Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu ibu
.
.
.
Cahaya mengangguk, tapi ia tidak berani menatap wajah tampan didepan matanya ia hanya tertunduk, perlahan Ram mengangkat dagu Cahaya sehingga ia mendongak.
"Ibu apa kabar?" tanya Ram
"Alhamdulillah ibu baik baik, berkat pertolongan kakak ibu akhirnya sembuh, terimakasih kak," ucap Cahaya.
"Tidak perlu berterimakasih, itu sudah menjadi kewajiban seorang manusia untuk saling tolong menolong, kebetulan aku mampu untuk menolong kalian." Ram.
Ram memasangkan kalung pada Cahaya dan kemudian mengecup kening Cahaya, hal itu semakin membuat para mahasiswi menjerit histeris.
"Aaaaaakkh, beruntung banget sih Cahaya," ucap si A.
"Aku juga mau dong cowok seperti itu, tampan kaya akan uhh romantis banget," ucap si B.
"So sweet banget sih, mau dong seperti itu ada lagi gak ya?" tanya si C.
Begitulah kata kata para cewek cewek yang jiwa jomblo mereka meronta ronta, berbeda dengan mahasiswa yang mengejar ngejar Cahaya, mereka begitu iri pada Ram yang dengan mudah mendapatkan gadis cantik itu, sedangkan mereka yang mati matian mengejar Cahaya tapi selalu ditolak.
"Pantas saja Aya menolak setiap pria yang mengejarnya, dari SMA sampai kuliah ternyata kekasihnya jauh lebih tampan dan dilihat dari mobilnya sudah dipastikan cowok itu orang kaya," gumam Adira, tanpa sadar ia meneteskan airmata karena bahagia melihat sahabat sejak dibangku SMP hingga kuliah sama sama dan jurusan yang sama. Perlahan Cahaya menarik tangan Ram dan menghampiri sahabatnya.
"Kenalkan dia orang yang aku ceritakan dulu," kata Cahaya, Adira tersenyum.
"Aku turut bahagia kalian bertemu kembali, pantas saja selama ini Cahaya selalu menghindar bila didekati cowok, ternyata kekasihnya jauh lebih tampan," ucap Adira jujur.
Ram menoleh kearah Cahaya yang hanya tertunduk karena malu rahasianya dibongkar didepan Ram yang entah sejak kapan mengisi hatinya sehingga ia menolak setiap ada laki laki yang mengejarnya.
"Oya aku Adira, sahabat rasa saudaranya Cahaya," ucap Adira mengulurkan tangannya, dan disambut oleh Ram.
"Aku Ramendra," kata Ram singkat.
"Kak, Dira boleh nebeng gak? Soalnya kita satu arah," kata Cahaya, Ram berpikir sejenak.
"Gimana ya? bukan gak mau tapi mobilnya hanya ada dua kursi, satu untuk pengemudi dan satu untuk penumpang," Ram.
"Gak apa apa, aku sudah biasa naik ojek atau angkot," jawab Adira, Adira bukan berkecil hati, tapi kalau dia ikut bisa bisa ia jadi obat nyamuk melihat dua sejoli ini.
"Maaf ya Ra," ucap Cahaya merasa bersalah.
Adira menggeleng, "gak apa apa dan juga aku tidak ingin mengganggu momen manis kalian."
Ram mengeluarkan uang dari saku jasnya dan memberikannya kepada Adira, Adira menolak tapi Ram berkata rezeki tidak boleh ditolak, kemudian Ram dan Cahaya pun pergi dari area kampus tersebut. Adira menghitung uang yang diberikan oleh Ram dan ia terperangah, baginya uang 5 juta itu sudah sangat banyak, apalagi Adira tergolong keluarga menengah kebawah. Dapat kuliah di universitas ternama di kota ini pun berkat prestasinya sehingga ia mendapatkan beasiswa. Adira kemudian pergi kepangkalan ojek untuk kembali kerumah.
"Kamu bisa menyetir mobil?" tanya Ram saat mereka sudah diperjalanan.
"Bisa," jawab Cahaya, Tanpa bicara lagi Ram langsung membawa Cahaya ke showroom mobil milik Rakha.
"Kenapa kemari?" tanya Cahaya.
"Mau beli gaun. Ya beli mobil lah, pake tanya lagi," ucap Ram sambil tersenyum.
Cahaya yang melihat senyuman Ram, ia begitu terpesona hanya saja sebisa mungkin ia kendalikan.
"Yang mana menurutmu bagus?" tanya Ram saat mereka sedang melihat lihat mobil tersebut.
"Semuanya bagus, pasti orang yang merancang mobil ini bukan orang sembarangan," jawab Cahaya.
Ram tersenyum, "Pilih salah yang menurutmu bagus,"
"Bingung bagus semua, memang untuk apa sih kakak kan sudah punya mobil?" tanya Cahaya.
"Untuk hadiah seseorang, menurutku mobil adalah hadiah yang paling cocok," Ram.
"Orang kaya suka suka saja kalau mau kasih hadiah, terus kenapa harus aku yang pilih?" tanya Cahaya.
"Karena kamu seorang gadis, dan yang akan aku beri hadiah itu juga seorang gadis," jawab Ram.
"Pasti gadis itu istimewa buat kakak, dan juga pasti dia lebih cantik," wajah Cahaya mulai redup, sebisa mungkin ia menahan diri untuk tidak menangis.
"Tentu, dia sangat cantik dan juga sangat istimewa buat aku setelah Mommy ku," kata Ram.
"Baiklah, karena dia orang yang istimewa buat kakak, aku pilih yang ini saja," jawab Cahaya tersenyum menutupi rasa yang entahlah, pokoknya terasa sesak mendengar Ram membeli mobil untuk orang istimewa.
Ilustrasi mobil yang Cahaya pilih. Kira kira seperti inilah.
"Pilihanmu sangat tepat," ujar Ram.
"Tentu, aku ingin gadis istimewa kakak itu senang dengan pilihanku," ucap Cahaya, padahal hatinya terasa disayat sayat pedihnya.
"Terimakasih, aku yakin dia pasti suka," ucap Ram lagi.
Kemudian Ram mengurus pembayarannya dan juga surat suratnya, kalau soal SIM gampang kalau uang berbicara semua pasti cepat beres. Kemudian Ram meminta untuk diantar kealamat yang dimaksud.
Tentu saja, mobil itu langsung diantar kealamat yang telah Ram berikan. Ram berpesan sebelum mereka sampai mobil itu harus lebih dulu sampai.
"Sekarang kita kemana?" tanya Ram, Cahaya yang masih menetralkan perasaan hanya menjawab pulang.
Ram pun segera membawa Cahaya untuk pulang, sepanjang perjalanan Cahaya hanya terdiam, tidak seperti tadi sebelum mereka ke showroom mobil.
Ram yang mengerti sebisa mungkin menahan tawa, karena ia ingin memberikan kejutan pada kekasihnya yang belum genap sehari.
Kini mereka sudah tiba disebuah rumah minimalis, rumah yang Cahaya beli menggunakan uang pemberian Ram, dan selebihnya Cahaya gunakan untuk usaha kecil-kecilan, cukuplah untuk biaya hidup mereka selama ini.
Cahaya terkejut melihat mobil yang ia pilih sudah terparkir sempurna didepan rumahnya. Sekarang ia mengerti mengapa Ram menyuruh dia memilih mobil itu sendiri.
"Kak ini?" tanya Cahaya yang tidak bisa meneruskan kata katanya, Ram mengangguk.
"Hadiah untuk gadis istimewaku," ucap Ram.
Kemudian orang yang mengantar mobil tersebut menyerahkan kunci mobil itu dan surat suratnya, nanti baru mereka membuat SIM untuk Cahaya.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan kak?" tanya Cahaya yang merasa tidak enak takut dikira hanya memanfaatkan harta Ram saja.
"Tidak untuk gadis istimewaku, Cahaya hidupku, apapun akan aku lakukan untukmu," ucap Ram sambil memegang tangan Cahaya.
"Ehhem," suara deheman membuyarkan adegan romantis mereka, Ram menjadi kikuk melihat siapa yang datang?.
"Assalamualaikum Bu," ucap Ram.
"Waallaikum sallam, siapa ya?" tanya Wardina yang memang lupa dengan wajah Ram.
"Aku Ram Bu, ibu ingat tidak dengan anak kembar tujuh yang membawa ibu kerumah sakit," tanya Ram.
"Jadi kamu?" Wardina tidak dapat meneruskan kata katanya, ia langsung memeluk Ram sambil mengucapkan terimakasih, karena waktu itu ia belum sempat berterimakasih pada orang yang menyelamatkan nyawanya.
"Kemana saja kamu selama ini?" tanya Wardina.
"Aku baru pulang dari luar negeri, menyelesaikan kuliah disana." ucap Ram.
.
.
.