Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sampai di rumah Angga, Aji duduk di bale beranda rumah menatap ke arah berlawanan dari kedatangan Angga dan paman. Tidak ada Nuri disana membuat Angga bertanya-tanya dalam hati.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam." Aji menjawab dan langsung menoleh ke arah Angga.
"Aji, kamu sendirian aja disini?"
"Tadi sih berdua sama Mbak Nuri. Barusan dia pamit pulang mendadak ada keperluan lain. Oh iya, ini bajunya Nihaya. Ibu sama Bapak apakah lagi pergi? soalnya aku sama Mbak ngasih salam berkali-kali tidak ada sahutan."
"Oh, ibu sama bapak seharusnya ada di rumah Ji. Mereka gak ada pamit kemana-mana. Lagipula kalau pergi, ibu bisa kerepotan membawa bapak. Coba aku cek dalam ya, takutnya mereka gak dengar salam kalian."
"Iya Mas. Mas habis darimana?"
"Dari nyari kerjaan, alhamdulillah sudah dapat. Kamu mau teh apa kopi?"
"Tidak usah Mas Angga," Aji menyanggah dibuatkan minuman oleh Angga. Angga kira Aji bakal meneruskan kalimat bahwa dia tidak akan berlama-lama disini. Namun Aji masih duduk santai di depan seakan-akan pemuda itu masih lama bertamu disana.
"Aku bikin kopi aja ya."
"Nggih Mas, matur suwun. Maaf jadi merepotkan." Aji nyengir. Angga pun ikut tersenyum kecil. Dulu Angga dan Aji disekat kecanggungan parah karena Angga yang kurang setuju dengan hubungan adiknya. Tetapi sekarang keadaan berubah, keduanya menjadi lebih akrab. Hal tersebut membuat paman yang berada disitu membandingkan dulu dan sekarang sebagai topik menemani Aji ngobrol selagi Angga masuk ke dalam.
Angga memeriksa keadaan bapak dan ibunya yang dibilang tidak ada dirumah. Ternyata bapak ada di dalam kamar tertidur, sedangkan ibu tidak ditemukan eksistensinya di rumah. Angga membuka pintu belakang, memanggil-manggil ibunya sembari tangan meracik kopi
"Bu.. "
"Ibu.. "
"Angga, kamu sudah pulang rupanya le." Ibu datang dari arah ladang. Perempuan paruh baya itu membawa daun-daunan yang tak seberapa. Langkahnya tertatih-tatih. Ibu semenjak tahu Angga sudah tidak bekerja lagi langsung ancang-ancang untuk tidak banyak membebani putranya. Maka ibu sedikit demi sedikit mencari bahan makanan dari kebun belakang.
Angga tentu tidak memberitahu soal pekerjaannya yang terhenti kepada ibunya karena khawatir menjadi beban pikiran. Namun ibu tetap tahu lewat tak sengaja mendengar percakapan Angga dengan paman. Terlebih bibi juga kadang-kadang keceplosan. Maka dari itu, Angga tidak bisa menyembunyikan apapun.
"Ibu darimana?"
"Ibu habis petik daun pepaya sama cabai di sana buat masak sore ini. Kamu sudah makan siang nak?"
"Sudah bu. Ibu jangan capek-capek. Sudah hentikan, aku saja yang masak buat sore ini ya. Alhamdulillah bu, aku sudah diterima bekerja lagi jadi sopir pengiriman."
"Alhamdulillah ya Allah." Mata ibu berkaca-kaca, kedua tangannya mengadah seraya mengucap rasa syukur.
"Bu, di luar ada Aji. Sebenarnya sama Mbak Nuri juga, mereka berdua mengira di rumah tidak ada siapa-siapa karena salamnya tidak ada yang menyahut. Tapi Mbak Nurinya sudah pulang karena ada urusan lain."
"Oalah, ibu mungkin tadi dibelakang sana gak denger. Yasudah ibu mau temui nak Aji dulu ya le. Itu kopi buat dia bukan? biar ibu yang bawa ke depan."
"Iya bu."
Ibu berlalu membawa secangkir kopi menemui Aji di depan, sementara itu Angga mampir dulu ke kamar sebentar sebelum akhirnya ikut nimbrung di depan yang sudah ramai dicampuri kedatangan bibi.
Bibi yang ada niatan terselubung langsung datang ke rumah Angga ketika tahu ada Nuri disana lewat informasi paman. Bibi mau jadi mak comblang antara keponakannya dan bu polwan yang menawan hati. Paman dan bibi sudah curiga Angga menaruh hati pada Nuri, maka kedua orang itu ingin menjadi jembatan perjodohan mereka. Sebelumnya paman dan bibi juga sudah mencari tahu informasi tentang Nuri yang ternyata masih jomblo.
"Tuh yang lagi di omongin keluar juga." Paman memyambut kedatangan Angga dari dalam rumah.
"Lagi ngomongin apa emangnya?"
"Lagi omongin kamu yang suka sama Mbak Nuri." Bibi menjawab, membuat Angga kaget dan tersipu. Ia segera membantah.
"Huh kata siapa?" begitu katanya sambil cengar-cengir.
"Kata matamu. Matamu itu lho gak bisa bohong. Kalau kamu lagi menatap Mbak Nuri beuuh.. dalem banget. Mbak Nuri ngomong kesana-kemari, kamu malah sibuk terpana."
"Ah bisa aja nih bibi. Nggak gitu juga."
"Suka juga tidak apa-apa Mas Angga. Aji malah mendukung penuh niat itu. Langsung bilang aja jangan pakai lama. Bukan apa-apa, cuma takut keduluan orang aja nanti." Kali ini Aji menyambar, mencampuri, sekaligus memberi semangat percaya diri kepada Angga bahwa tidak ada salahnya menyatakan perasaan.
Angga gamang dan tidak menyangkal lagi. Apa iya dia harus menyatakan perasaan kepada Nuri? jujur, dia belum berani melakukan itu sebab dipikirannya masih berfokus pada persidangan. Angga ingin menyaksikan dulu Balong dihukum seberat-beratnya.
"Bagaimana nanti lah." Jawab Angga penuh senyum dengan pandangan penuh arti. Tidak lama terdengar suara gaduh dari arah kamarnya, membuat laki-laki itu berpamitan lagi ke dalam rumah.
Suara berisik itu berasal dari dalam lemarinya. Benda yang diambil Angga dari Balong bergerak-gerak seperti burung ingin keluar dari sangkarnya tapi tidak bisa.
Aku harus segera memusnahkan benda ini.
"Apa itu nak?" Paman tiba-tiba nongol seperti hantu. Angga kaget dibuatnya.
"Paman, ini beneran paman kan?! "
"Iya benar ini paman. Tuh liat, perhatikan secara seksama."
Diperhatikan memang betulan paman. Lagipula tadi paman penasaran Angga tiba-tiba masuk saat terdengar suara gaduh.
"Apa itu?" Paman bertanya lagi.
"Ini jimat Balong biar bisa kebal. Aku diam-diam mengambilnya saat bertarung dengannya. Bantu aku memusnahkannya paman."
"Baiklah, kalau begitu malam ini sekalian tutup mata batin kamu, kita hancurkan juga benda itu."
...***...
Di tempat kerja Nuri.
"Hmm, bagaimana ini?" keluh Nuri sembari menghela nafas berat.
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶