"Kamu tidak perlu menikah dengan ku hanya karena rasa kasihan. Aku tidak butuh!"
Aiden seorang playboy yang mempermainkan perasaan berbagai wanita, saat dia benar-benar jatuh cinta pada Yuniar yang polos, dirinya ditolak berulang kali.
Hingga sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh Yuniar membuat kedua kaki Aiden lumpuh.
Gadis yang baik hati ini akhirnya menyetujui lamaran Aiden, namun Aiden yang sangat terpukul karena kelumpuhannya pun menolak dengan keras.
Apakah Aiden dan Yuniar berhasil menikah ?
Bagaimana Aiden yang lumpuh akan melanjutkan cintanya kepada Yuniar ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Senang Menggoda
Hari itu Aiden menghadiri pernikahan Hendrik, kakak dari Rayyan, sahabat Aiden. Pernikahan yang tanpa di hadiri tamu undangan, namun sah di mata hukum dan agama. Karena permintaan pengantin wanita yang tidak ingin mengadakan resepsi pernikahan.
"Masa iya nggak ada perayaannya sama sekali, Tuan? Minimal sama keluarga, lah! Foto bersama buat kenang kenangan. Kalau seperti ini, Tuan menikah macam di gerebek warga. Atau mungkin seperti seorang suami yang diam-diam menikah dengan wanita simpanannya, takut ketahuan sama istri sah,,"cetus Andi, asisten Rayyan yang merasa tidak enak hati juga jika Hendrik dan Sumi sudah menikah secara sah dan menjadi suami-istri, tapi tidak ada perayaan apapun.
"Benar sekali kata Andi. Masa nggak ada perayaan sedikit pun? Bagaimana jika kedua buah keluarga mempelai nanti malam kumpul-kumpul? Terus kita mengadakan acara panggang memanggang di belakang rumah Rayyan. Pasti seru, deh,"timpal Aiden.
"Kesempatan emas tidak boleh dilewatkan,"gumam Aiden dalam hati dengan senyuman penuh arti.
"Kenapa aku merasa senyuman dan ekspresi wajah Tuan mencurigakan, ya? Sepertinya Tuan sedang merencanakan sesuatu,"gumam Roni dalam hati seraya memicingkan sebelah matanya, saat melihat ekspresi wajah majikannya nampak tersirat sesuatu yang mencurigakan.
"Wahh.. ide Tuan Aiden memang cemerlang. Kita bisa memanggang ikan, ayam, lobster, daging dan juga sosis di alam terbuka. Pasti asyik dan seru. Nyonya Sumi juga tidak perlu takut kelelahan,"sahut Andi antusias.
"Bagus juga. Jika kakak tidak ingin mengadakan acara resepsi pernikahan, merayakan bersama dengan keluarga malah lebih bagus,"timpal Rayyan setuju dengan ide Aiden dan Andi.
"O... o.. o.."
"Plak!"
"Otak kamu isinya cuma makan jadi kalau urusan makan pasti cepat,"ucap Roni cepat tanpa titik koma setelah Andi menepuk pundaknya.
Sumi mengernyitkan keningnya menatap Hendrik, agak terkejut setelah melihat Roni yang gagap.
"Roni memang gagap dari kecil,"ujar Hendrik yang seolah mengerti arti tatapan Sumi.
"Sebagai makhluk hidup, kita memang butuh makanan dan minuman. Karena makan dan minum merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup. Hidup tanpa makan dan minum dapat menyebabkan malfungsi terjadi pada organ tubuh manusia. Pasalnya, makanan merupakan sumber energi untuk menjalankan sistem tubuh secara optimal. Karena kita bukan petapa yang bisa hidup tanpa makan dan minum,"sahut Andi berkilah.
"I.. i.."
"Plak!"
"Itu cuma alasan kamu saja!"cibir Roni setelah di tepuk pundaknya.
"Sudah! Sudah! Mending kalian siapkan semuanya untuk acara nanti malam,"tandas Rayyan.
***
"Kenapa kamu datang terlambat? Padahal, kemarin yang punya usul buat bikin perayaan, 'kan, kamu,"ujar Rayyan saat Aiden baru saja datang, sedangkan acaranya sudah dimulai dua puluh menit yang lalu.
"Aku ada pekerjaan mendadak. Karena itu aku jadi terlambat,"sahut Aiden seraya mengedarkan pandangan matanya ke sekelilingnya.
"Acara perkenalan keluarga sudah selesai, kamu baru datang. Semua itu adalah keluarga dari kak Sumi,"ujar Rayyan yang melihat Aiden menatap orang-orang yang ada di tempat itu.
"Aku menyapa kakak kamu dulu,"pamit Aiden saat melihat Yuniar. Senyuman tipis terbit di bibir pria rupawan itu.
Aiden berjalan mendekati Hendrik dan Sumi untuk menyapa sepasang pengantin baru itu. Namun mata pria itu tetap mengawasi pergerakan Yuniar.
Yuniar nampak bicara dengan seorang pelayan, lalu gadis itu berjalan menjauhi kerumunan orang-orang yang ada di tempat itu. Melihat Yuniar berjalan menjauhi kerumunan, Aiden pun mengikuti Yuniar.
"Benarkan firasat ku? Tuan punya rencana. Dia ingin Tuan Rayyan mengadakan pesta pernikahan ini hanya untuk mendekati nona Yuniar,"gumam Roni yang dari tadi mengawasi gerak-gerik majikannya. Melihat Aiden yang mengikuti Yuniar.
Yuniar melangkah masuk ke dalam rumah itu seraya menatap ke sekeliling. Mengingat arah toilet yang dikatakan oleh pelayan tadi.
"Suami kakak benar-benar orang kaya. Rumahnya besar dan bagus. Dulu aku cuma bisa melihat rumah sebagus ini lewat televisi. Aku tidak pernah menyangka bisa masuk ke rumah sebagus ini. Dan rumah sebagus ini adalah rumah suami kakak,"gumam Yuniar merasa takjub dengan rumah kakak iparnya.
Yuniar berjalan menuju toilet seraya mengamati isi rumah itu tanpa menyadari Aiden yang mengikutinya. Gadis itu berada di dalam toilet selama beberapa menit. Kemudian keluar dari dalam toilet. Walaupun tadi sudah merapikan penampilannya di dalam toilet, namun Yuniar kembali bercermin di lemari besar yang tidak jauh dari pintu keluar.
"Tidak usah bercermin lagi! Bagaimana pun, calon istri ku tetap cantik, kok,"
"Deg"
Suara bariton yang mendayu lembut ditelinga Yuniar itu membuat Yuniar membulatkan matanya dan membeku di tempatnya berdiri. Seketika jantung Yuniar berdetak kencang tak beraturan. Yuniar tahu betul suara siapa yang menyapa pendengarannya itu.
"Dia? Ini suaranya. Kenapa dia bisa ada di sini?"gumam Yuniar dalam hati. Gadis itu tidak berani menoleh sedikitpun ke arah suara itu berasal.
Melihat Yuniar yang diam membeku, Aiden pun tersenyum smirk. Pria itu berjalan lebih dekat ke arah Yuniar.
"Jadi, kapan kita akan menikah?"bisik Aiden tepat di telinga Yuniar. Bahkan hembusan napas pria itu terasa hangat di leher Yuniar.
"Akkh!"pekik Yuniar spontan mendorong dada Aiden dan menjauh dari Aiden.
"Brugk"
Punggung Yuniar malah terbentur kaca lemari tempatnya bercermin tadi, karena tubuhnya jadi tidak seimbang setelah mendorong Aiden. Aiden tersenyum penuh arti. Pria itu meletakkan kedua tangannya di kaca lemari tempat Yuniar bersandar saat ini. Tepatnya di kanan dan kiri tubuh Yuniar hingga mengunci pergerakan Yuniar.
"Sayang... Jangan berteriak! Kenapa kamu senang sekali berteriak? Apa saat malam pertama kita nanti, kamu juga akan berteriak seperti ini?"tanya Aiden dengan suara lembut dan tenang. Seulas senyuman manis yang menawan menghiasi wajah pria rupawan yang sudah matang itu.
Matang? Buah kali. Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pria matang? Pria yang berusia matang adalah para pria yang akan senantiasa memperlakukan pasangannya atau orang-orang di sekitarnya dengan penuh rasa hormat. Pria ini akan berusaha menunjukkan sikap terbaik pada pasangan, rekan kerja, teman atau juga keluarganya.
"Dasar mesum! Siapa juga yang mau menikah dengan pria petualang cinta seperti dia?"umpat Yuniar dalam hati saat Aiden mengatakan bahwa dirinya akan berteriak di malam pertama mereka.
Gadis itu memalingkan wajahnya tidak mau menatap wajah Aiden yang berada persis di depannya,"Bagaimana ini? Bagaimana caranya agar aku bisa lepas dari dia?"
Yuniar ingin sekali pergi dari tempat itu. Keluar dari kungkungan Aiden, tapi pria itu nampak bergeming di tempatnya. Takut. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Yuniar. Pria yang benar-benar tampan, menawan dan dari kalangan atas. Tapi malah membuat Yuniar ketakutan.
"Jadi, kapan kamu akan menikah dengan aku?Akan aku buatkan pesta pernikahan yang megah untuk mu. Mau bulan madu kemana? Pasti akan aku turuti,"ujar Aiden masih dengan senyumannya yang menawan.
"Si.. siapa yang mau menikah dengan,Tuan? Aku tidak pernah bilang mau menikah dengan, Tuan,"ucap Yuniar tergagap. Wajah Aiden yang begitu dekat membuat jantung Yuniar semakin berdetak kencang tidak beraturan.
"Kemarin kamu sudah mencium aku tanpa izin dari ku. Kamu juga sudah menyita waktu ku karena kamu terkena ulat bulu kemarin. Jadi, kamu mau menikah dengan ku, atau mengganti waktu ku dan ciuman yang kamu curi dariku?"tanya Aiden tersenyum smirk.
"Srett.."
Tiba-tiba Yuniar memerosotkan tubuhnya dan langsung berlari meninggalkan Aiden. Aiden terkekeh kecil menatap punggung Yuniar yang menghilang di balik pintu.
"Dia menggemaskan sekali. Seperti kucing kecil yang manis dan sedikit liar,"gumam Aiden yang benar-benar merasa senang bisa menggoda Yuniar.
Gadis polos yang sama sekali tidak tertarik padanya. Bahkan selalu menghindar dan terlihat ketakutan saat di dekatinya. Namun hal itu malah membuat Aiden tambah senang menggoda Yuniar.
"Tuan sepertinya sangat bahagia bisa menggoda nona Yuniar,"gumam Roni dalam hati yang ternyata mengawasi Aiden dari tempat tersembunyi. Pemuda itu hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan majikannya yang sedang menggoda seorang gadis.
Sedangkan Yuniar merasa sangat lega karena bisa kabur dari Aiden.
"Astagaa.! Dia sudah persis seperti hantu. Dia selalu muncul di mana-mana. Aku semakin takut padanya,"gumam Yuniar bergegas kembali pada keluarganya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued