............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Dandy membawa Jade ke sebuah apartemen di wilayah Changi. Dia terpaksa menunda penerbangannya ke Melbourne karna harus menyelesaikan masalah Jade terlebih dahulu.
" Sekarang katakan...kenapa kau meminta bantuanku? Bukankah aku sudah memperingatkanmu sebelumnya?" Tanya Dandy lugas.
" Maaf Tuan...." Jawab Jade yang langsung disela oleh Dandy.
" Berhenti memanggilku Tuan. Kau bukan pelayanku, Jade." Sentak Dandy.
" Lalu aku harus memanggil apa...? Om...paman...kakak atau abi..?" Jawab Jade.
" Abi saja dan aku akan memanggilmu Umi." Jawab Dandy kemudian mengerlingkan matanya ke arah Jade.
" Ih ogah...amit amit jabang bayi tujuh turunan." Jawab Jade sambil mengusap usap perutnya.
" Berhenti bercanda Jade, aku tidak punya banyak waktu." Sambung Dandy kemudian sambil menggenggam erat tangan Jade meminta kepastian.
Dengan bibir yang gemetar, Jade memberanikan diri untuk menjawab: " M...m..mas..., ah ya Mas. Aku akan memanggil Tuan.., eh maksudku Mas."
Dandy hanya mengangguk dan kembali meminta jawaban dari Jade.
" Katakan kenapa akhirnya kau mencariku? Bukankah kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk kabur dariku?"
" Tidak...itu tidak benar. Aku ke sini karna ingin mencari tahu sesuatu." Jawab Jade.
" Kemarikan passportmu." Pinta Dandy.
" Untuk apa?" Jawab Jade.
" Berhenti bertanya ini dan itu. Lakukan saja yang aku perintahkan." Cetus Dandy geram.
Jade yang mulai takut dengan perubahan emosi Dandy segera memberikan passportnya. Kemudian Dandy membukanya dan menunjukkan kepada Jade alamat yang tertera di passport yang menjadi alamat domisili Jade di Singapura.
" Apa kau pernah ke sini?"
" Tidak. Tapi itu alamat yang sama persis seperti yang ibu tulis. Katanya itu adalah rumah kami dulu, dan aku bisa tinggal di sana." Jawab Jade.
" Haaaaahh....."
Dandy membuang napas kasar dan melanjutkan ucapannya.
" Dengarkan aku baik-baik karna aku tidak akan mengulangi perkataanku."
Jade kemudian menegakkan duduknya sambil matanya tajam menatap manik mata pria di depannya.
" Jade...memang benar jika dulu, itu adalah rumah ibumu. Tapi semenjak kepergian ibumu, rumah itu dikuasai oleh Ong Hong Chan, adik kandung ayahmu, ayah kandung Marry teman sekelasmu sekaligus ART di rumah Paman Sammy. Mereka bekerja sama dengan sekte Burnrose untuk mendapatkanmu dan menjadikan darahmu sebagai campuran obat penawar racun ular."
Jade membelalakkan matanya dan mulutnya melongo dengan sangat epic. Kesadarannya mungkin saja bisa hilang jika Dandy tidak segera mengerucutkan bibir Jade dan berkata: " Tutup mulutmu, aku tidak mau tersedot masuk ke dalamnya."
" Tapi tuan...eh..mas.., maksudnya aku dan Marry sepupu?" Tanya Jade girang.
" Kenapa kau bahagia sekali?" Dandy yakin jika Jade belum mengetahui bahwa dalang dibalik tersebarnya foto one night stand itu adalah Marry.
" Itu berarti aku punya teman sekaligus saudara perempuan." Tukas Jade.
Aaaakkhhhhh....
Jade sontak berteriak karna tiba-tiba saja Dandy menyentil keningnya sangat keras.
" Louzy Girl... Dia itu dalang dibalik viralnya one night stand kita." Sambung Dandy.
" Whaaaaaaatt......!" Teriak Jade.
" Stooop. Kau bisa merusak gendang telingaku." Ucap Dandy.
" Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan. Kenapa semua orang jahat kepadaku?" Lirih Jade.
" Aku tidak. Asal kau mau mengikuti semua aturanku." Balas Dandy.
" Aturan apa?"
" Lupakan tujuanmu datang ke sini dan ikut denganku ke Melbourne." Jawab Dandy.
" Haaaah....! Aku ngapain di sana?"
" Mencuci otakmu dengan detergent agar lebih pintar." Jawab Dandy sambil melenggang pergi. Dia berniat pergi ke dapur untuk membuat kopi karna Shawn tinggal di apartemen sebelah jadi tidak ada yang akan membantunya.
" Maaass....tunggu." Panggil Jade.
" Apalagi ?" Jawab Dandy tanpa berbalik. Dia menyalakan mesin coffee maker dan menunggu mesinnya mulai memanas.
" Tapi klo aku ikut ke Melbourne. Aku ngapain di sana?"
" Jade..., kamu itu masih muda. Seharusnya fokus dengan sekolahmu bukan kabur-kaburan seperti ini." Dandy menatap Jade lekat, entah kenapa dia ingin sekali mengutarakan tentang status mereka saat ini, tetapi bibirnya kelu.
" Mas.., sebenarnya usiaku sudah 18 tahun. Jadi mana mungkin jika aku harus mengulangi jenjang SMA lagi." Jawab Jade sambil menunduk.
" Karna itu aku akan membawamu ke Melbourne. Kamu bisa melewati jenjang percepatan, dan aku yakin kamu pasti bisa lulus dengan cepat. Setelahnya kamu bisa langsung masuk university." Jawab Dandy sambil merengkuh pundak Jade.
" Jade...jika kami ternyata menyembunyikan suatu rahasia besar, apa kamu akan pergi lagi dariku?" Tanya Dandy.
" Entahlah. Tetapi aku sebenarnya bingung akan satu hal?" Jade mendongak dan menelisik ke dalam mata Dandy. Mencoba meyakinkan hatinya tentang perasaannya selama ini.
" Awalnya aku pikir, aku menyukai Joe. Ada getaran aneh saat didekatnya."
" Getaran seperti apa?" Tanya Dandy.
" Entahlah...., aku merasa jantungku berdetak sangat cepat dan merasa sangat takut saat dia mendekatiku. Seperti perasaan hilang kesadaran atau sejenisnya, dan itu membuatku refleks akan segera menjauh darinya." Sambung Jade.
" Lalu..?" Tanya Dandy.
" Tapi saat di dekat mas Dandy, aku merasakan hal lain. Seperti saat aku di dekat ayah dan Pak Sammy. Ya..... tadinya aku bingung saat pertama kali bertemu dengan Pak Sammy aku seperti melihat kilatan bayangan masa lalu. Aku seperti melihat ada seorang anak laki-laki kecil dan seorang gadis kecil yang wajahnya mirip sepertiku sedang bermain denan ular -ular berwarna ungu." Jade menjeda sejenak ucapannya.
" Maksudmu kau merasa nyaman saat di dekatku?"
" Sedikit." Jawab Jade.
" Sedikit katamu?" Sambung Dandy.
" Ya..., seperti itu. Bahkan setelah malam itu aku sama sekali tidak merasakan takut saat harus bertemu lagi dengan mas Dandy." Papar Jade.
" Jade...jika aku berkata, ayahmu dan kakekku sudah menikahkan kita, apa kau percaya?" Tanya Dandy.
" Mungkin...., sebenarnya saat malam itu aku bermimpi aneh." Sambung Jade dengan pipi yang bersemu merah.
Dandy kemudian tersenyum saat melihat rona merah di pipi Jade. Dia tahu, jika istri kecilnya pasti sedang memikirkan sesuatu yang " cukup indah."
" Tidak usah dijelaskan. Melihatmu tidak ketakutan saat di dekatku, itu sudah membuatku sangat lega."
" Mas....., apa kau tahu jika malam itu aku melihat mas Dandy memuntahkan darah karna dikelilingi banyak ular berwarna ungu." Jade berusaha mengingat mimpi mimpi di malam itu.
Dandy kemudian memegang kedua pipi Jade dan mengusapnya perlahan.
" Apa kau mencemaskanku?"
" Tidak sama sekali. Nggak usah GR." Jawab Jade yang justru membuat Dandy semakin tergelak.
" Jadi apa keputusanmu? Aku sudah lama meningalkan perusahaan di Melbourne dan harus kembali secepatnya." Dandy menatap manik mata biru Jade.
" Apa mas Dandy tidak keberatan jika aku meminta untuk merahasiakan keberadaanku dari keluarga di Indonesia?" Pinta Jade.
" Tentu. Tapi tidak dengan ayahmu dan paman Sam. Karna aku sudah memberi tahu mereka jika aku akan membawamu ke Melbourne."
" Iihh curang. Kenapa bertindak tanpa seijinku?" Rengek Jade manja.
" Lalu apa kau pikir kepergianmu dari mansion itu sikap terpuji? Apa kau tahu seperti apa kondisi Joe yang sudah hampir gila saat tidak menemukanmu di apartemennya?" Dandy mencoba meredam amarahnya saat dia harus mengingat bagaimana pontang pantingnya mereka mencari keberadaan Jade hingga bodyguard Jade melaporkan ada data penumpang yang dirahasiakan di penerbangan ke singapura hari ini.
Dari situlah Dandy berencana meminta bantuan temannya yang bekerja di Changi Airport untuk membantunya mencari data penerbangan pesawat dari Indonesia hari ini dan menyuruhnya untuk mengawasi penumpang yang mencurigakan. Tidak disangka Dandy malah menemukan Jade saat masih berada di kabin pesawat.
Sementara Jade justru semakin menunduk dan berusaha menghapus air matanya yang mulai menetes membasahi pipi ayunya.
" Sudahlah...jangan menangis. Mari kita jalani semuanya dari awal. Dan belajarlah untuk menjadi dewasa. Pikirkan dahulu akibat yang akan kamu dapat sebelum mengambil suatu keputusan." Dandy merengkuh Jade dalam pelukannya dan mengecup pucuk kepalanya yang tertutup hijab.
____________ TBC ________________