Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dekapan cinta
Di tengah dinginnya malam, kehangatan semakin terasa menusuk dinding hati terdalam. Hadirnya orang tercinta melengkapi keluarga yang sempat terpecah. Tidak ada kata yang diucapkan selain bahagia bisa bersama orang terkasih. Saling menyalurkan rasa rindu yang menggebu.
Dalam sekejap, Yunan bisa melihat perubahan pada diri Layin. Sebelum bertemu dengan Erlan, wanita itu lebih banyak diam dan serius dengan pekerjaan, namun sekarang terus mengulas senyum. Jelas, terlihat gamblang perbedaannya.
''Kamu gak pulang, Mas?" tanya Layin di sela-sela makannya. Masih malu-malu karena ada Yunan di sampingnya.
''Malam ini aku boleh tidur di sini, 'kan?'' Erlan mengedipkan satu matanya, menggoda.
Bukan tidak ingin membawa Layin dan Yunan pindah ke tempat yang lebih mewah. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk itu. Ingin menghabiskan waktu bersama mereka tanpa gangguan dari siapapun, termasuk Sastro.
Lagi, ucapan Erlan membuat Layin tersipu. Wanita itu memalingkan pandangannya ke arah lain daripada harus ikut salah tingkah seperti suaminya.
Ponsel berdering membuyarkan Yunan yang dari tadi ikut terhanyut drama romantis kedua orang tuanya. Bergegas mengambil dan melihat nama yang berkelip di layar. Ternyata Cassandra yang menelpon. Yunan tak menjawab. Ia membalas dengan mengirim pesan singkat.
Kamu di mana saja, jam segini belum pulang?
''Tumben nanyain,'' gumam Yunan yang bisa didengar kedua orang tuanya.
''Siapa? Istrimu?'' Layin menebak.
Yunan mengangguk sambil mengetik tulisan di layar ponselnya. Mengirim balasan untuk sang istri. Takut lebih marah lagi karena ia tak memberi kabar.
Sebentar lagi aku pulang, kamu tidur saja dulu. Kalau butuh sesuatu kirim pesan sekarang, mumpung aku belum di jalan.
Tak lama bunyi notif kembali terdengar. Ternyata Cassandra memesan martabak manis yang ada di dekat taman kota. Lokasinya lumayan jauh dari rumah. Harus putar arah dan memakan waktu. Tapi tak apa, demi orang yang dicintai itu perkara yang mudah bagi Yunan.
''Aku pulang dulu, Bu, Yah. Istriku nungguin.'' Berdiri dari duduknya lalu bersalaman pada kedua orang tuanya.
''Kamu naik apa?" tanya Erlan ketika Yunan mengambil helm.
''Motor. Memangnya kenapa?" tanya Yunan balik .
Erlan merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobil. Memberikannya pada Yunan yang bersiap memakai helm di kepalanya.
''Pakai mobil ayah. Ini sudah malam. Bahaya kalau naik motor,'' tutur Erlan khawatir.
Yunan terkekeh. Mengembalikan kunci mobil milik Erlan lalu memakai helmnya lagi.
''Gak usah, Yah. Aku sudah biasa naik motor. Ayah tenang saja. Pokoknya tugas Ayah sekarang jaga ibu. Besok aku ke sini lagi.'' Menepuk lengan Erlan kemudian mengangkat jempol.
Membuka pintu depan dan pergi. Tak peduli dengan Erlan dan Layin yang terus mendesaknya untuk memakai mobil.
''Dia sangat bandel ya.'' Menatap motor Yunan yang mulai menjauh.
''Tapi dia sangat baik. Yunan tidak pernah merepotkan. Dia juga patuh padaku dan sekalipun tidak pernah membuatku marah. Mungkin sadar kalau aku menghidupinya seorang diri tanpa suami.'' Menutup pintu depan.
Erlan tersenyum bangga dengan perjuangan Layin yang pasti sangat sulit. Bahkan, tidak semua wanita bisa sepertinya. Hanya orang-orang tertentu yang mampu melewati cobaan seberat itu. Contohnya Novita yang tidak bisa bertahan dengannya dengan alasan sepele.
Menggiring sang istri menuju kamar. Mereka duduk di tepi ranjang. Menatap ke arah lemari kecil tanpa kaca. Saling menautkan sepuluh jari-jarinya. Tak ingin kehilangan, begitulah bahasa tubuhnya mengungkapkan dan ingin segera saling memberi kehangatan yang sesungguhnya. Namun, banyak pertanyaan yang membuat Erlan harus mengesampingkan itu. Ini masalah Yunan.
''Aku gak nyangka disaat aku bertemu anakku dia sudah menjadi seorang suami.'' Erlan memecahkan keheningan. ''Siapa istrinya?"
''Namanya Cassandra, putri bungsu nyonya Margareth.''
Deg
Erlan terkejut bukan main mendengar nama yang sangat familiar itu. Siapa yang tidak kenal Cassandra. Seorang model papan atas yang membintangi beberapa produk kecantikan. Juga sering menjadi bintang iklan macam-macam baju. Sering muncul di berbagai tv juga media. Sering kali digosipkan dengan setiap pengusaha kaya raya.
''Awalnya Yunan bekerja sebagai asisten Cassandra. Karena ada kesalahpahaman, Yunan disuruh menikahinya,'' lanjutnya.
Jika Yunan adalah suami Cassandra, kenapa dia menjadi pelayan di pesta Luthfi. Bukankah perempuan itu adalah adik iparnya Luthfi. Apa Layin tahu tentang ini?
''Apa Yunan bahagia dengan pernikahannya?'' tanya Erlan memastikan.
''Semenjak menikah, dia gak pernah terlihat bersedih, hanya saja...sudah lah, Mas. Doakan saja dia bahagia." Layin enggan mengungkapkan sikap Cassandra.
Berbagai pertanyaan terselip di benak Erlan. Fakta itu seakan merobek hatinya. Sakit tak berdarah melihat putra kandungnya harus bekerja rendahan, sedangkan statusnya adalah menantu dari keluarga Erlangga. Sangat tidak masuk akal dan perlu diselidiki tanpa sepengetahuan Yunan, tentunya.
Tidak ingin merusak momen sang istri yang bahagia. Ia berbaring dan menepuk tempat kosong di sampingnya. ''Tidurlah, Sayang. Malam ini aku akan menemanimu," pinta Erlan diiringi dengan senyum.
Layin melepas hijabnya lalu berbaring di sisi Erlan. Memiringkan tubuhnya menghadap ke arah sang suami. Menyandarkan kepalanya di atas lengan pria itu. Terlelap di dekapannya hingga di penghujung malam dan pagi kembali menyapa.
Di sisi lain
Laurent bingung saat melihat kamar Erlan kosong. Gadis berumur dua puluh lima tahun itu memanggil bibi dan memastikan keberadaan sang ayah. Pasalnya, tidak biasanya Erlan tidak menghubunginya. Sesibuk apapun tetap memberi kabar.
''Saya tidak melihatnya, non. Mungkin beliau lembur,'' jawab bibi serius.
''Gak mungkin ayah lembur. Tadi pagi dia gak masuk kantor," jawab Laurent kesal.
Berlari menuju garasi. Memeriksa beberapa mobil yang berjejer, ternyata mobil Erlan memang tidak ada. Kemudian mengambil ponselnya dan menghubunginya.
Lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena nomor Erlan tak dapat dihubungi. Berlari ke kamar Sastro untuk menemui sang kakek, yang mungkin tahu tentang keberadaan ayahnya.
Masuk tanpa mengetuk. Menghampiri Sastro yang tampak merenung di depan jendela.
''Ada apa malam-malam ke sini?" tanya Sastro terkejut.
''Ayah belum pulang, Kek. Tadi aku coba telpon ke kantor gak ada. HP nya juga gak aktif," ucap Laurent cemas.
Sastro berdiri dari duduknya. Ia pun kaget mendengar itu. Menerka-nerka ke mana perginya Erlan. Apalagi, semenjak pulang dari rumah Layin, ia langsung mengurung diri di kamar.
''Tenang saja, kakek akan membantumu mencari.'' Menyuruh salah satu bodyguard untuk mencari Erlan dan segera melaporkannya.
Sembari menunggu, Sastro mendekati Laurent. Mengusap lembut rambut gadis itu. Mungkin ini waktu yang tepat memberitahu gadis itu tentang Layin.
''Kemarin kamu pernah bertanya pada ayahmu tentang ibu Layin. Sekarang dia sudah kembali, dan akan menjadi ibumu,'' ucap Sastro yakin.
''Ibuku? Maksud, Kakek?" tanya Laurent.
''Sebenarnya, dia adalah istri kedua ayahmu. Tapi, keberadaan dia tidak ada hubungannya dengan kepergian ibumu. Sebentar lagi dia akan kembali menjadi nyonya di rumah ini,'' ujar Sastro yakin.
Laurent membisu. Entah apa yang dipikirkan masih menjadi tanda tanya.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya