(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembullyan Di Sekolah
Di ruang kelas Sheila terus melamun, memikirkan nasibnya kedepannya. Terjebak pernikahan di usia remaja bukan sesuatu yang menyenangkan baginya. Terlebih, suaminya adalah tunangan kakaknya sendiri. Gadis itu terus terdiam, hingga tepukan lembut mendarat di bahunya.
"Kau baik-baik saja, kan? Sejak tadi aku lihat kau terus melamun."
Rayhan, salah seorang siswa laki-laki yang merupakan teman Sheila satu-satunya di sekolah. Rayhan adalah satu dari sekian banyak siswa populer di sekolah. Wajahnya yang baby face membuat banyak siswi mengagumi sosok Rayhan yang sangat tampan namun misterius.
"Aku tidak apa-apa, Ray... Aku hanya merindukan Kak Shanum saja."
Rayhan kemudian duduk di samping sahabatnya itu, menatap wajah gadis berkacamata itu lekat-lekat. Sheila adalah seorang anak yang tertutup dan sulit bergaul. Penampilannya yang culun membuatnya sering menjadi bahan ledekan dan tak jarang mengalami perlakuan tak mengenakkan dari siswa-siswa lain.
Dia pun dikucilkan dan dijauhi oleh anak-anak lain. Kehadiran Rayhan dalam hidupnya bagaikan oase di gurun pasir. Hanya Rayhan seorang yang mau berteman dengannya.
Sheila menghela napas panjang dengan matanya yang kembali berkaca-kaca, mengenang Shanum, sang kakak yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang, telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Shanum dan Sheila adalah anak yatim piatu. Sheila tidak pernah mengenal siapa orang tua kandungnya, karena sejak kecil, Shanum lah yang merawatnya, bersama ibu angkat mereka yang sudah lebih dulu menghadap yang kuasa. Bahkan, Sheila tidak punya foto kedua orang tua kandungnya.
"Bersabarlah, semua akan baik-baik saja," ucap Rayhan mencoba menghibur Sheila. Sheila pun merespon dengan anggukan.
Seorang guru kemudian masuk kedalam kelas, ruangan yang tadinya riuh itu tiba-tiba menjadi hening.
"Selamat pagi anak-anak," sapa sang guru.
"Selamat pagi Bu Guru..." jawab para siswa itu.
"Anak-anak, hari ini akan ada pemeriksaan kesehatan untuk siswa kelas tiga dari rumah sakit Cipta Harapan," ucap guru itu pada murid-muridnya. "Jadi jam istirahat semua harus ke aula."
"Baik, Bu...!" jawab siswa siswa itu bersamaan.
Rumah Sakit Cipta Harapan? Itukan rumah sakit tempat Kak Marchel praktek. Apa dia juga akan ada di sana? batin Sheila.
Jam belajar pun di mulai. Hari-hari berat sudah menanti gadis kecil itu. Tertinggal banyak pelajaran selama dirawat di rumah sakit, membuatnya harus belajar lebih giat. Namun, akan ada sosok Rayhan yang selalu siap membantunya.
****
Jam istirahat tiba...
Para siswa kelas tiga berbondong-bondong menuju aula yang terletak di tengah-tengah bangunan sekolah bergengsi itu. Sheila melangkahkan kakinya dengan malas menuju aula.
Bukan tanpa sebab, gadis itu tidak ingin ketahuan oleh siswa lain jika dirinya sudah menikah. Dan suaminya adalah salah seorang dokter dari rumah sakit yang dijadwalkan akan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk para siswa kelas tiga siang itu.
Sheila dan Rayhan memasuki gedung aula itu dan duduk di kursi tengah. Di depan sana sudah ada beberapa dokter yang sedang mempersiapkan peralatannya. Salah satu dari beberapa dokter itu adalah Marchel. Sheila menundukkan kepalanya ketika melihat Marchel ada di sana.
Beberapa siswi saling berbisik memuji ketampanan seorang dokter pria yang duduk di depan sana. Sheila yang mendengar bisik-bisik itu hanya terdiam.
"Coba lihat! Dua dokter yang duduk di ujung itu benar-benar keren, ya..." kata seorang siswi.
"Iya... Mereka sangat tampan. Aku pasti akan jadi orang paling bahagia di bumi ini kalau bisa berjodoh dengan orang seperti itu," sahut salah seorang siswi lainnya.
"Aku ingin salah satu dari mereka yang memeriksaku."
"Aku juga..."
Kalau mereka tahu laki-laki yang sedang mereka bicarakan itu adalah suamiku, mereka pasti akan semakin menghinaku. Ya, aku seorang gadis jelek dan culun ini bisa menikah dengan seorang dokter yang nyaris sempurna seperti Kak Marchel. Mereka akan menganggap itu sebuah kutukan untuk Kak Marchel. batin Sheila.
Kegiatan pun di mulai, siswa-siswa bergantian mendapat giliran untuk diperiksa. Hingga tibalah giliran Sheila yang maju ke depan sana. Saat melewati sebuah kursi, seorang teman sekelasnya yang sering mengerjai habis dirinya mencegat kakinya. Sheila pun jatuh tersungkur di lantai, memegangi kakinya yang terasa sakit.
Seketika ruangan itu riuh oleh tawa para siswa yang menggema di setiap sudut ruangan itu. Mereka sedang menertawakan gadis culun yang terjatuh itu. Seperti biasa, Sheila yang sudah biasa mendapat perlakuan itu hanya diam seraya membetulkan posisi kacamatanya yang bergeser.
Marchel yang melihat kejadian itu segera berdiri dari duduknya bermaksud ingin menolong Sheila. Namun, dirinya kalah cepat dari Rayhan yang langsung berjalan dengan cepat ke arah Sheila.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Rayhan yang sudah berjongkok di depan gadis itu. Rayhan kemudian menatap tajam pada Maya, siswi paling populer di sekolah yang selalu mengerjai Sheila.
"Aku tidak apa-apa, Ray!"
Sekilas Sheila melirik Marchel yang mematung di sana, lalu kembali menundukkan kepalanya.
Sekarang Kak Marchel tahu seperti apa aku diperlakukan di sekolah ini. Kalau orang-orang tahu aku adalah istrinya, dia pasti akan sangat malu. Lihat kan, dia bahkan tidak bereaksi melihatku terjatuh.
Rayhan membantu Sheila berdiri, lalu membantunya berjalan menuju dokter yang duduk di ujung. Marchel mengepalkan tangannya melihat kedekatan Sheila dengan teman laki-lakinya itu.
Entah untuk alasan apa dia merasa tidak senang melihat kedekatan mereka. Namun, Marchel menutupinya dengan kediamannya.
Sheila kemudian duduk di depan Marchel, tidak berani menatap wajah suaminya itu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Marchel dengan suara pelan nyaris berbisik. Sheila pun hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Apa kau sering mendapatkan perlakuan seperti ini di sekolah?" tanyanya lagi.
Tidak ingin semakin membuat Marchel malu, gadis itu kembali menjawab dengan gelengan kepala. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Sheila. Sepanjang Marchel memeriksanya, ia hanya mampu berdiam diri seraya menundukkan kepalanya.
Dan, akhirnya gadis pendiam itu selesai diperiksa. Rayhan kembali menghampirinya dan membantunya kembali ke kursi tempatnya duduk tadi. Marchel pun kembali dihinggapi perasaan yang aneh. Namun, laki-laki itu kembali menutupi perasaan anehnya dengan diam.
Seorang dokter pria yang merupakan rekan Marchel kemudian mendekat padanya dan berbisik pelan, "Marchel, itu kan Sheila?"
Sambil mengangguk pelan, Marchel menjawab, "Iya. Itu Sheila."
Marchel kemudian mengarahkan pandangannya pada sosok gadis yang menjadi istrinya itu. Kemudian menatap tajam pada siswa laki-laki yang selalu menempel pada Sheila.
Ada apa denganku? Kenapa aku merasa tidak suka melihat Sheila dekat dengan anak laki-laki itu. Padahal aku sendiri belum bisa menerimanya sebagai istriku.
******
Bersambung