Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Hari besok pun tiba.
Dengan wajah yang ceria, Andini hendak berangkat dan mengunci pintu gerbang rumah sambil sedikit bernyanyi.
"Na na na na na." Beberapa nada keluar dari mulutnya sambil menggembok pintu gerbang.
Saat Andini mau berangkat dan hendak melangkahkan kakinya, di depan rumah terlihat pria tinggi berbadan tegap dan lumayan tampan. Pria itu juga menatap ke arah Andini karena mungkin baru pertama kali melihatnya di rumah tersebut.
Pria itu bernama Indra, seorang guru sekolah dasar, usianya 30 tahun dan belum menikah.
Indra pun sempat menegur Andini.
"Selamat pagi Mbak." Tegur Indra sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Iya pagi." Andini membalas dengan senyuman hangat.
"Mbak nya baru ya tinggal di sini?" Tanya Indra sambil menunjuk ke arah rumah.
"Iya saya baru kemarin pindah ke sini, jadi maaf ya belum sempet kenal sama tetangga sekitar."
"Oh iya Mbak nggak papa. Kenalin Mbak nama saya Indra." Indra sambil memberikan tangannya untuk berjabat.
"Oh iya Mas salam kenal ya, nama saya Andini." Andini membalas jabatan tangan Indra.
Merekapun saling bersalaman dan melempar senyum.
"Mbak nya mau berangkat ke mana nih pagi-pagi begini?"
"Ohh saya mau berangkat kerja, saya kerja di warung makan dekat minimarket sana Mas deket pertigaan." Jawab Andini sambil menunjuk ke arah utara.
"Di warung makan Bude Rini?"
"Iya Mas betul di situ."
"Oh, oke oke, tau saya soalnya sering beli makan di situ hampir tiap hari."
"Oh ya? kalo Mas sendiri mau kemana nih?"
"Saya mau ngajar Mbak, saya guru di SD yang ada diseberang sana." Indra menjawab sambil menunjuk ke arah barat.
"Ohh gitu ya. Oke deh Mas."
"Nggak usah panggil saya Mas, panggil Indra saja, lagian kayanya kita juga seumuran."
"Hmmm Masnya juga panggil saya Andini dong jangan Mbak yah!"
"Hmmmm iya deh Andini."
"Yaudah kalau begitu, Indra saya duluan ya."
"Kita bareng saja yuk, toh kita juga searah sampe depan situ."
"Hmmm. Yaudah deh, dengan senang hati." Andini menerima ajakan Indra dengan senyuman manis.
Mereka pun berjalan sambil lanjut ngobrol-ngobrol.
"Kamu sama siapa Din tinggal di sini?"
"Em. Aku sendirian, aku baru saja pisah sama suamiku, jadi aku nggak punya siapa-siapa deh dikota ini sekarang."
"Ohh, maaf deh aku gak tahu, memang kamu asli mana?"
"Iya nggak papa ko, rumah orang tuaku jauh di luar pulau sana daerah Sumatera."
"Ohh jauh ya, berani juga kamu tinggal sendiri di sini, memangnya itu rumah nggak terlalu besar kalau kamu tinggal sendiri begitu?"
"Hmm. Enggak ko, lagian aku ngontrak setahun langsung, dan lumayan murah juga. Tetapi sepertinya itu rumah udah kosong lama ya?"
"Iya itu sudah lama sekali kosong, terakhir sih setahun yang lalu, ya mungkin karena bangunannya sudah tua juga jadi jarang peminat yang mau tinggal disitu."
"Oh pantesan. Iya sih aku juga harus kerja keras kemarin beres-beres nya."
"Kalau kamu perlu bantuan, nanti kabarin aku aja ya nggak usah sungkan, insyaallah aku mau bantu."
"Hmm. Iya deh gampang, Kamu sendiri asli sini?"
"Aku juga merantau sih, tetapi nggak terlalu jauh, aku asli Bandung, baru setahun aku tinggal disini."
"Oh gitu, terus kamu tinggal sama siapa di sini?"
"Aku tinggal sendiri."
"Oh, aku kira kamu sekeluarga tinggal di sini."
"Aku masih bujangan, keluarga ku ada di kampung semua, makanya tinggal sendiri di sini."
"Oh begitu, oke deh."
Karena gang rumah mereka agak dekat dengan jalan raya, mereka pun harus berpisah.
"Em. Din, Kayanya kita harus pisah nih, aku duluan ya Din, sampe bertemu lagi nanti"
"Em iya Indra, yaudah sampe bertemu lagi ya. Dah."
Andini melangkah duluan ke arah Utara sambil melambaikan tangan san tersenyum manis.
"Iya dah." Indra pun membalas senyuman Andini dengan ramah.
Mereka akhirnya berpisah dan sampai di tempat kerja masing-masing.
Andini bekerja dengan penuh semangat, di warung makan pun banyak sekali lelaki yang menggodanya, karena sebenarnya Andini memang cantik bila mengurus diri dan berdandan.
Tetapi Andini menghiraukan itu dia hanya fokus bekerja, apalagi ini hari pertamanya bekerja, jadi dia harus serius.
Saat siang tiba, Indra membeli makan di warung makan nya Andini, mereka makin akrab karena Indra juga makan ditempat.
"Indra, kamu tiap hari makan di sini?" Andini bertanya sambil menyiapkan makanan untuk Indra.
"Nggak tiap hari juga sih hanya sering saja, lagian aku nggak bisa masak jadi beli terus kalo makan." Sambil duduk di bangku panjang Indra menjawab pertanyaan Andini.
"Oh, begitu" Andini menganggukkan kepalanya.
"Oh iya Ini ada nomor handphone ku, kamu tulis ya biar kalau ada apa-apa atau kamu perlu bantuan gampang bisa langsung hubungin aku." Indra menyodorkan handphonenya yang di layar terdapat nomor telepon.
"Hmm iya makasih, nanti aku kabarin deh ya kalau aku butuh bantuan." Andini pun menyalin nomor telpon itu di handphonenya.
"Iya aku tunggu dengan senang hati."
"Iya Indra, yaudah aku mau ke belakang dulu deh ya, kamu kalo mau nambah panggil aku aja."
"Siap nanti aku panggil pasti" Indra kembali tersenyum sambil bersiap menyantap makan siang.
Sepertinya Indra mempunyai perasaan kepada Andini, Andini itu sebenarnya cantik sekali, karena akhir-akhir ini jarang dandan semenjak tidak diperhatikan lagi oleh mantan suaminya.