Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Awal Pernikahan
Akupun membereskan meja bekas bercengkrama tadi dan melanjutkannya dengan membersihkan seluruh rumah baik dibagian atas maupun dibawah.
Pekerjaanku selesai hampir menjelang dhuhur tanpa dibantu mertuaku karena beliau sibuk menerima tamu keluarga yang baru datang setelah hari pernikahan kemarin.
Sedangkan suamiku sibuk dengan handphone nya bertengker dikamar. Dia memang tipe orang yang malas berinteraksi terutama dengan ibu-ibu katanya nanti jadi meng gosip atau menggibah orang.
Setelah semua selesai aku pun masuk ke kamar karena kelelahan. Mengurus rumah seperti ini ternyata sangat melelahkan sangat berbeda ketika dirumah ayah dan adikku pasti membantuku membersihkan rumah.
Aku pun masuk dan merebahkan badan dan akhirnya terlelap sendiri tanpa menghiraukan suamiku disampingku menatapku kasihan. Aku terbangun menjelang sore tepatnya setelah ashar. Aku yang memang gampang lelah jika sedang datang bulan malas untuk bangun hanya untuk sekedar makan.
Saat aku terbangun aku tak mendapati suamiku didalam kamar entah dia pergi kemana, aku sungguh lelah melakukan pekerjaan rumah. Bagaimana tidak halaman rumah cukup luas dan bagian belakang pun juga lumayan ditambah lagi banyak daun pohon betebaran belum lagi diatas rumah yang seperti kapal pecah.
Ya aku yang dasarnya tidak suka dengan hal itu sangat memaksakan diri untuk membersihkannya. Inilah rutinitas rutin yang kulakukan setiap hari bedanya hanya terletak pada sholatnya saja.
Perbedaan yang mencolok pun terjadi kembali dimalam hari, aku yang lahir dari organisasi Wahdah sangat berbeda pendapat tentang kitab atau buku panduan belajar. Keluarga beserta suamiku adalah seorang Jama'a h Tabliq yang rutin melakukan taklim dan keluar 3,7,10,40 hari hingga 4 bulan lamanya. Aku tidak melarang hanya saja jika istri dan anaknya terpenuhi dirumah itu tidak masalah.
Panduannya hanya beberapa buku dan itu seperti mutlak harus diikuti sedangkan diWahdah kami selalu mengambil banyak referensi untuk menunjang ilmu kami yang penting dasar dalil itu bukan mubah atau asal-asalan. Kami selalu berusaha menggunakan hadits dan tafsir kuat untuk mendukung ilmu kami sedangkan pada panduan jama'ah sangat banyak ditemukan hadist lemah.
Aku tidak mengomentari apapun hanya mendengarkan saja buku yang mereka baca. Karena aku sendiri juga masih dalam proses belajar. Bukankah memang kita harus selalu belajar untuk mendapatkan ilmu apapun itu asal sumbernya jelas..
Aku juga rutin mengikuti taklim dirumah karena memang rutinitas yang rutin setiap pulang dari sholat isha bagi mereka adalah pembacaan taklim yang ada dibuku panduan mereka. Walau tak sepehaman aku mendengarkan dengan seksama dan kadang aku juga membacakan ya to ini bacaan dalam buku seperti membedah buku jadi apa salahnya.
Berbeda paham dan cara kami belajar tidak membuat kami merasa berbeda atau lebih menonjol walau kadang-kadang mertuaku seolah-olah bersikap paling benar mungkin karena beliau lebih tua dan lebih dulu mengikuti kegiatan seperti ini makanya berusaha mendoktrin ku untuk mengikuti apa yang mereka pahami dalam Jama'ah Tabliq tapi aku yang memang memiliki sifat memegang prinsip makanya tidak mudah untuk mengikuti.
Aku hanya mengatakan silahkan saja jika kalian memiliki pemahaman seperti itu karena saya juga memiliki pemahaman sendiri. Kalian sudah tahu dari awal kalau aku berbeda dalam menafsirkan sesuatu jadi hargai itu..
Ya walau kesannya aku tak menghargai tapi pemahaman tidak bisa dipaksakan.. Aku memang belajar di Wahdah untuk menimbah ilmu agama tentu saja akan berbeda dengan orang yang menimbah ilmu di Jama'ah Tabliq.. Bukankah aku menghargai pemahaman mereka maka harus nya mereka juga menghargai pilihan ku??.
Bahkan sholat berjamaah pun menjadi sulit karena mama mertua ku seperti enggan melaksanakan sholat berjamaah bersamaku sedangkan dengan adik ipar perempuan ku selalu berjamaah.. Bagi tak masalah mungkin karena aku bukan Jama'ah Tabliq jadi ya seperti itulah.. Terserah saja.. Ibadah ku untuk Allah bukan untuk manusia apalagi jika itu tak sejalan..
Aku menghargai segala sesuatu dirumah ini karena aku adalah menantu keluarga ini. Aku semata-mata ingin mencari ridho Allah melalui suamiku dan inilah salah satu cara yang bisa akut tempuh yaitu menghargai pendapat dan keadaan seluruh anggota keluarga nya.. Terutama ibu nya..
Tapi inilah yang menjadi penyebab pertengkaran kami, aku yang tak tahan ditekan untuk mengikuti pun protes kepada suamiku..
"Kak, Kenapa keluarga kakak selalu menyuruh ku untuk pergi seperti kalian, padahal kalian tau sendiri kalau aku ingin kembali tarbiyah??. Sejak awal kalian tau aku senang nya pergi tarbiyah bukan pergi jaulah seperti kalian. Aku tidak pernah memaksakan apapun pendapat ku pada keluarga mu tapi kenapa seperti itu!!".
"Tidak begitu maksud nya dek, mereka hanya ingin mengenalkan mu tentang Jama'ah bukan untuk membuat mu berhenti tarbiyah!!"..
"Iyakah??, Tapi aku merasakan tidak seperti itu mereka seakan mewajibkan aku harus ikut. Kakak sendiri dengar bagaimana mereka mengatakannya didepan kakak!!..
"Adek kenapa sih??, tinggal turuti aja susah amat, Lagian disana adek juga belajar seperti tarbiyah. Jadi ikut sajalah bukan juga hal sesat yang diajarkan!!". Jawab Ahmad dengan emosi
"Lah.. Kenapa kakak marah??, aku hanya tidak suka dipaksa pergi seperti itu karena aku sendiri memang tidak mau. Suruh orang tuamu berhenti memaksa ku!!"..
Kami yang memang belum mengenal karakter masing-masing pun diliputi emosi. Suamiku memukul dinding hingga retak sambil melihat ku dengan emosi dan membentak ku. "Ikut saja tidak usah banyak protes!!". Hardiknya dengan aksar.
Aku memandang tajam kearah nya, Aku berdiri dan langsung mengambil koperku dan mengemasi seluruh pakaian ku untuk pergi..
Melihat itu suami ku mematung..
Tak ada kata apapun keluar dari mulut ku hingga pakaian ku selesai ku masukkan ke koper, memakai kaos kaki dan memakai cadar ku keluar kamar, aku langsung mendorong keluar kamar untuk pergi dari sini..
"Dek.. Dek.. Dek". panggil suamiku
Aku Tak menghiraukan panggilan suamiku terus berjalan keluar rumah membawa koper
Kedua orangtua nya keluar tergesa-gesa untuk melihat apa yang terjadi.. Mama mertua ku langsung turun menyusulku beserta bapak mertuaku..
"Nak.. Nak!!".. Aku berjalan tanpa menghiraukan mereka.
Mama mertuaku menahan koperku sambil berkata, kenapa nak??.. Pergi begitu bertengkar ki sama ahmad??".
Aku diam saja tanpa menjawab apapun..
"Masukki dulu nanti kita bicara kan dirumah jangan seperti ini!!, Tidak enak diliat tetangga"..
Aku yang memang dasarnya tidak suka jadi pusat perhatian kecuali saat menjalankan amanah dakwah langsung masuk meninggal kan koperku begitu saja..
"Kenapa sebenarnya dengan kalian, kenapa sampai mau pergi bawah koper??". Bapak mertua berucap begitu naik keatas rumah. .