Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Davendra
Davendra seperti sudah diberikan obat kuat. Kemarahan, rasa cemburu membuat dia ngga bisa melepaskan istrinya lagi untuk bekerja hari ini.
Saat istrinya terlelap, Davendra menelpon tantenya dan bermaksud meminta ijin agar istrinya dibolehkan ngga kembali ke rumah sakit.
"Kamu bawa istrimu kemana?" tuduh dokter Astuty langsung.
"Ke hotel, tante," kekehnya pelan. Ngga ingin istrinya terbangun.
"Antar dia ke rumah sakit?"
"Tante, kasian istriku. Dia kelelahan."
Dokter Astuty mendengus kesal.
"Oke. Hari ini dia boleh mendapatkan ijin hari ini." Dokter Astuty tau mental Retania sedang tidak baik baik.saja.
Karena itu dia meminta Retania standby di ruang bayi saja.
"Jangan ganggu dia terus." Dokter Astuty memberikan peringatan keras.
Davendra hanya terkekeh.
Ngga mungkin dia membiarkan istrinya terlelap, sementara hukumannya belum selesai.
Setelah itu dia pun menelpon sekretarisnya.
Kepada Lilis pun dia mengabarinya agar mengganti jadwal meeting di besok pagi saja.
Hari ini dia ngga ingin diganggu.
Melihat istrinya tertidur pulas, hatinya merasa amat sangat bahagia. Kemarahannya yang meluap sudah hilang entah kemana.
Davendra kembali menunduk, mendekati bibir yang membuatnya sangat nyandu.
"Hukuman yang sangat menyenangkan, bukan?" bisiknya lagi ketika istrinya meng g eli at dan sepasang mata itu terbuka redup dan sayu.
"Setiap kamu kedapatan dekat dengan laki laki lain, hukuman ini yang akan kamu dapatkan."
Retania ngga bisa protes, suaranya malah terdengar meri ntih karena setelah mengucapkannya, Davendra melakukannya lagi.
Tubuh Retania terasa luluh lantak. Efek kecemburuan suaminya sangat mengerikan.
Davendra hanya memberikannya jeda sebentar sebelum kemudian menghabisinya lagi. Suaminya terlalu per kas a buatnya.
*
*
*
Devandra mengantarkannya ke rumah sakit pagi ini dari hotel tempat mereka menginap.
Mereka tidak sempat pulang ke rumah. Davendra yang ngga memberikannya kesempatannya.
Tapi laki laki itu sudah meminta art di rumah mengirimkan pakaian ganti mereka ke hotel.
Sekali lagi Retania melihat dirinya di cermin hiasnya.
Wajahnya terlihat pucat dan lelah. Ini melebihi bulan madu mereka. Davendra ngga memberikannya waktu beristirahat yang cukup.
"Mungkin kamu harusnya minta ijin sehari lagi?" canda Davendra dengan wajah sangat cerah. Laki laki ini seolah sudah diberikan imun yang sangat banyak setelah berci n ta dengannya dari kemaren hingga tadi malam.
Saat suaminya memintanya pagi ini, Retania terpaksa mengancamnya, ngga akan memberikannya besok besok lagi.
Retania menyesal, kenapa ngga sejak tadi malam saja dia mengancam laki laki man iak itu.
"Nggak!" Retania melototkan matanya pada suami yang ngga punya perasaan itu.
Davendra terkekeh. Dia senang melihat reaksi marah Retania. Tapi lebih suka mengingat reaksinya kemaren.
Sekarang dia sudah lebih tau bagaimana mengeksplor bagian yang membuat istrinya semakin melayang. Juga dirinya sendiri.
Davendra mengusap rambut istrinya yang masih basah dengan lembut. Kemudian menarik pelan beberapa helainya dan mendekatkan ke hidungnya
"Harum banget," pujinya dengan tatapan lembutnya.
Retania terpana sesaat sebelum tersadar kalo kini laki laki itu sudah menge c up sekilas bibirnya.
"Salahkan dirimu sendiri yang membuatku nyandu dan sulit melepaskan," ucapnya tanpa merasa bersalah.
Walau manyun, Retania menghapus sedikit bercak lipstiknya yang menempel di ujung bibir suaminya.
Waterproof yang ngga sempurna.
"Biar aja mereka tau, kalo aku habis menc i um bibirmu." seringai nakal tercipta di wajahnya.
"Terutama rekanmu itu."
Retania menghembuskan nafas panjang.
Masih saja cemburu.
Retania ngga menggubrisnya, tetap saja mengusapnya hingga hilang. Kemudian dia beralih oada bibirnya sendiri.
Setelah sedikit merapikannya, dia pun bergegas membuka pintu mobil. Davendra terus memperhatikan istrinya dengan wajah penuh senyum.
*
*
*
Sambil bersenandung, Davendra melangkah keluar dari pintu lift.
Para staf perempuan melihat dengan tatapan terpesona.
Setelah menikah aura ketampanan bosnya makin menjadi jadi.
Davendra yang merasa sangat senang tidak memperhatikan seorang gadis dengan dandanan pegawai kantoran ada di dekat meja sekretarisnya
"Davendra."
Lilis yang hendak menyapa bosnya jadi terdiam.
Davendra tersadar, ternyata Kemala datang lagi ke perusahaannya.
Kemarin kemarin Davendra masih marah melihat perempuan itu. Tapi sekarang perasaannya datar saja.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Lebih baik ngga usah. Lilis, kalo Kemala datang lagi, kamu yang urus," ucapnya sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya.
"Sebentar, Davendra. Kita harus bicara." Kemala menahan tangan mantan kekasihnya.
Davendra menepisnya kasar.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu," sentaknya dengan tatapan tajamnya.
"Panggil aku tuan Daven," bentaknya lagi.
Lilis sampai ternganga. Dia masih tetap sopan memperlakukan Kemala, karena gadis itu dulunya mantan kekasih tercinta bosnya. Selain itu Kemala adalah sekretaris rekan bosnya.
Dia merasa kasian dengan perempuan ini yang ditinggalkan bosnya begitu saja.
Bahkan bosnya sudah menikahi gadis lain yang merupakan dokter magang di rumah sakit milik keluarga bosnya.
Hatinya bertambah heran karena bosnya seperti ji-jik melihat Kemala sekarang. Padahal dulu dia lah yang selalu diminta mencarikan bunga bunga segar yang indah buat gadis itu.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi?
Banyak tanda tanya berputar putar di kepalanya.
Kemala pun terpaku mendapat perlakuan kasar Davendra.
Dia masih terlalu oercaya dengan cinta laki laki itu yang teramat besar padanya, hingga sangat yakin kalo Davendra bakal memaafkannya.
Ternyata dia salah?
Lilis bingung melihat Kemala akhirnya pergi dengan wajah tertunduk dan menahan tangis.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi?
Bosnya beneran sudah membuangnya?
Lilis juga ngga mungkin menyalahkan istri bosnya, karena dokter muda itu juga terlihat baik dan ramah.
Mungkin memang bosnya yang sudah bosan.
Lilis akhirnya masa bodoh dan melanjutkan pekerjaannya lagi.
*
*
*
Bisa kita ketemu?
Retania baru saja beristirahat setelah kesibukannya mengurus para bayi bersana para suster selesai mereka kerjakan.
Setelah para bayi tersebut bisa terlelap dengan pempers yang kering dan perut yang kenyang dengan asi para ibu yang sudah disimpan di tempat pendingin khusus.
Kondisi tubuhnya masih terasa remuk. Hukuman dari suaminya, sangat menguras tenaganya.
Retania hampir saja mengabaikan pesan dari nomer yang ngga dia kenal. Tapi video yang dikirimkan nomer ngga dikenal itu memancing rasa penasarannya.
Dan nafasnya langsung tercekat ketika melihat video suaminya yang sedang berci u man dengan seorang perempuan.
Rasanya dia pernah melihat wajah perempuan itu. Tapi dia lupa, kapan dan dimana.
Bisa kita bertemu?
Retania bimbang. Dia butuh waktu cukup lama untuk mengiyakannya.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan