Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 10
Lala termenung di depan cermin setelah menyelesaikan mandi besar. Sejenak dia pandangi pantulan bayangan yang memaparkan sekujur tubuh polosnya.
Sekilas terasa janggal. Tak ada bekas gigitan, atau setidaknya rasa tak nyaman di bagian intinya yang dirasa cukup baik- baik saja.
Sekejap, Lala berangan- angan dengan logika, seharusnya jika memang dia dan Pak Sky bercinta, dia menjumpai sesuatu yang lengket di area miliknya.
Tadi saat mandi, Lala tak merasa menemukan bekas lendir atau apa pun. Bukankah ini aneh untuk seseorang yang baru saja bersetubuh?
Lala memakai handuk kimono biru gelap yang terlipat di kabinet bawah wastafel. Ada tumpukan handuk baru di sana, dia juga meraih handuk kecil untuk rambut basahnya.
Sambil menggosok surai panjang, Lala beranjak keluar dari kamar mandi. Lala pikir Sky sudah mengantre untuk mandi, ternyata lelaki itu sudah tak ada di kamar ini.
"Ke mana orang tua itu?" Sky seharusnya sudah tua, walau nyatanya duda 40 tahun itu masih terlihat seperti bujangan. Yah, lagi dan lagi uang menjawab semuanya.
"Permisi, Nyonya."
Sambutan pelayan menyentak Lala yang sontak menyebutkan seluruh nama unggas, ayam, burung, bebek, katak, monyet.
"Maaf Nyonya, mengagetkan." Wanita paruh baya itu tersenyum pada Lala yang reflek membalas senyumannya.
"Panggil Lala saja, Buk." Yah, ibu itu masih lebih tua dari Lala usianya. "Saya bukan istri Boss Sky, tapi sekretarisnya."
Pelayan juga tahu, Boss Sky tak menikah lagi semenjak ditinggal mati isterinya. "Sebentar lagi pakaian Nyonya datang, dan sekarang, Nyonya harus mengisi perut Nyonya dengan hidangan yang kami siapkan."
"Baik."
Lala rasa tidak salah, Lala memang perlu makan sebelum menghadapi dunia yang kejam lagi. Setelah ini, Raffa pasti akan menemuinya untuk menjelaskan ini dan itu.
Lala masih mengenakan handuk kimono dan handuk kecil di kepala. Tiba diluar Lala memencar matanya, ia pernah ke sini sepertinya, bila dilihat dari desainnya, ini rumah lain Sky yang ada di kawasan Bintaro.
Lala manggut- manggut. Jadi rupanya, Sky membawanya pulang ke rumah terdekat dengan lokasi kelab malam di mana dia mendatangi diskotek dan bar kemarin.
"Ehm!"
Sky tampak keluar dari salah satu pintu yang agaknya kamar mandi umum. Sky juga masih hanya mengenakan handuk kimono putih.
Lelaki itu terkekeh tengil ke arah Lala yang mendatangi meja makan. "Kau yakin tidak mau melihat rambut basahku setiap hari?"
Lala langsung mengalihkan perhatian ke meja makan setelah sadar jika dirinya sebegitu terpana melihat kesegaran, Sky siang ini.
Pelayan itu tersenyum, lalu menyuruh pelayan lain menyuguhkan menu makan siang di atas meja panjang luxury tersebut. Sedang Lala dan Sky duduk secara bersamaan di kursinya masing- masing.
"Kau yakin menolak ku?" Sky bergumam kecil, berusaha memperdengarkan suaranya hanya untuk telinga Lala saja.
"Sudah berapa kali saya bilang, saya tidak mau bercinta dengan Pak Sky!"
"Semalam kita melakukannya!" sergah Sky.
"Okay, anggap itu musibah!" kata Lala.
Sial bukan? Seorang Sky dianggap musibah oleh perempuan berwajah standar. "Lagi pula Sky Rain mengajak menikah, bukan bercinta satu malam, personil Teletubbies!"
"Mana ada orang melamar dengan cara seperti Pak Sky?" Lala tertawa dengan bola yang berputar malas.
Sky terkekeh, apakah Lala tidak ingat, bahkan yang romantis seperti Harry dan Raffa sama sekali tidak setia.
"Nyatanya, Raffa yang kata kamu melamar di Curug kemarin, dia yang menyematkan cincin tepat di bawah air terjun, dia selingkuh!"
Lala tercabik mendengarnya. "Kamu harus bisa bedakan, mana yang romantis dan mana yang nggak modal, La! Realistis sedikit!"
Mendadak, Lala meredum sementara Sky terkekeh cukup puas. "Khapaan di Curug? ... Dia selingkuh akhirnya!"
"Bisa nggak, nggak usah bahas Raffa?!" Lala tak mau mengingat itu lagi atau, dia ingin mengakhiri hidup yang tak berpihak padanya.
"Kenapa?" sela Sky. "Malu? ... Berkali kali menolak ku, dan dua kali hubungan mu gagal dengan cara yang tragis, satunya kdrt satunya selingkuh!"
"Menolak dalam artian apa dulu, Pak!" Lala menyanggah tidak terima. Bukankah, Sky yang tak pernah serius melamarnya?
"Kau ingat saat pertama kali aku mengajak mu berkencan hmm? ... Kau justru memilih menikah dengan Harry bukan Potter yang suka kdrt!" bentak Sky. Pelayan diam menjadi penikmat pertengkaran di siang hari.
"Setidaknya meski kdrt, Harry menghargai status perempuan ku, Pak! Harry tidak pernah menganggap kalau aku wanita murahan yang dibayar lalu selesai, ... Harry menikahi ku!"
"Buktinya kalian bercerai?" sergah Sky.
"Tidak langgeng jodoh lebih baik dari pada harus menjalani hubungan tanpa status dan diajak zina!" Lala tak kalah katanya.
Sky kemudian tertawa samar. "Tadi aku bilang apa, ... marry me, La, marry me!"
"Demi jabatan, Pak Sky yang sebentar lagi dipindah tangankan ke Mas Guntur?" tanya yang lebih terasa menyindir Lala.
"Yah, mungkin begitu!" Sky mengakuinya kali ini, mungkin juga itu alasan dia mantap untuk melamar Lala lagi siang ini.
"Terima kasih, Pak!" Lala menyatukan kedua tangannya lalu tersenyum amat kecut.
"Bagaimana kalau kau hamil?" tukas Sky.
Lala menghela dalam. "Kita tidak melakukannya, kan? Saya bahkan tidak merasakan apa pun di area bawah."
"Kau berharap apa memang?" Sky terkekeh, dia lalu menatap paha Lala yang kemudian Lala tutup dengan sebelah tangannya.
"Setidaknya lengket..." Lala bicara' sambil merotasi pandangannya, asal.
"Kamu lupa hmm?" Sky berbisik. "Kau menyuruh ku menyesap milikmu sampai bersih, dengar, suaraku serak sekarang."
Seketika Lala menajamkan matanya ke arah lelaki mesum itu. "Suara Pak Sky begitu dari jaman Majapahit!"
"Ayolah, kau lihat sendiri bagaimana kita terbangun di atas ranjang yang sama, Lala, dan ingat juga! Semalam kau yang memaksa ku meladeni mu!" tudingnya.
"Berpose seperti ini." Sky lantas menarik handuk di dadanya sendiri sambil memperagakan gerakan Lala. "Tetetetew!"
Ah Tuhan, Lala malu sekali kalau seandainya itu memang terjadi. "Pak Sky pasti bohong!"
"Aku punya bukti rekamannya!" Sky tertawa iblis, dan itu berhasil membuat Lala mendelik terkejut.
"Terekam?! ... Hapus tidak?!"
"Tidak akan!" tolak Sky.
"Pak!" Lala menggoyangkan lengan Sky yang berpaling menatap ke depan.
Pria itu bahkan menggeleng. "Aku masih perlu bukti rekaman itu untuk memeras mu lain kali."
"Pak Sky!" Lala berteriak histeris. Dan satu ayam goreng, sengaja Sky sumpal di mulut seksi perempuan itu. "Makan saja dulu baru setelah itu, aku lanjut melamar mu lagi."
Lala berpaling sambil mencabut ayam goreng di mulutnya untuk diletakkan di piring kembali dengan gestur kesal. Bisa- bisanya Sky merekam kegiatan yang dia sendiri mengutuk keras khilaf dirinya semalam.
Sky meraih nasi putih, mengisi piring Lala dengan dua centong. "Aku tidak mungkin menyuapi sekretaris yang ku bayar, dengan mahal, La! ... Kau harus makan sendiri! ... Kecuali kalau kau setuju menikah dengan ku!"