NovelToon NovelToon
Madu Hitam

Madu Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Reinon

Tidak ada seorang istri yang rela di madu. Apalagi si madu lebih muda, bohay, dan cantik. Namun, itu semua tidak berpengaruh untukku. Menikah dengan pria yang sedari kecil sudah aku kagumi saja sudah membuatku senang bukan main. Apapun rela aku berikan demi mendapatkan pria itu. Termasuk berbagi suami.

Dave. Ya, pria itu bernama Dave. Pewaris tunggal keluarga terkaya Wiratama. Pria berdarah Belanda-Jawa berhasil mengisi seluruh relung hatiku. Hingga tahun kelima pernikahan kami, ujian itu datang. Aku kira, aku bakal sanggup berbagi suami. Namun, nyatanya sangat sulit. Apalagi sainganku bukanlah para wanita cantik yang selama ini aku bayangkan.

Inilah kisahku yang akan aku bagi untuk kalian para istri hebat di luar sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Curhat

"Laki gue itu harus tau semua yang terjadi sama gue," jawab Rei.

Melihat ekspresi ku yang bingung. Rei lalu melanjutkan, "Misalnya nih ya, tiap selesai gue ngajar les, balik ke rumah gue cerita kejadian di les apa aja. Mau penting atau ngga, ya gue cerita. Termasuk curhatan murid-murid gue. Supaya kenapa? Pertama, kalo di kemudian hari ada masalah, suami gue udah tau duduk perkaranya di mana. Jadi bisa belain gue. Tapi ya, kalo gue salah tetap di nasehatin. Nah, kedua gue bisa bertukar pendapat. Jadi, intinya. Kan elu mau curhat nih keknya sama gue. Lu pikir-pikir dulu deh!" jelas Rei.

Aku terkesima dengan penuturannya. Mungkin itu salah satu cara mereka menjalani rumah tangga yang umurnya bukan kaleng-kaleng lagi.

"Gue ngga masalah kok kalo elu harus cerita sama laki elu. Asal jangan dengan yang laen aja," jawabku yakin.

"Kalo soal itu insyaallah aman. Yang ada gue kali yang berdosa nyebarin cerita elu," jawab Rei sambil tertawa.

Aku tersenyum mendengarnya. Tidak salah aku menghubungi Rei. Kebetulan pula dia menemani suaminya. Mungkin Allah sedang menuntunku untuk menyelesaikan masalahku dengan baik dan benar.

Tak ingin menghabiskan waktu lebih lama, aku memulai cerita dari awal aku salah sangka hingga ke masalah utama. Rei menyimak seluruh ceritaku. Dia tidak menyanggah sedikit pun saat aku bercerita.

"Jadi, gimana menurut lu, Rei? Gue harus gimana?" tanyaku selesai mencurahkan isi hati.

"Bentar, gue minum dulu ya."

Aku spontan menatapnya. Perasaan tadi yang bercerita aku, sedangkan dia hanya mendengarkan saja. Seharusnya yang kehausan itu, aku. Rei, Rei. Aku geleng kepala melihat gayanya.

"Udah?" tanyaku sesaat setelah Rei meletakkan gelasnya yang berisi air sejuta umat itu.

"Ho oh!"

"Jadi, gimana menurut lu, Rei?" aku mengulang kembali pertanyaanku dengan nada sedikit mendesak.

Aku ingin tahu pendapatnya mengenai masalah rumah tanggaku ini.

"Udah pasti itu ujian. Artinya elu mau dinaikin levelnya sama Allah SWT," jawab Rei singkat.

"Itu gue juga tau, Rei. Maksud gue gimana cara ngadapinnya?"

"Dave suami elu kan?"

"Jelaslah. Pakek nanya lagi," aku mulai kesal.

"Terus, elu merasa berhak atas semua yang ada pada Dave?"

Aku tertegun mendengar pertanyaan Rei. Aku tidak menyangka dia akan bertanya seperti itu.

"Udah pastilah, Rei. Secara kita sah baik dari segi agama maupun negara. Jadi, gue berhak atas Dave dan Dave berhak atas gue," jawabku.

Rei mengangguk lalu bertanya lagi, "Sebagai istri, lu udah menjalankan kewajiban?"

Kali ini aku tertawa. Meski tidak kuat tapi cukup membuat tubuhku bergetar. Rei menatapku sambil tersenyum. Ditatap seperti itu malah membuatku tidak enak hati.

"Itu juga ngga usah lu tanya, Rei. Gue udah ngejalanin semua kewajiban sebagai istri."

"Ok. Jawaban pertama dan kedua kita anggap benar."

"Maksud lu jawaban gue salah?" aku semakin bingung.

"Gue ngga bilang elu salah tapi gue bilang anggap jawaban elu benar. Artinya, ada opsi jawaban lain dari dua pertanyaan yang tadi gue tanyain ke elu," jelas Rei.

Nada bicaranya lebih pelan dan lembut. Tidak tergesa-gesa. Seolah menuntut ku untuk menyimak setiap kata yang akan dia sampaikan.

"Terus Rei!" aku meminta Rei untuk menjelaskan maksud dari setiap ucapannya.

"Gue bahas jawaban yang kedua dulu ya," jawabnya pelan.

"Mungkin elu udah ngerasa menjalankan kewajiban elu sebagai istri. Katakanlah udah baik atau sempurna. Itu m.enurut elu, ya. Nah, karena itu Allah SWT ngasi lu ujian. Ingin tahu saat ada masalah rumah tangga, elu masih ngelayanin atau menjalankan kewajiban elu sebagai istri atau ngga."

Deg

Penjelasan Rei langsung mengena di hatiku. Aku teringat, saat aku mendapati Dave berselingkuh, aku tidak menjalankan kewajibanku sebagai istri. Seharusnya aku tetap membuat sarapan waktu itu. Meskipun Dave ada atau tidak ada di rumah.

Aku sedikit tertunduk malu. Ternyata aku belum menunaikan kewajibanku sebagai istri dengan baik. Itu kejadian yang aku ingat karena baru terjadi Minggu lalu. Mungkin masih ada kelalaian yang tidak aku sadari. Astaghfirullah, ternyata aku juga salah di sini.

"Untuk jawaban dari pertanyaan yang pertama. Memang benar elu istrinya Dave. Elu berhak atas Dave. Mendapat kasih sayang, dinafkahi, dilindungi, dicukupi segala kebutuhan elu dan masih banyak lagi. Gue rasa ngga ada habis-habisnya kalo ngomongin hak istri," jelas Rei.

Aku menatapnya dengan kebingungan. Baru membahas jawaban yang kedua saja sudah berhasil membuatku malu dan terdiam. Apalagi dengan jawaban yang pertama.

"Jadi waktu Dave melakukan kesalahan, elu langsung ngga terima. Tapi elu lupa, El. Yang paling berhak atas Dave itu siapa?"

"Orang tuanya. Terutama mamanya," jawabku.

"Kenapa mamanya?" tanya Rei.

"Mamanya yang sudah mengandung dan melahirkan dia," jawabku.

"Ok. Emang papanya ngga ada hak atas dia? Bukannya kalo ngga ada papanya, Dave juga ngga bakalan ada."

Deg

Lagi-lagi ucapan Rei mengena di hati. Perasaanku jadi ngilu. Seolah aku terdakwanya di sini.

"Gue bukannya mau menghakimi elu, El. Cuman gue mau ngingetin elu aja," Rei seolah tahu apa yang sedang kurasa.

Aku mengangguk menyiratkan padanya bahwa aku baik-baik saja.

"Tapi bukan itu juga jawabannya," ucap Rei santai sambil menyesap minumannya.

"Hah! Jadi apa?" tanyaku bingung.

"Yang berhak atas Dave itu Allah SWT."

Deg

Deg

Sumpah. Kali ini jantungku berdetak lebih kencang. Rei berhasil membuatku tak berdaya. Tanpa terasa cairan bening turun membasahi pipiku. Bagaimana bisa aku lupa bahwa pemilik sesungguhnya setiap makhluk adalah Yang Maha Pencipta.

"Elu emang istrinya. Elu berhak untuk marah tapi ingat ada yang lebih berhak lagi. Siapa kita yang berhak menghakimi seorang makhluk. Allah saja Maha Penerima Taubat, masa kita tidak bisa ikhlas menerima kesalahan orang lain. Biarlah yang memutuskan baik dan buruknya itu Allah SWT. Kita jalankan saja apa yang menjadi kodratnya kita," jelas Rei panjang lebar.

Benar yang dikatakan Rei. Bayangkan jika Allah SWT tidak menerima tobat dan tidak mengampuni kita yang berdosa. Apa jadinya kita ini? Rei berhasil menembus kalbuku yang buntu. Sungguh aku tidak menyangka mendapat jawaban dari seorang kenalan jauh. Tak salah aku bercerita pada Rei.

Kesalahan Dave membuatku sakit hati tapi apa hak ku memendam dan melampiaskan amarah padanya. Benar juga kiat-kiat yang ku baca di artikel kemarin. Kurang lebih isinya seperti ini: Setiap rumah tangga pasti ada ujiannya. Seperti apa ujiannya semua berbeda-beda. Insyaallah semua bisa dilalui jika kita memiliki iman yang kuat.

Rei membiarkan aku menangis. Dia mengusap punggung untuk menenangkan. Ikhlas. Ya, aku harus ikhlas. Tapi bagaimana cara menyelesaikan masalah kami? Bagaimana cara melepaskan Dave dari si pelakor itu?

1
Melati Putri
lanjut thor
Melati Putri
kok jadi ke film cina, kaisar dong hua
lilhyanaaaa
Duh, kalau dikasih pilihan 1 antara jalan-jalan atau baca cerita ini, pasti saya milih ini 😍
douwataxx
Recomended banget buat yang suka genre ini.
Henry
Alurnya mengalir lancar, sulit untuk berhenti membaca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!