Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Malam harinya, semua berkumpul di ruang makan untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji di meja. Sesekali, Keyra melirik pria yang sudah sah menjadi suaminya, dan beralih pada mertuanya yang begitu khusyuk menikmati makanannya.
Ruangan itu terasa sunyi dan hanya terdengar benturan peralatan makan saja. Bahkan detak jam di dinding terdengar begitu jelas, seolah menghitung mundur menuju sesuatu yang tidak terhindarkan.
"Apa mereka semua makan seperti ini? Maksud ku, tidak ada yang bicara? Ayolah, ini benar-benar membuatku canggung," batin Keyra. Dia melirik orang-orang di sana dengan perasaan cemas, tetapi tidak ada keberanian untuk berbicara. Tubuhnya terasa tegang, setiap melakukan pergerakan kecil yang harus di perhitungkan.
Sesekali, Keyra menarik nafas panjang, mencoba menghilangkan kegelisahannya, tetapi suara itu justru terdengar seperti gemuruh di tengah keheningan.
"Aku sudah selesai." Alexio mengusap mulutnya dengan tisu dan beranjak dari kursinya, pergi entah kemana.
Keyra ingin menyusulnya, tetapi kakinya seolah tak bisa di gerakkan. Dia hanya bisa duduk terdiam, menghabiskan makanannya dengan pikiran yang penuh dengan bayangan kemungkinan buruk saat melihat ayah mertuanya menatap dirinya.
"Aku juga sudah selesai, nikmati makan malam mu, nak. Kita akan bicara nanti, setelah ini." Alex Wiratama, pria yang dulu di kenal sangat arogan, kini menjelma menjadi pria yang cukup perhatian. Namun, garis-garis halus di wajahnya yang nampak, membuat pria paruh baya itu terlihat begitu tegas.
"Ba-baik," sahut Keyra pelan.
Setelah kepergian ayah mertuanya, tiba-tiba ibu mertuanya menggeser kursi dan mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan. "Tidak usah tegang, di sini memang begitu, tidak ada yang bersuara saat makan. Kami akan membicarakan hal-hal tertentu saat berkumpul nanti," ucap Clarissa.
"O-oh, begitu," sahut Keyra seadanya. Dia tidak tahu lagi harus merespon seperti apa. Saat pertama bertemu Clarissa tadi sore, ia melihat Clarissa seperti ibu mertua yang mempunyai rencana-rencana licik untuk menindas menantunya. Tapi sekarang, wajah tegas itu berubah lembut yang membuatnya merasa sedikit lebih aman.
Setelah mereka selesai makan malam, Keyra dan Clarissa menyusul duo Alex yang saat ini duduk di ruang keluarga. Alexio yang sibuk dengan laptopnya, sedangkan ayah mertuanya hanya membaca majalah saja.
"Duduklah di sebelah Alex, ada yang ingin kami sampaikan," ucap ayah mertuanya tiba-tiba, tanpa menoleh sedikitpun.
Keyra hanya mengangguk dan duduk di sebelah Alexio, tapi hal itu tidak membuat Alexio mengalihkan pandangannya dari laptopnya, sampai Ayahnya berdehem keras, yang membuat Alexio berdecak pelan dan menutup laptopnya.
"Daddy cukup terkejut mendengar berita di media. Dan ternyata benar, diam-diam kalian sudah menikah," ucap Alex memulai pembicaraan.
Tubuh Keyra seketika menegang. Dia duduk dengan tubuh kaku, dengan kedua tangan yang saling menggenggam erat di pangkuannya.Dia menundukkan kepala takut dan memikirkan rangkaian kata yang akan ia sampaikan pada orang tua suaminya.
"Ma-maaf!" Satu kata yang akhirnya bisa Keyra ucapkan setelah berkecamuk dengan pikirannya yang rumit.
"Kenapa kau meminta maaf?" tanya Alex.
"Ka-karena ... "
"Mom, dad, tidak peduli apapun alasannya, tapi sekarang kami sudah menikah. Bahkan aku juga sudah menunjukkan buku nikah kami pada mommy dan itu asli. Jadi, berhenti bertanya kenapa dan menghakimi kami karena aku tahu, kalian yang paling senang dengan pernikahan ini." Alexio menggenggam tangan Keyra dan menariknya berdiri. "Ayo!" ajaknya
"Eh, ta-tapi ... "
Alexio menatap Keyra yang kembali menunduk, seolah takut menatapnya. Kemudian, ia beralih pada kedua orang tuanya dan kembali berkata, "aku sudah putuskan jika kami akan tinggal di apartemen. Jika mommy dan Daddy tidak setuju maka ... Aku yakin kalian tahu apa yang akan aku lakukan." Dia kembali menarik Keyra pergi dari sana, meninggalkan kedua paruh baya itu begitu saja.
"Dasar anak sialan, beraninya dia mengancamku. Apa dia tidak tahu jika aku melakukan hal ini juga demi masa depannya," gerutu Alex.
"Sudah, jangan marah. Yang terpenting, mereka sudah menikah, bukan? Sekarang lebih baik kau hubungi mereka dan katakan, jika semua berjalan dengan lancar," ujar Clarissa.
"Huh, baiklah."
Sementara itu, Alexio masih menarik Keyra sampai di kamar. Dia mendengus kesal setelah tahu jika semua ini permainan yang orang tuanya rencanakan.
"Hei, seharusnya kau jangan berkata seperti itu pada orang tuamu. Itu tidak baik," ucap Keyra.
Alexio menatap Keyra dan melepas tangan wanita itu dengan kasar. Kemudian, ia duduk di sofa dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Kenapa kau diam saja, hah? Sepertinya, sebelum ini kau banyak bicara," ledek Keyra.
"Lalu, apa kau mau tinggal di sini bersama orang tuaku, hah? Bukankah kau tadi menawarkan surat kontrak pernikahan padaku? Harusnya dengan tinggal terpisah, sudah cukup membuatmu senang karena tidak ada yang mengawasi kita, bukan?"
"Benar juga, ya," gumam Keyra. Memang, ia merasa tertekan tinggal satu atap dengan orang tua Alex, padahal belum ada sehari mereka di sini. Tapi, dia tidak mempunyai pengalaman bertegur sapa dengan orang tua. Bahkan, ia sendiri sempat berselisih dengan keluarganya sendiri.
Keluarga? Memikirkan hal itu membuatnya teringat dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Andai saja ia mau mendengarkan mereka, pasti semua ini tidak akan terjadi. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Dia harus menerima konsekuensinya.
Mungkin dengan memberinya toping ayam, bawang goreng dan kerupuk, bubur itu akan menjadi lebih enak untuk di nikmati.
"Itu artinya, aku harus menerima pria kaku ini menjadi suamiku, begitu?" batin Keyra.
"Berhenti menatapku dan tidurlah! Besok pagi-pagi sekali, kita akan pindah ke apartemen," ujar Alexio.
"Iya-iya." Keyra naik keatas tempat tidur dan menarik selimut, menutupi tubuhnya. Dia berbaring dan mencoba memejamkan matanya, tapi tiba-tiba, ia seolah baru menyadari sesuatu. Dia menegakkan tubuhnya kembali dan bertanya pada Alexio. "Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa berada di sana? Rasanya, aku hanya mengundang teman-teman ku saja."
Pergerakan Alexio terhenti. Dia menutup laptopnya dan beranjak dari duduknya. "Tidurlah lebih dulu, aku akan menyelesaikan pekerjaan ku," ucapnya sambil berlalu , Seolah enggan menjawab pertanyaan Keyra.
"Apa susahnya menjawab pertanyaannya ku?" gerutu Keyra. Dia kembali berbaring, matanya menatap keatas langit-langit kamar dengan alis yang mengkerut, bibirnya bergerak perlahan, seolah menggumamkan sesuatu. Tangannya mengusap dagu, lalu berhenti, setelah beberapa ingatan muncul di pikirannya.
"Sebentar, sebentar ... " gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. "Aku ingat betul, walaupun Daddy yang menyiapkan semuanya, tapi aku yang memberikan daftar, siapa saja yang aku undang di pernikahanku. Lalu, kenapa ada Alex di sana?" gumam Keyra. Dia penasaran, tapi bisa saja jika Alexio diundang oleh ayahnya karena bagaimanapun juga, ayah Alexio adalah rekan bisnis ayahnya. Tapi, yang lebih membuat ia penasaran sampai saat ini adalah reaksi keluarganya.
Dia yakin, apa yang terjadi di pernikahannya sudah sampai di telinga keluarganya. Tapi sampai saat ini, tidak ada satupun yang menghubunginya dan menanyakan keadaannya.
"Apa kalian benar-benar sudah tidak peduli lagi denganku? Mom, dad, aku merindukan kalian," lirih Keyra.
ᴀʟᴇx ʙᴋɴ ғʀᴀɴs ᴍɴᴅʀᴛ
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ