Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Di kamar yang cukup besar dan bagus, Lulu yang masih merasa tidak percaya dengan apa yang dia ketahui kemarin termenung diatas ranjangnya.
Dia berkali-kali membaca beberapa pesan singkat yang Xixi kirimkan pada ponselnya kemarin.
Di dalam pesan singkat itu Xixi meminta maaf, dan menjelaskan secara singkat jika dia tidak bermaksud membohongi atau menipu Lulu. Xixi melakukan itu karena dia mempunyai alasan tersendiri, karena itu dia berpura-pura menjadi orang lain dengan identitas palsunya.
Lulu bergulang-guling diatas ranjangnya, guru les privat yang seharusnya datang pun Lulu hubungi agar tidak datang ke rumahnya dulu, karena mood Lulu benar-benar tidak baik saat ini.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, Lulu yang tahu kalau itu adalah kakaknya hanya diam saja, dan tidak berniat untuk membalikan tubuhnya.
"Kenapa kau tidak makan tuan putri?" Tanya Joseph sambil duduk di sisi ranjang.
Lulu tidak menjawab pertanyaan kakaknya, dia masih malas berbicara dengan orang lain termasuk dengan Joseph.
"Kemarin Leon menghubungi ku dan menjelaskan semuanya. Dia juga menceritakan alasan kenapa Xixi harus seperti itu."
Joseph berhenti berbicara, dia ingin melihat reaksi adiknya.
Setelah sekian detik tidak ada reaksi, Joseph berdiri dan berjalan ke arah jendela.
"Xixi... Dia hanya ingin melindungimu dari seseorang yang ingin menyakiti dan membuatnya hancur."
Mendengar ucapan kakaknya itu, Lulu langsung duduk dari tidurnya lalu menatap kakaknya dengan serius.
"Melindungi ku? Apa ada seseorang yang ingin menyakitinya lagi?" Tanya Lulu dengan cepat.
Joseph berbalik dan menatap Lulu. Dia lalu menganggukan kepalanya "Iya."
"Siapa mereka, dan apa hubungannya denganku?"
Joseph berjalan dan duduk di sisi ranjang, tepat di depan Lulu.
"Ada satu keluarga yang ingin menghancurkan keluarga Xixi dan juga ingin membunuhnya. Dia memilih berpura-pura menjadi wanita culun dan miskin, karena dia ingin keluarga itu sibuk mencarinya dan tidak begitu fokus menargetkan keluarganya, sehingga dia dan keluarganya bisa membuat rencana untuk menyerang balik keluarga itu."
"Tapi tidak seharusnya dia tidak mengatakannya padaku selama bertahun-tahun."
"Lulu, jika seseorang ingin melakukan sesuatu yang berbahaya tanpa melibatkan orang luar, maka dia harus menyembunyikan dirinya dengan baik. Dia bahkan akan bersembunyi dari keluarganya sendiri jika bisa."
Lulu diam, dia sedang memahami apa yang kakaknya katakan.
"Dulu bukankah aku juga pernah melakukannya, saat perusahaan kita sedang dalam masalah. Aku berpura-pura bertengkar dengan papa lalu masuk kedalam perusahaan musuh untuk menyabotase mereka."
"Tapi itu lain kak, kau melakukannya demi bisnis."
"Anggap saja seperti itu Lulu. Dia melakukan itu demi melindungi keluarganya dan kau, orang terdekatnya. Dia tahu mereka akan menargetkanmu, setelah mereka tahu jika dia sedang berpura-pura menjadi wanita culun di kampus. Karena cuma kamu teman baiknya."
Lulu diam, dia sungguh tidak mengerti kenapa Xixi harus melakukannya. Jika Xixi mau, dia bisa membantunya dengan bantuan dari orang tua dan kakaknya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain.
"Kelak kau akan benar-benar mengerti apa yang sudah kakak katakan. Sekarang berhentilah bersikap seperti anak-anak. Temanmu membutuhkan dukunganmu untuk menghadapi orang yang ingin menyakitinya."
Lulu menatap ponselnya. Dia tidak tahu apakah dia bisa menerima semua penjelasan dari Xixi dan kakaknya itu atau tidak.
Joseph mengusap kepala Lulu, dia berharap jika adiknya akan mengerti agar kelak dia bisa lebih dewasa lagi.
"Pikirkan baik-baik, kalian adalah teman baik sejak lama." Ucap Joseph lagi.
Joseph keluar dari kamar Lulu, membiarkan adiknya untuk berfikir dan mengambil keputusan sendirian.
***
Sementara itu, hari ini Xixi akan keluar dari rumah sakit setelah dia memaksa untuk pulang kepada dokter.
Setelah beberapa kejadian itu, Xixi khawatir jika seseorang akan datang ke rumah sakit untuk berulah padanya. Jadi sebelum itu terjadi, Xixi memilih untuk menghindar sampai kakinya benar-benar sembuh.
Di bantu oleh ibunya dan Leon, Xixi keluar dari rumah sakit itu.
Leon mengantar Xixi dan ibunya hingga mereka sampai di depan rumah yang cukup besar dan tidak kalah mewahnya dari rumah keluarga Damian dengan mobilnya.
...Rumah keluarga William ...
Dengan hati-hati Leon membantu Xixi turun dari mobil dan memapahnya masuk kedalam rumah keluarga William itu.
Sampai di ruang tamu yang juga besar, Leon mendudukan Xixi pada salah satu sofa yang ada disana.
"Leon, terima kasih sudah membantu bibi membawa pulang Xixi. Bibi jadi merepotmu." Ucap nyonya William.
"Sama sekali tidak bibi, kebetulan saya tidak ada kerjaan. Jadi tidak apa-apa jika saya membantu bibi." Ucap Leon sambil tersenyum canggung.
Salah satu pelayan di rumah keluarga William datang dan membawa tiga gelas air jeruk, lalu meletakkan diatas meja.
"Minumlah dulu, bibi akan ke dalam sebentar." Ucap nyonya William lagi.
"Baik bi, terima kasih."
"Tidak perlu sungkan."
Setelah itu nyonya William pergi meninggalkan Xixi dan Leon di ruang tamu.
...Ruang tamu rumah Xixi ...
"Kau memiliki rumah yang bagus, tapi memilih tinggal di apartemen yang kecil. Benar-benar luar biasa." Ucap Leon.
"Kau benar, tapi sekarang aku tidak bisa lagi tinggal disana."
"Hmm, kenapa?"
"Semalam, ada dua orang yang mencoba masuk ke dalam apartemen itu."
"Ada dua orang yang mencoba masuk apartemen mu, bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku memasang cctv kecil tepat pada dinding apartemen yang ada di depan pintu apartemen ku."
Leon menatap Xixi dengan kagum.
"Wanita ini, apa saja yang kau pikirkan, sampai bisa memikirkan hal seperti itu?" Gumam Leon.
"Aku tidak mungkin tidak melakukan itu, setelah tahu kalau keluarga itu sudah mengetahui penyamaranku selama ini di kampus."
Leon tersentak, ternyata suaranya yang kecil juga bisa terdengar oleh Xixi dengan jelas.
"Jadi, apakah kau pada akhirnya memutuskan untuk kembali, adikku sayang?"
Leon dan Xixi menoleh ke arah pintu setelah mendengar sebuah suara.
Xixi tidak menjawab pertanyaan yang kakaknya lemparkan padanya, dia lebih memilih untuk meminum jus yang ada diatas meja.
Melihat sikap Xixi yang tidak peduli dengan apa yang kakaknya katakan, Leon mengerti, jika Xixi sudah sangat terbiasa dengan kakaknya yang mungkin bisa di bilang cerewet itu.
"Selamat pagi tuan muda Damian." Sapa Mimi pada Leon.
"Selamat pagi, panggil saja Leon." Ucap Leon.
Mimi memgangguk, dia lalu menatap Xixi yang tengah meminun jusnya.
"Lihatlah. Kakinya sudah seperti itu, tapi dia tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan padanya." Ucap Mimi seolah sedang mengadu pada Leon.
"Kak, hentikan. Bukankah aku sudah pulang? Jangan membuat Leon menutup telinganya karena mendengar suara kakak itu." Ucap Xixi yang tidak tahan pada kakaknya.
"Aku ini sedang mengkhawatirkanmu Xixi. Sebagai kakak, aku tidak mau terjadi apa-apa padamu. Tidak ada satu bulan, dua kali kamu masuk rumah sakit, kau...."
"Kak!" Xixi menatap kakaknya dengan serius.
Mimi terdiam, dia lalu berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Xixi dan Leon dengan kesal.
Meski usia Mimi 3 tahun lebih tua dari Xixi, tapi aura yang di miliki oleh Xixi lebih dominan. Itu kenapa setiap mereka berdebat, Mimi akan kalah karena merasa di tekan oleh tatapan dan aura yang Xixi miliki.
Leon yang melihat Mimi masuk hanya diam, dia tidak mau ikut campur dalam urusan dua wanita kakak beradik itu.
"Baiklah, aku akan pulang dulu dan besok aku akan datang lagi." Ucap Leon sambil berdiri.
"Kau akan kesini lagi?"
Leon mengangguk "Iya, setelah tahu kau sudah pulang ke rumah. Orang tuaku ingin menjenguk mu."
"Hmm baiklah. Terima kasih untuk hari ini."
"Em, istirahatlah."
Xixi mengangguk. Leon kemudian berjalan keluar dari rumah Xixi dan melajukan mobilnya menuju rumahnya sendiri.