Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Ada Aku Di Sini
Kepala Andika sontak memutar ke arah belakang. Kedua matanya melotot kaget melihat sosok yang kini berdiri di belakang tubuhnya dengan tatapan mata yang nampak tajam. "Elvano!" Lirih Andika. Arneta berusaha berteriak meminta pertolong pada El. Dia juga berusaha menggerakkan tubuh agar bisa lepas dari gendongan Andika.
Darah El terasa mendidih melihat istrinya kini tengah dibekap mulutnya dan kedua tangannya dalam kondisi terikat.
"Turunkan istriku!" Bentak El. Dia sungguh tidak terima ada pria lain yang menyentuh istrinya. Apa lagi memperlakukan istrinya dengan keji seperti ini.
Andika tidak memperdulikan perintah Elvano. Dia juga tidak peduli dengan amarah yang terlihat jelas di wajah Elvano saat ini.
"Aku bilang turunkan istriku!" Rahang El nampak semakin mengeras. Sepertinya Andika tidak bisa mendengarkan pendengarannya dengan baik sehingga tidak memperdulikan perkataannya.
"Untuk apa aku menurunkannya? Bukannya kau tidak peduli dan tidak menginginkan Arneta? Jadi lebih baik dia kubawa saja dan bersenang-senang denganku!"
El sudah tidak dapat menahan amarah yang berkobar di dalam dirinya. Dengan penuh amarah, El melihat kepala Andika dengan sebelah kakinya. Tubuh Arneta sontak terjatuk akibat perbuatan El. Pasalnya, tangan Andika langsung terlepas dari tubuh Arneta saat El menendang kepalanya. Andika juga tersungkur ke atas lantai akibat perbuatan El.
El tidak memperdulikan kondisi Andika. Yang ia perdulikan saat ini adalah Arneta yang nampak kesakitan akibat terjatuh ke atas lantai. El gegas menolong wanita itu. Membuka bekapan mulutnya dan tali yang mengingkat kedua tangannya.
"El, tolong aku... Andika ingin berbuat jahat kepadaku!" Arneta seketika menangis histeris setelah bekapan mulutnya dibuka oleh El.
"Apa yang akan dia lakukan kepadamu?" Tanya El. Kedua bola matanya nampak memerah karena amarah dan rasa bersalah.
Tangisan Arneta semakin keras. Kemudian dia menjawab pertanyaan El. "Dia ingin menodaiku. Aku mohon tolong aku!!"
Darah El terasa semakin mendidih hingga terasa naik ke ubun-ubun. El menatap nyalang pada Andika yang sedang berusaha untuk bangkit dari posisinya saat ini. "Tenanglah. Aku sudah ada di sini. Aku tidak akan membiarkannya menyakiti atau menyentuhmu!" El mengusap kepala Arneta. Memberikan ketenangan pada wanita itu jika semuanya sudah baik-baik saja.
Arneta kini sudah berdiri di sudut ruangan atas perintah El sambil menangis. Sementara El, pria itu tengah menyalurkan amarahnya pada Andika yang sudah berani menyentuh bahkan ingin melecehkan istrinya.
"Berani sekali kau menyentuh istriku!" Kaki El sudah kembali melayang ke tubuh Andika. Pun dengan kedua tangannya yang ikut menggebu-gebu memukul tubuh Andika sekuat tenaga.
Andika tidak ingin diam begitu saja. Dia sudah berusaha memberikan perlahan dengan membalas pukulan El. Namun, pergerakannya terhenti karena El menangkisnya dan memberikan tendengan di bagian perut.
"Agh!!!" Andika merintih merasa sakit di bagian ulu hatinya akibat tendangan mematikan Elvano. "Hentikan El. Dia yang berusaha menggodaku duluan!!" Andika berkata dusta untuk menyelamatkan dirinya. Tadinya dia pikir, El tidak akan peduli pada Arneta. Namun, dugaannya salah besar. Karena pada kenyataannya, El sangat peduli bahkan ingin melindungi Arneta.
Keributan yang terjadi di belakang aula membuat beberapa orang yang hendak pergi ke kamar mandi berlari ke arah sumber suara. Mereka melotot melihat pemandangan yang ada di depan mata mereka saat ini. Dimana El tengah menghajar Andika dengan membabi buta.
"Kau pikir aku akan percaya dengan perkataanmu itu?!!" Amarahnya yang sudah semakin memuncak membuat El mengeluarkan sekuat tenaga untuk menghajar Andika. Salah satu pria yang tadinya menolong Andika untuk berbuat jahat pada Arneta pun nampak tidak berani memberikan pertolongan. Apa lagi serangan El sangat menakutkan saat ini.
"Elvano hentikan!!" Teriakan demi teriakan dari teman-temannya yang mulai berdatangan ke arah belakang aula dihiraukan oleh Elvano. Dia terus memberikan serangan pada Andika hingga akhirnya tubuh pria itu tersungkur tak berdaya di atas lantai.
"Elvano hentikan..." Arneta tiba-tiba saja mendekati Elvano dan memeluk pinggangnya saat Elvano hendak menginjak kepala Andika dengan kakinya. "Hentikan... ku mohon hentikan!!" Arneta meminta seraya menangis histeris. Jika terus dibiarkan, Elvano bisa saja menghilangkan nyawa Andika.
Pergerakan Elvano jadi terhenti. Pandangannya spontan beralih pada Arneta yang terlihat sangat menyedihkan saat ini. "Maafkan aku..." El berucap lirih. Kedua kelopak matanya terpejam karena rasa bersalah menyergap di relung hatinya.
Arneta tidak meresponnya. Dia masih saja menangis karena ketakutan. Elvano jadi tidak tega melihatnya. Tanpa memperdulikan keadaan Andika saat ini, Elvano segera membawa Arneta pergi dari sana melewati pintu belakang yang tadinya ingin dilewati oleh Andika.
Keributan yang terjadi di belakang aula akhirnya sampai ke telinga Cahya yang sedang mencari keberadaan Elvano. Karena terlalu asik bernyanyi bersama teman-temannya, membuat Cahya tidak sadar jika tadi Elvano pergi ke arah belakang setelah tak lama Arneta beranjak pergi dari lokasi acara.
"Apa, El bertengkar dengan Andik di belakang aula?" Cahya terperanjat kaget. Kakinya segera melangkah ke arah belakang aula untuk melihat situasi yang terjadi di sana. Namun, setelah tiba di belakang aula, Cahya tidak melihat keberadaan El. Hanya ada Andika yang tersungkur tak berdaya di atas lantai dan beberapa teman-teman mereka yang kini berusaha menolong Andika.
"Astaga!!" Cahya spontan menutup mulut dengan telapak tangannya. Dia sungguh tidak percaya jika El menghajar Andika.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Cahya. Meminta penjelasan pada siapa saja yang berada di sana. Dari banyaknya orang di sana, tidak ada satu pun yang tahu penyebab aslinya seperti apa. Mereka hanya melihat saat El sedang menghajar Andika.
"Lalu dimana El sekarang?" Tidak mendapatkan jawaban yang jelas dari teman-temannya, membuat Arneta mempertanyakan hal lain yang menurutnya lebih penting.
"El sudah pergi membawa Arneta. Sepertinya tadi Andika benar berniat buruk pada Arneta sehingga membuat El jadi murka."
Cahya terperanjat. Apa benar yang dikatakan temannya barusan kalau El marah karena hal tersebut. Mengingat bagaimana acuhnya El pada Arneta, rasanya Cahya sulit untuk mempercayainya.
"A-aku takut..." di dalam mobil yang sedang melaju di jalan raya, Arneta memeluk tubuhnya dengan wajah yang nampak ketakutan. Apa yang dilakukan oleh Andika kepadanya tadi meninggalkan rasa trauma di diri Arneta.
Rasa bersalah di dalam diri El semakin membesar saja. Andai saja tadi dia bersikap lebih peduli pada Arneta dan tidak mengabaikannya, pasti tidak akan terjadi seperti ini. Kini dia sudah memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan menenangkan Arneta dengan cara memeluk tubuhnya.
"Tenanglah. Dia tidak akan lagi berani mengganggumu. Sekarang sudah ada aku di sini. Aku tidak akan membiarkan dia menyakitimu." Kata El lembut sambil mengusap kepala Arneta dengan sayang.
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
serta ditunggu karya selanjutnya lopeupull 😘😘😘