Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebaikan di balas kebaikan
"Sekarang gue nggak perlu takut bersaing, to sudah nggak ada lagi saingan gue di sekolah maupun di rumah, dan gue yakin banget Tamara udah nggak mungkin lagi nginjakin kakinya di sekolah...uhhhh...yes...senangnya hatiku" sorak Tamariska.
Tamariska memang adik kembar yang paling jahat hatinya, dia dengan teganya akan menghalalkan segala cara untuk dapat menyingkirkan sang kaka kembarnya dari keluarganya. Padahal sang kaka kembarnya tidak pernah sedikit pun mengusik kehidupannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah Rumah berlantai empat, rumah yang begitu megah dan mewah, seorang pria sedang duduk bersandar di balkon kamarnya. Dia senang menikmati suasana malam hari yang di guyur oleh hujan lebat dan angin kencang di sertai petir yang menyambar-nyamba, udara dingin di sekitarnya tidak menyurutkan suasana hatinya untuk tetap menikmati suasana malam itu.
"Kenapa hujan dan angin serta guntur terus terjadi, membuat malam ini di liputi rasa kesepian seakan-akan ada kesedihan dari alam, menambah suasana makin mencekam, coba saja seandainya kalau sudah punya isteri pasti cocok nih suasananya" lirih Jemmy pada dirinya sendiri.
"Astaghfirullah....kenapa aku jadi memikirkan gadis itu ya, dan bayangannya terus saja datang menghantui disaat aku sendirian, ahhh....apa aku merindukannya?" Monolog Jemmy.
Jemmy terus mengepulkan asap rokoknya, hinggah sudah habis setenggahnya, Jemmy bukan perokok berat tapi dia akan merokok di saat dia sendirian seperti saat ini. Menghilangkan kepenatan setelah seharian bekerja, dia tidak menyukai minuman beralkohol yang dapat memabukan hingga menghilangkan akal sehatnya.
"Udah makin malam nih, mana udaranya makin dingin banget lagi, mending aku masuk saja"
Jemmy pun segera masuk ke dalam kamarnya dan segera tidur.
Di tempat Tamara, dia masih terjebak di depan musholla, hingga dia pun tertidur karena hari sudah semakin malam dan perutnya sudah keroncongan.namun, hujan malam ini tidak berhenti-henti juga. Tamara pun tertidur meringkuk di depan musholla dengan sebuah kain yang di jadikan selimut dan tasnya yang di jadikannya sebagai bantal.
Adzan subuh telah berkumandang, seperti biasa Tamara akan terbangun dari tidurnya. Pagi ini berbeda karena Tamara segera bangun dari tidurnya, Tamara pun bergegas membersihkan diri dan ikut sholat subuh berjamaah di musholla tersebut. Seusai Sholat subuh hati Tamara terasa damai dan seakan-akan dia mendapatkan kekuatan untuk bisa terus bertahan di tengah permasalahan hidupnya. Dengan semangat yang baru, Tamara pun bergegas menganti pakaiannya dengan seragam sekolah, walau pun Tamara nggak berada di rumahnya lagi tapi dia bertekad untuk tetap terus melanjutkan pendidikannya, dia ingin tetap bersekolah dia tidak mau cita-cita dan impiannya pupus hanya karena masalah yang di hadapinya.
" Aku harus tetap sekolah, tak perduli seberapa besar masalah yang sedang kuhadapi, ingat Tamara betapa sering kita menghitung masalah-masalah yang kita hadapi tapi kita lupa menghitung berkat-berkat yang sudah kita terima dari Allah, ayo Tama kamu pasti bisa karena kamu melangkah bersama Allah maka Ia akan mempermudah segalanya" lirih Tamara sambil menyemangati diri sendiri.
Setelah memakai seragam sekolah lengkap, Tamara bergegas menuju ke sekolahnya dengan menggunakan sepedanya. Ketika Tamara pergi dari rumah dia pun mendorong sepedanya sambil berjalan kaki, Tamara membawa sepeda karena itu di beli olehnya dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit penghasilan part timenya sehingga dia bisa membeli sepeda itu. Butuh waktu tiga puluh menit untuk dia sampai di sekolahnya, kini dia sudah mencapai gerbang sekolah. Nafas Tamara masih memburu dan perutnya begitu keroncongan tetapi dia masih harus mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Tamariska pun sudah sampai di sekolah dengan mengendarai mobil mewahnya, Tamariska pun bergegas menemui teman-temannya.
"Tamariska.... apa benar seperti yang Lo beritahu di grup kita kalau Lo sudah berhasil mengusir saudari kembar Lo itu?" Tanya salah satu sahabat Tamariska.
"Iya itu memang benar kok, aku sudah benaran berhasil mengusir Tamara dari rumah dan juga sudah menyingkirkannya jauh-jauh dari kehidupan keluarga gue" sahut Tamariska dengan penuh semangat kepada sahabat-sahabatnya.
" haaah...wooow... Lo serius Tamariska? Terus saudara kembar Lo itu pergi ke mana?" timpal sahabatnya yang lain.
" ya mana gue tahu.... dan emang gue nggak mau tahu karena nggak penting banget, intinya gue bahagia banget karena gue sudah nggak ada lagi saingannya di rumah" ujar Tamariska
" apa kamu nggak kasihan dengan nasib kaka kembar Lo di luaran sana?"
"Nggak gue nggak perduli, ya bila perlu nggak usah lagi dia hidup biar gue nggak akan pernah punya saingan lagi" jawab Tamariska.
" ternyata Lo sadis dan nggak punya rasa belas kasihan, aku pikir kamu nggak bakal tega gelakuin hal sekejam itu dengan mengeluarkan saudari kembarmu dari rumah dan menyingkirkan saudarimu dari keluargamu" tambah sahabatnya yang lain.
" nggak penting banget.... intinya gue nggak mau pusing-pusing mikir, karena nggak penting banget, yang paling penting buat gue perhatian dan kasih sayang orang tua gue hanya milik gue sendiri" ucap Tamariska cuek.
Tamara yang sudah melihat Tamariska pun berusaha sebisa mungkin menghindar dari jangkauan Tamariska, dia belum mau menampakan dirinya di depan sang adik kembarnya. Dia harus mencari tahu siapa dalang di balik pengusirannya dari rumah keluarganya. Dengan mengendap-ngendap Tamara berhasil masuk ke kelasnya, sampai di kelas kedua sahabatnya dan juga teman sebangkunya kaget dengan penampilan Tamara yang sangat berbeda dari biasanya.
" astaga... ya ampun apa yang sudah terjadi sama kamu Tama?" tanya Nadia terkejut.
"Iya apa yang udah terjadi hingga penampilan lo kusut banget Tama?"
"Mana kedua mata Lo bengkak gitu" timpal sesilia teman sebangku Tamara.
"Gue di usir dari rumah" lirih Tamara sendu.
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Nggak lucu banget prank Lo Tama" ucap Diana tidak percaya.
"Gue benaran di usir dari rumah, gue di tuduh mencuri kalung emas milik Tamara"
"Kenapa bisa Lo di tuduh gitu? Orang tua Lo yang ngusir?" Tanya Nadia.
" iya orang tua gue yang ngusir gue, ada yang kayaknya emang sengaja memfitnah gue" sahut Tamara
"Gimana ceritanya?"
" ada yang sengaja memfitnah gue, mereka sengaja meletakan kalung emas Tamariska di tempat tidur gue, mereka membuat seolah-olah aku yang mencuri lalu menyembunyikan kalung emas itu padahal kan gue nggak pernah sedikit pun punya pikiran untuk ngelakuin hal serendah itu" jawab Tamara.
" kira-kira menurut Lo siapa yang tega memfitnah Lo seperti itu?" Tanya Nadia.
"Iya Lo tahu nggak siapa yang udah melakukan hal sekejam itu sama Lo?"
"Yang jelas gue nggak tahu siapa dalang di balik pengusiran gue, kalau saja gue sampai tahu orangnya yang jelas gue bakal bikin perhitungan sama dia dan bila perlu gue bakal laporin dia ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik gue" ujar Tamara.
"Apa mungkin itu perbuatan saudara kembar kamu si Tamariska? Secara yang gue lihat kayak dia orangnya itu nggak suka bersaing dengan Lo, dia maunya dia yang mendapatkan seluruh cinta dan kasih sayang dari keluarga Lo tanpa harus berbagi dengan Lo" Timpal Diana.a
"Firasat dan pikiran gue memang Tamariska yang bisa melakukan hal itu, ya tapi mau gimana lagi, sedangkan gue udah di usir dari rumah, gue juga nggak punya petunjuk orang yang ngejebak maupun bukti-bukti, jadi bakalan susah kalau gue mau laporin ke polisi" jelas Tamara.
"Ngomong-ngomong sekarang Lo tinggal dimana? Semalam Lo nginapnya di mana Setelah keluarga Lo dengan sadisnya mengusir Lo dari rumah mereka? Tanya beruntun kedua sahabatnya yang merasa kesal dan sedih dengan sahabatnya.
"Gue di usir dari rumah, gue bawah barang-barang gue sambil mendorong sepeda gue berjalan menyusuri jalan, tak lama kemudian hujan deras dan angin kencang juga petir yang menyambar-nhmabar akhirnya gue memutuskan untuk berteduh di depan musholla tapi karena hujannya nggak kunjung reda akhirnya gue tidur di depan musholla"
"Ya ampun"
"Astaga kenapa Lo nggak hubungi gue semalam biar gue jemput tidur di rumah gue" ucap Diana terkejut.
"Iya padahal gue semalam insomnia akhirnya tidurnya subuh, jadi kalau Lo telepon gue sudah pasti gue bakal datangin Lo" tambah Nadia
"Maaf, semalam gue bingung banget karena hujan sangat lebat udah gitu handphone gue batareinya habis dan gue nggak ada uang buat bayarin ongkos untuk ke rumah salah satu dari kalin berdua" jawab Tamara.
" ya udah Lo nggak usah khwatir nanti setelah pulang sekolah, tinggal Lo pilih saja Lo mau tinggal di rumah gue atau rumah Nadia" ujar Diana.
" atau kalau Lo nggak keberatan Lo boleh kok tinggal sama gue di kontrakan gue, ya memang sih kontrakan gue nggak sebagus rumah Nadia dan Diana karena gue yatim piatu, tapi gue bersedia berbagi kontrakan sama Lo walau kontrakan gue kecil tapi cukuplah buat kita berdua, Lo sudah banyak banget membantu gue dulu jadi anggap saja ini sebagai rasa terima kasih gue" ucap Sesilia yang dari tadi hanya menyimak percakapan tiga orang itu pun ikut menimpali.
" kalau Lo mau, Lo bisa kok menginap dan tinggal di rumah gue sampai kapanpun bahkan selamanya" jawab Nadia.
"Terima kasih banyak sahabat-sahabat terbaik gue, gue nggak mungkin menumpang di rumah kalian, gue nggak mau nyokap dan bokap kalian ngomel atau rasa gimana gimana"
"Nggak mungkin orang tua gue marah Tama, Lo kan tahu gue anak tunggal gue selalu kesepian di rumah kalau bokap dan nyokap lagi pergi-pergi,mereka pasti bakalan senang kalau gue nggak sendirian lagi tapi punya sahabat yang sudah gue anggap saudara sendiri, lagian mereka sudah menganggap Lo dan Diana seperti anak mereka sendiri juga kan" sahut Nadia.
" gue juga bisa, nggak mungkin orang tua keberatan mereka juga pasti bakalan senang dengan kehadiran Lo dirumah" tambah Diana.
" makasih banget gaes.... nggak usah Nad, Di, biar gue tinggal bareng sama Sesilia saja di kontrakannya, gue salut sama sesilia walaupun dia yatim piatu tapi dia nggak pernah mengeluh, gue juga mau belajar banyak dari sesilia biar gue juga bisa kuat dan tabah seperti dia, Lo nggak keberatan kan sesil?" ungkap Tamara memutuskan.
" gue nggak keberatan sama sekali Tama, dan terima kasih kamu sudah mau tinggal sama aku di kontarakan aku" sahut Sesilia sambil tersenyum.
seharusnya Tamara balas dong kelakuan adik kembarnya