternyata bazar tersebut hanya diikuti sepuluh orang saja selama tiga bulan ini,” lapor Ken.
“Baik, kesampingkan laporan itu, panggilkan Nona mudamu,” titah Deon lagi.
Ken membungkuk hormat lalu langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh atasannya. Deon berdiri dan menarik kursi.
“Kau duduklah, sayang,” pinta Deon pada istrinya.
Wina pun menurunkan bokongnya di kursi yang diambil oleh suaminya tadi, lalu mengucap terima kasih dengan suara lembut dan menatap Deon penuh cinta.
“Sama-sama sayang,” sahut Deon.
Ken datang bersama Luien dan Henzo yang mendorong kereta bayi. Ketiga orang yang menunduk melirik siapa yang datang. Lolita tersenyum miring, ia akan menghina kembali dua orang ini. Dagunya terangkat. Sedang Gerard dan Claudia juga memandang rendah dua orang yang memakai baju sederhana.
Melihat wajah-wajah menghina yang ditampilkan orang-orang yang baru saja melakukan perbuatan tercela, Deon langsung murka, dengan suara tegas dan gamblang dia pun mengumumkan sesuatu yang membuat ketiga orang tak tahu diri itu menunduk malu.
“Kalian lihat dan ingat gadis ini baik-baik!” sahutnya tegas. “Perkenalkan, gadis ini bernama Luiena Elizabeth Philips, gadis ini adalah putri kandung saya!”
“Kalian bertiga, saya pecat!”
Maka ketiganya pun kini keluar dengan muka tertunduk.
bersambung
next?