"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh satu
Ini terhitung sudah dua hari Damian melakukan perjalanan bisnis di luar kota, Damian minggu minggu ini memang lagi sibuk sibuknya, bertemu tatap muka dengan Helena saja saat sarapan pagi di meja makan, itupun kadang.
Juga, ada ketakutan ketakutan kecil yang kini di rasakan Helena, orang yang menguntit nya selama ini sudah tidak ada lagi. Namun, yang kini mereka incar untuk menghancurkan hubungan pernikahannya adalah Damian, terbukti dengan beberapa hari ini Helena selalu mendapatkan kiriman foto dari orang yang tidak dikenalnya.
Yang membuatnya kaget adalah, foto tersebut adalah foto Damian bersama Dellia. Helena tidak begitu kaget sebenarnya, dirinya tau bahwa Dellia adalah asisten Damian sekarang, Damian juga yang memberitahukan kepadanya.
Ada sedikit rasa ketakutan di hatinya melihat kedekatan Damian dan Dellia, mengingat bagaimana dulu Damian sempat menaruh rasa pada wanita itu. Helena takut Damian terlena karena kedekatan dan kebersamaan mereka dalam urusan pekerjaan membuat Damian kembali tertarik kepada Dellia.
•••••••••
Setelah menyelesaikan sarapan paginya, kini Helena sibuk di belakang rumahnya. Melihat-lihat tanaman bunganya yang kini sudah berbunga dan bermekaran, kesibukannya setelah mengetahui teman-temannya berkhianat. Helena selalu berada di rumah dan merawat tanaman bunganya.
"Aku akan memetik bunga ini untuk menjadi hiasan di ruang tamu dan kamar. " gumam Helena, dia memetik beberapa bunga yang tumbuh mekar dengan indah sempurna. Dirinya kemarin ada meminta pak Tarno untuk membelikan vas bunga kaca untuk dia pajang.
"Bu Helena, ini keranjang bunganya, simpan bunga-bunga yang sudah ibu petik ke dalam sini. " Bi Ayu datang dengan keranjang bunga rotan yang dibeli sekalian pak Tarno kemarin.
"Loh, kita ada keranjang bunga, Bi? " tanya Helena bingung, dia menyimpan bunga-bunga yang sudah dipetiknya ke dalam ranjang.
"Di beli pak Tarno kemarin sekalian. "
"Iya? Peka juga, pak Tarno. Padahal saya sendiri gak ada kepikiran untuk membeli keranjang bunga kemarin, vas bunganya udah bibi siapin, kan?"
"Sudah, sudah bibi lap juga yang berdebu. Ini bunganya mau ibu simpan di mana aja? " tanya Bi Ayu, dia mengambil alih membawa keranjang rotan yang sudah berisikan tumpukan bunga itu, dan keduanya kembali masuk ke dalam rumah setelah selesai menyiapkan bunga.
"Mau saya simpan di meja ruang tamu satu, terus di ruang santai mau simpan di sisi kiri kanan televisi, sama mau juga saya pajang di meja nakas kamar. "
Kini keduanya sudah duduk manis bawah karpet ruang santai, tengah merangkai bunga ke dalam vas kaca.
"Ini satu vas bunganya sudah selesai saya pajang ke depan meja ruang tamu ya, bu? " celetuk Bi Ayu saat satu vas bunga sudah di kerjakan.
"Ah iya, aku minta tolong ya, Bi. "
Helena kembali melakukan pekerjaannya setelah Bi Ayu pamit ke depan untuk meletakkan vas bunga di meja ruang tamu. Di sela kegiatannya, Helena merasakan getaran kecil di saku celananya.
Senyum manis merekah di ujung bibirnya saat mendapatkan pesan dari Damian yang memberikan kabar dan meminta maaf, dari kemarin kesibukan Damian sangat padat hingga memegang ponsel untuk mengabari Helena saja tidak ada waktu untuk dia lakukan, makanya hari ini saat waktu kerjanya sedikit senggang, dia menyempatkan memberikan kabar pada Helena dan sekaligus meminta maaf.
Helena semakin merekah kah senyumannya saat Damian tiba-tiba saja meneleponnya.
"Hallo? " ujar Helena duluan setelah menekan tombol hijau pada panggilan Damian.
"Hallo, kamu sedang apa di situ? Maaf karena kemarin tidak memberikan kabar, aku sibuk sekali hingga ponselku saja tidak aku sentuh sama sekali. " ujar Damian di ujung telepon sana.
"Tidak perlu meminta maaf, aku mengerti bagaimana sibuknya kamu di sana. Di sini aku tengah merangkai bunga ke dalam vas, kamu masih ingatkan bibit bunga yang aku minta belikan ke kamu? "
"Merangkai bunga? Bibit bunga itu sekarang sudah bertumbuh? "
"Ya, yang bertumbuh mekar ada beberapa dan sudah aku petik untuk di jadikan hiasan, kamu mau aku merangkai satu vas bunga untuk di pajang di kamar kamu? "
Kamar kedua pasangan itu memang masih pisah, hanya saja kadang. Damian akan tidur bersama di kamar milik Helena atau mungkin sebaliknya, sebenernya bisa dikatakan bahwa mereka sudah sekamar, hanya saja barang-barang pribadi mereka masih berada di dalam kamar masing-masing.
"Terserah mau kamu bagaimana, tapi aku berencana setelah pulang dari sini, aku ingin memindahkan barang-barang kamu ke dalam kamar ku. Rasanya aneh sekali saat kita bergantian kamar untuk tidur bersama, kamu setuju kan? "
"Mau! Aku setuju! Biar aku nanti yang memindahkan barang-barang ku di kamar kamu nanti. " jawab Helena cepat, karena begitu bahagianya. "Kira-kira kamu kapan pulangnya? "
"Aku pulangnya seki–
Belum selesai Damian menjawab, ketukan pintu kamar hotelnya terdengar membuat Damian menghentikan ucapannya.
"Sebentar, ada yang tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. " beritahu Damian, dia bangkit dari posisi baringnya di atas kasur menuju pintu kamarnya.
'Ceklek'
"Kamu? Ada urusan apa kamu datang ke sini? Bukannya hari ini libur kerja? " tanya Damian beruntun melihat bahwa Dellia lah pelaku yang mengetuk pintu kamarnya.
"Ini, saya bawakan makanan untuk, pak Damian. Tadi pak Damian belum sempat sarapan pagi di bawah, makanya saya datang membawa makanan untuk, pak Damian. " ujar Dellia, dia menyerahkan makanan yang di pesankannya di restoran yang tidak jauh dari hotel mereka menginap.
Damian menaikkan alisnya menatap bingung Dellia, "Kamu tidak perlu repot-repot membawakan saya makanan, saya belum sarapan tadi karena belum lapar saja. Kalau saya lapar, saya sendiri bisa keluar untuk mencari makan di restoran, saya sekarang tidak lagi lapar, mending makanan itu kamu berikan saja kepada Niko. "
Helena yang mendengar obrolan Damian dengan seseorang mengernyit dahinya bingung, "Itu siapa? Kamu bicara dengan siapa, Damian? Itu bukannya suara–
Belum selesai Helena melanjutkan ucapannya, sambungan telepon tersebut langsung terputus begitu saja oleh Damian. Menatap bingung pada layar ponselnya yang menggelap.
" Tadi itu bukannya suara, Dellia? Ada apa wanita itu menghampiri kamar, Damian? " gumamnya, ada sedikit rasa ketakutan yang menyerangnya. "Damian juga kenapa tiba-tiba memutuskan telepon begitu saja? "
Sedangkan yang ditakutkan malah tengah geram dan kesal, menatap tajam pada Dellia didepan pintu kamarnya. "Kamu sudah pernah saya bilang untuk tidak melakukan hal tidak berguna seperti ini lagi, kamu masih tidak mengerti juga?! "
"S-saya hanya membawakan makanan untuk, pak Damian. Bukannya pak Niko juga sebagai asisten sering membawakan makanan untuk, pak Damian? "
"Beda! Niko karena dia saya yang suruh, selain juga karena dia sudah lama bekerja menjadi asisten saya, dan Niko juga seorang laki-laki. Kamu tidak lupakan dengan yang pernah saya katakan, saya sudah menikah dan memiliki seorang istri, tidak etis rasanya bila kamu wanita lajang malah mendekati saya yang sudah jelas adalah suami orang. "
Dellia termangu di tempat mendengar ucapan pedas Damian, matanya terpejam erat saat pintu kamar tiba-tiba saja Damian tutup.
"Tunggu saja, Damian. Aku akan membuat kamu kembali tergila-gila sama aku. " gumamnya dengan penuh tekat, menatap sebentar pada makanan ditangannya sebelum dia buang pada tempat sampah di dekat situ dan pergi berlalu.
Tanpa diketahui Dellia, Niko yang kamarnya berada di samping Damian sedari tadi memperhatikannya bahkan mendengar gumamannya yang ingin mendapatkan Damian.
"Kamu pikir rencana murahan ingin merebut, pak Damian. Akan terkabulkan? Jangan harap! "
•
•
•